Bab 137
Gantra berkata dengan tidak berdaya.
"Tenang saja, mereka pasti akan
membayarnya."
Pasangan itu akhirnya setuju setelah
dibujuk Adriel. Mereka mengemas beberapa koper dan mengikuti Adriel pindah ke
Mansion Nevada untuk sementara waktu.
Namun, mereka dihadang oleh seseorang
saat baru saja keluar dari rumah dengan membawa koper.
"Kalian ingin melarikan diri?
Memangnya bisa?"
Orang yang berbicara adalah seorang
pria botak bertubuh gemuk. Dia memiliki bekas luka di wajah. Tampangnya
terlihat jahat dan dia mengenakan kalung emas besar di lehernya.
"Siapa ini?" tanya Adriel.
"Adiknya pemilik rumah. Dia
orang penting di kota tua ini. Semua orang memanggilnya Farell," jelas
Vivian.
Sebenarnya Vivian sangat takut pada
Farell, tetapi dia memiliki keberanian karena sekarang ada Adriel di sisinya.
"Kak Farell, kami bukan mau
melarikan diri. Kami hanya pindah rumah untuk sementara waktu," jelas
Gantra yang duduk di kursi roda.
"Boleh saja pindah rumah, tapi
bayar dulu utang sewanya. Kalau masih nggak sanggup bayar, maka gunakan putri
kalian untuk membayar utang seperti yang sudah disepakati sebelumnya,"
ujar Farell sambil menatap Vivian dengan genit.
"Berapa harga uang sewa tiga
bulan? Aku akan membayarnya," ucap Adriel.
Adriel tidak ingin menghabiskan waktu
dengan orang seperti ini, jadi dia langsung menyatakan sikapnya.
"Siapa kamu?" tanya Farell
dengan sombong saat melihat wajah Adriel yang asing.
"Siapa aku nggak ada hubungannya
denganmu. Langsung katakan saja berapa utangnya. Ambil uangnya dan
enyahlah," balas Adriel.
Farell melihat Adriel mengenakan
barang - barang mewah dan tampak luar biasa. Dia pasti tidak kekurangan uang.
Lagi pula, tujuan Farell bukan
meminta uang, melainkan Vivian.
Farell sudah sangat lama menginginkan
Vivian.
"Bocah, jangan mengira kamu bisa
sombong di hadapanku hanya karena punya sedikit uang. Kamu juga nggak cari tahu
siapa aku, ya? Aku, Farell, bukan orang yang mudah dihadapi. Menyingkirlah
kalau kamu pandai baca situasi. Ini bukan urusanmu. Kalau nggak, aku akan
membuatmu nggak bisa keluar dari gang ini," ancam Farell dengan ekspresi
ganas di wajah gemuknya.
"Tampaknya ini bukan masalah
uang lagi," ucap Adriel.
Adriel tahu apa yang dipikirkan
Farell dari tatapan genitnya terhadap Vivian.
Farell tidak menghiraukan Adriel dan
berkata kepada Gantra, "Gantra, kamu seharusnya bersyukur mempunyai putri
yang cantik seperti ini. Biarkan putrimu bersamaku, kelak dia akan hidup enak
dan kalian juga nggak perlu membayar sepeser pun uang sewa. Bagaimana?"
"Nggak bisa," tegas Gantra.
Gantra lebih memilih mati daripada
menjeremuskan putrinya.
"Dasar nggak tahu diri!
Kesabaranku juga ada batasnya," ujar Farell dengan tidak sabar.
Farell langsung memerintah dua anak
buah yang berada di sampingnya, "Pergi, tangkap Vivian."
Adriel langsung menyerang. Dua anak
buah Farell terbang dengan satu pukulan dan langsung memuntahkan darah. Itu
membuat Farell terkejut.
"Menculik wanita di siang
bolong, kamu cukup berani," ujar Adriel.
Adriel berjalan menuju Farell
selangkah demi selangkah.
Farell dikejutkan oleh kehebatan
Adriel. Farell tidak berani berbuat apa-apa. Dia berbalik dan berlari pergi,
dia bahkan terjatuh. Gerakan lari sambil merangkaknya membuat Vivian tidak bisa
menahan tawa.
"Pak Adriel, Farell nggak mudah
dihadapi. Seluruh kota tua ini adalah wilayahnya. Nggak ada orang yang berani
menyinggungnya. Sekarang dia kabur, pasti memanggil orang untuk membalas
dendam."
"Kamu bawa Vivian pergi dulu,
kami berdua akan tetap tinggal," ujar Gantra dengan khawatir.
"Ayah, jangan khawatir. Kak
Adriel sangat hebat sekarang, Farell bukan apa-apa bagi Kak Adriel," ucap
Vivian.
Vivian memiliki perasaan kagum yang
sangat besar terhadap Adriel. Baginya, Adriel bisa melakukan apa pun.
Kak Adriel bahkan tidak menganggap
Wiryo si pemilik Istana Pheonix maupun Brodi si anak wakil ketua Persatuan
Dagang Marlion. Farell bukan apa-apa baginya.
No comments: