Bab 129
Plak!
Rory menampar Joel dengan keras dan
memarahinya, "Aku suruh kamu berlutut, kamu tuli, ya?"
Karena tidak pernah melihat ayahnya
semarah ini, Joel menjadi ketakutan dan segera berlutut meminta maaf.
Adegan ini membuat manajer toko dan
para pegawai bingung dan bertanya-tanya siapa sebenarnya pemuda ini,
sampai-sampai Pak Rory tidak ragu untuk memukul anaknya sendiri dan memaksanya
berlutut meminta maaf.
Evana juga ketakutan dan tidak berani
mengeluarkan suara sedikit pun. Dia hanya berdiri di samping seperti patung
dengan wajah panik.
"Pak Adriel, aku sungguh minta
maaf. Anakku nggak mengenalimu, jadi dia berani bertindak lancang. Mohon
berbesar hati dan memaafkannya sekali ini saja," mohon Rory untuk anaknya.
Adriel berdiri dan berkata,
"Baik, kali ini aku beri muka pada Pak Rory. Tapi ingat, ini sudah yang
kedua kali. Jangan sampai terjadi yang ketiga."
"Aku jamin, nggak akan ada lagi
yang ketiga kalinya. Jika sampai terjadi lagi, aku akan bunuh diri sebagai
penebusan dosa," ujar Rory.
Rory bertekad dalam hati. Setelah
kejadian ini, dia akan mengumpulkan semua pegawai dan kerabatnya untuk
memperkenalkan Adriel, memastikan mereka mengenali wajahnya.
Jangan sampai kesalahan yang sama
terulang untuk ketiga kalinya.
Setelah permintaan maaf Rory yang
tulus, Adriel memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.
Adriel berjalan mendekati Evana.
Wanita itu langsung mundur ketakutan, tidak berani menatap Adriel.
"Apa ... apa yang kamu
mau?" tanya Evana dengan takut.
"Utang enam miliar keluargamu,
lunasi semuanya dengan bunga kepada keluarga Sujono hari ini juga. Kalau nggak,
utangmu nggak perlu dibayar, simpan saja untuk beli peti mati dan mengurus
pemakaman," ancam Adriel dengan dingin. Dia mengeluarkan sedikit aura
menyeramkan dan tekanan dari seorang mahaguru.
Saking ketakutannya, wajah Evana
memucat seperti kertas. Tubuhnya gemetar hebat dan dia hampir jatuh ke lantai.
"Aku akan bayar ... pasti bayar
... " jawab Evana dengan wajah penuh ketakutan.
Pegawai toko telah membungkus semua
pakaian yang dipilih oleh Vivian, termasuk gaun edisi terbatas itu.
"Pak Adriel, aku benar-benar
minta maaf. Semua pakaian ini adalah bentuk permintaan maafku," kata Rory
sambil menyerahkan pakaian itu kepada Adriel.
Adriel meminta Vivian untuk pergi ke
ruang ganti dan mengenakan gaun tersebut, serta membuang seragam kerjanya.
Setelah itu, mereka pun meninggalkan Pusat Perbelanjaan Surya dan menuju rumah
sakit.
"Ayah, kenapa kamu begitu takut
padanya? Bukankah dia hanya mantan putra dari Grup Bintang?" tanya Joel.
Dia tidak habis pikir.
Rory menamparnya lagi.
"Diam! Jangan coba-coba mencari
tahu tentang Pak Adriel dan jangan membicarakannya di belakang. Apa kamu tahu
hari ini kamu hampir membunuhku ? Kamu beruntung masih hidup, jadi
bersyukurlah!" kutuk Rory dengan marah.
Joel menutupi wajahnya dan tidak
berani berbicara lagi.
"Apa hubunganmu dengan wanita
ini?" tanya Rory.
Joel menjawab, "Dia pacar
baruku, Evana."
Lalu, dia meminta Evana untuk menyapa
Rory.
"Paman Rory..." sapa Evana.
"Jangan panggil aku begitu. Aku
nggak mengenalmu dan nggak ada hubungan apa pun denganmu," potong Rory
tanpa basa - basi.
"Segera akhiri hubungan kalian
dan jangan ada lagi urusan dengannya," perintah Rory pada anaknya.
Mendengar itu, Evana langsung panik.
"Kak Joel ... jangan tinggalkan
aku," pinta Evana.
"Pergi! Semua ini gara-gara
kamu! Kalau bukan karena hasutanmu, aku nggak akan menyinggung Pak Adriel.
Pergi dari sini sekarang juga!" marah Joel.
Seketika itu juga, Joel langsung
membalik sikapnya dan mengusir Evana.
Evana merasa hancur. Dia pikir dengan
menjalin hubungan dengan Joel, dia bisa masuk ke dalam lingkaran keluarga kaya,
membantu keluarganya naik derajat dan bahkan punya kesempatan bergabung dengan
Persatuan Dagang Marlion, serta masuk ke kalangan atas Kota Silas.
Namun, kini, semua harapannya hancur
berantakan.
Hanya saja, Evana tidak bisa memahami
kenapa Rory begitu takut pada Adriel.
No comments: