Bab 136
Keluarga Sujono telah menjual rumah
mereka. Saat ini, mereka tinggal di daerah kota tua yang penuh dengan bangunan
tua yang rendah dan rusak. Jalanan begitu sempit dan tercium bau yang tidak
sedap di mana-mana. Bahkan mobil pun tidak bisa masuk.
"Pak Adriel, maaf karena membuat
kamu datang ke tempat seperti ini. Sepatumu jadi kotor"
Lidya meminta maaf dengan cepat
ketika melihat Adriel mengernyitkan keningnya.
"Bibi Lidya, jangan salah paham.
Aku hanya merasa kasihan pada kalian. Seharusnya kalian tinggal di rumah besar,
tapikalian harus tinggal di tempat seperti ini karena perbuatan
keluargamu." ucap Adriel.
Ketika membicarakan hal ini, Lidya
berkata dengan rasa bersalah, "Ini semua salahku. Aku salah menilai orang
dan mudah terpengaruh oleh mereka. Kami semua jadi tertipu. Aku benar-benar
nggak menduga bahwa adik kandungku sendiri bisa mengkhianati kami seperti
ini."
"Bibi Lidya, jangan menyalahkan
dirimu sendiri. Ini bukan salahmu. Hati dan pikiran manusia sulit untuk ditebak.
Aku akan membantu kalian mendapatkan uang ini kembali," ujar Adriel.
"Pak Adriel, terima kasih atas
kebaikanmu. Mereka sangat licik. Jika mereka ingin mengembalikan uangnya,
mereka pasti sudah kembalikan sejak awal," ucap Lydia putus asa.
"Ibu, jangan khawatir. Kak
Adriel pasti memiliki cara untuk membantu kita mendapatkan uang itu
kembali," ujar Vivian.
Vivian melihat Evana ketakutan dengan
matanya sendiri. Jadi, Evana mungkin tidak berani untuk tidak mengembalikan
uang tersebut.
Ketiga orang itu akhirnya tiba di
rumah sewa. Berhubung kedua kaki Gantra telah diamputasi dan dia tidak bisa
bergerak dengan mudah, jadi mereka tinggal di lantai satu.
Namun, tinggal di lantai satu yang
gelap dan lembab untuk jangka waktu yang lama tentu tidak baik untuk kesehatan
mereka.
"Gantra, coba lihat siapa yang
datang."
Lidya membuka pintu dan masuk. Gantra
sedang duduk di atas kursi roda sambil menonton televisi.
"Pak Adriel?"
Wajah Gantra penuh kegembiraan
setelah melihat Adriel.
"Paman Gantra!!"
Dua tahun tidak bertemu, kini Gantra
terlihat jauh lebih tua dan wajahnya begitu pucat dan kurus.
Air mata Gantra mengalir ketika
melihat Adriel yang begitu tampan.
Jika dia tidak bertemu dengan Vivian
di Istana Phoenix, Adriel tidak akan tahu bahwa mereka bertiga menjalani
kehidupan seperti ini.
"Ternyata aku bisa bertemu
dengan Pak Adriel sebelum mati. Sekarang aku bisa mati tanpa penyesalan."
Saat Gantra berbicara, dia mulai
batuk.
"Paman Garitra, kamu masih muda.
Paman nggak akan mati begitu saja," ucap Adriel sambil menepuk punggung
Gantra.
"Pak Adriel, kamu nggak perlu
menghiburku. Tubuhku makin hari makin lemah. Aku nggak akan hidup lama. Lebih
baik aku mati saja agar aku nggak membebani istri dan anakku," ucap
Gantra.
"Ayah, jangan berkata seperti
itu. Kak Adriel memiliki kemampuan medis yang sangat hebat. Dia pasti bisa
menyembuhkanmu," ujar Vivian.
"Sembarangan! Sejak kapan Pak
Adriel belajar tentang kedokteran ?" ucap Gantra.
"Paman Gantra, biarkan aku
memeriksa denyut nadimu dulu."
Adriel duduk di sebuah bangku kecil
dan memeriksa denyut nadi Gantra.
Gantra menderita penyakit
tuberkulosis. Sebenarnya kondisinya tidak terlalu parah. Namun, karena tinggal
di lingkungan yang gelap dan lembab dalam jangka waktu yang lama dan tidak
mendapatkan pengobatan yang tepat waktu, kondisinya makin buruk.
"Paman Gantra, ini hanya
penyakit ringan dan nggak sulit diobati. Jangan khawatir."
Mengobati penyakit tuberkulosis yang
diderita Gantra adalah hal yang sangat mudah bagi Adriel.
"Kalian jangan tinggal di sini
lagi. Pindah dan tinggal di rumahku terlebih dahulu," ujar Adriel.
"Nggak bisa. Dengan keadaan
seperti ini, mana mungkin kami tinggal di rumah Pak Adriel?" tolak Gantra
sambil menggelengkan kepalanya.
"Benar, Pak Adriel. Kamu orang
baik, tapi kami masih tahu diri," Lidya juga menolaknya.
"Kalian terlalu sungkan. Lagi
pula, tinggal di tempat seperti ini sangat nggak cocok untuk menyembuhkan
penyakit. Kalian tinggallah di rumahku untuk sementara waktu. Jika keluarga
Halim sudah mengembalikan uangnya, kalian bisa membeli rumah lain dan
pindah."
"Jika keluarga Halim mau
mengembalikan uang itu, mereka pasti sudah mengembalikannnya sejak awal. Uang
itu nggak akan kembali."
No comments: