Bab 142
Setelah melihat Yunna, Adriel pun
menyapanya, lalu membawanya ke ruang belajar di lantai atas.
Gantra dan Lidya juga belum pernah
bertemu dengan Yunna. Mereka juga cukup terkesan ketika melihatnya.
"Siapa gadis ini? Dia begitu
cantik," kata Lidya.
"Kalau dilihat dari cara
berpakaiannya, dia pasti berasal dari keluarga kaya. Dia mungkin saja pacar Pak
Adriel," ujar Gantra.
Saat ini, Vivian berjalan masuk dan
menjelaskan kepada orang tuanya kalau gadis itu adalah Yunna, nona besar dari
keluarga Millano.
Keduanya sangat terkejut setelah
mendengar nama Yunna.
"Pantas saja dia begitu cantik
dan berkarisma. Ternyata dia Yunna, nona besar dari Keluarga Millano,"
ujar Lidya.
"Pak Adriel ternyata juga
mengenalnya! Pak Adriel sudah jauh lebih hebat dibanding dua tahun yang lalu.
Pak Michael dan istrinya bahkan nggak punya pengaruh sebesar ini selama hidup
mereka!" ujar Gantra.
Di ruang belajar di lantai atas,
Adriel bertanya, "Kenapa kamu ke sini?"
Yunna bertanya balik, "Apa aku
nggak boleh datang mencarimu kalau nggak ada keperluan?"
"Nona Yunna begitu sibuk dan
nggak mungkin akan menghabiskan waktunya dengan sia-sia di sini," jawab
Adriel.
"Bertemu denganmu bukan hal yang
sia-sia, melainkan hal yang sangat penting," ujar Yunna sambil tersenyum.
"Omong-omong, siapa orang yang
ada di lantai bawah?" tanya Yunna.
"Sopir ayahku sebelumnya dan istrinya
juga pelayan rumah kami dulu. Mereka melihat aku tumbuh dewasa sejak aku kecil.
Saat ini, mereka mengalami beberapa masalah dan nggak memiliki tempat tinggal.
Jadi, mereka akan tinggal di sini untuk sementara waktu, "jawab Adriel.
Yunna kembali bertanya, "Gadis
itu lumayan cantik juga, apa itu anak mereka?"
Adriel menganggukkan kepalanya.
"Jadi, kalian berdua sudah
dijodohkan sejak kecil?" tanya Yunna.
"Apa kamu cemburu?" tanya
Adriel sambil tersenyum.
"Untuk apa aku cemburu? Hanya
saja, adikku mungkin akan marah besar kalau dia tahu ada wanita cantik yang
tinggal bersamamu," jawab Yunna.
Adriel segera mengeluarkan buku
teknik tinju dan memberikannya pada Yunna sambil berkata, "Bawalah buku
teknik tinju ini. James dan Wina bisa memakainya untuk latihan."
Yunna mengambil buku teknik tinju itu
dan membacanya sekilas. Dia tentu tahu kalau ini bukan buku biasa.
"Kalau begitu, aku akan mewakili
James dan Wina untuk berterima kasih padamu," ujar Yunna.
Yunna kembali berkata, "Aku
sebenarnya memiliki tujuan lain."
"Katakanlah," jawab Adriel.
"Bisakah kamu pergi melihat satu
pasien di Rumah Sakit Utama?" tanya Yunna.
"Apa pasien itu adalah orang
yang sama dengan yang dikatakan oleh Andrian sebelumnya?" tanya Adriel.
"Dokter Andrian sudah mencarimu?"
tanya Yunna.
"Aku bertemu dengan Andrian di
rumah sakit siang tadi. Dia sempat membicarakan hal ini, tapi aku nggak
mempedulikannya. Pasien seperti apa yang bisa membuatmu datang mencariku?"
tanya Adriel.
"Apa kamu pernah dengar tentang
keluarga Yudos di Sahjaya?" ujar Yunna.
"Aku pernah dengar sedikit
informasi tentang mereka. Keluarga Yudos adalah salah satu dari empat keluarga
besar di Negara Elang bagian selatan," jawab Adriel.
Empat keluarga besar di bagian
selatan Negara Elang bukan hanya dikenal oleh orang-orang yang tinggal di sana,
melainkan dikenal dan ditakuti oleh semua rakyat Negara Elang.
Keluarga Millano tidak seberapa kalau
dibandingkan dengan mereka.
"Sepertinya keluarga Yudos dari
Kota Sahjaya berniat untuk menyerbu ibu kota selatan. Mereka mengirim orang
untuk melakukan penelitian di berbagai kota di area selatan. Kota Silas
memiliki sejarah yang panjang dan merupakan kota budaya. Kepala tim penelitian
dari keluarga Yudos bahkan datang langsung ke Kota Silas," ujar Yunna.
Yunna kembali berkata, "Hanya
saja, dia mendadak sakit parah dan dibawa ke Rumah Sakit Utama untuk menjalani
pengobatan Hingga saat ini, kondisinya nggak membaik dan aku baru mendapatkan
informasi ini hari ini. Keluargaku sangat ingin menjalin hubungan dengan
keluarga Yudos dan mereka meminta aku untuk memikirkan caranya. Bagi mereka,
ini adalah kesempatan yang sangat baik."
No comments: