Membakar Langit ~ Bab 145

 

Bab 145

 

Saat Alan mendengar itu, dia tidak bisa menahan tawanya yang penuh dengan penghinaan.

 

"Anak bodoh! Apa kamu pikir aku, Alan Juwono, mudah untuk ditakuti?"

 

Alan melanjutkan, "Aku tahu kamu cukup tangguh, jadi hari ini aku sengaja mengundang Pak Toni. Dia adalah murid langsung dari Mahaguru Jayson, seorang penguasa tingkat delapan. Sekarang, apakah kamu masih berani sombong?"

 

Alan bersikap angkuh, merasa sudah memenangkan pertarungan ini.

 

"Kalau Mahaguru Jayson sendiri yang datang, mungkin aku perlu berhati-hati. Tapi ahli tingkat delapan sepertimu sama seperti semut. Kamu belum cukup untuk bersikap sombong di depanku," kata Adriel.

 

"Anak sialan! Kamu cukup arogan! Aku mau lihat seberapa lama kamu bisa tetap sombong!" kata Alan saat dia melihat Adriel masih tetap keras kepala. Dia pun memberi isyarat pada Toni.

 

"Pak Toni, kamu lihat sendiri, 'kan? Anak ini bahkan nggak menganggapmu sama sekali," ujar Alan.

 

Mata Toni berkilat dengan amarah, sementara wajahnya penuh dengan niat membunuh.

 

"Semoga kekuatanmu sebesar mulutmu! Aku juga berharap tulangmu sekeras mulutmu. Kalau nggak, aku akan mematahkan tulangmu satu per satu, membuat hidupmu lebih buruk dari kematian," ujar Toni dengan wajah dingin.

 

Adriel menggelengkan kepala perlahan, lalu berkata, "Kalau begitu... ayo mulai."

 

Toni bersiap-siap. Ada suara tulang-tulang berderak yang terdengar dari tubuhnya. Urat -urat di lengannya menonjol, serta pelipisnya tampak berdenyut.

 

Jelas sekali bahwa Toni sudah mencapai tingkatan yang tinggi dalam seni bela diri. Dia hanya selangkah lagi menuju tingkat kesembilan.

 

"Anak muda, kamu nggak akan mampu menahan satu pukulanku!" teriak Toni.

 

Toni mengepalkan tinjunya yang sekeras besi, auranya yang seperti harimau membuat keluarga Juwono dan keluarga Wirawan mundur beberapa langkah.

 

"Penguasa tingkat delapan sungguh luar biasal Aku mau lihat, trik apa lagi yang dimiliki Adriel si anjing ini!" kata Diro tampak penuh dengan kepuasan.

 

"Bum!"

 

Toni mengentakkan kakinya, membuat beberapa ubin di lantai pecah. Dalam sekejap, dia melesat seperti harimau yang turun dari gunung.

 

Saat itu, Toni bagaikan harimau ganas yang siap menerkam mangsanya, kekuatannya tak terbendung!

 

Saat Adriel melihat ini, kelopak matanya sedikit terangkat. Namun, dia tetap berdiri diam di tempat.

 

Hingga kepalan tinju Toni berada 33,33 cm dari wajahnya, barulah Adriel mengangkat tangannya untuk menangkis.

 

"Bum!"

 

Berbeda dengan aura beringas Toni, gerakan Adriel tampak begitu tenang. Dia hanya sekadar mengepalkan tangan, mengangkat tangan, lalu memukul tanpa gerakan yang berlebihan.

 

Kedua tinju mereka bertemu secara langsung!

 

Adriel tetap tidak bergerak sedikit pun, sementara Toni terdorong mundur dengan keras. Setiap langkah mundur yang diambilnya membuat lantai di bawah kakinya retak.

 

Toni langsung mundur sampai ke posisi awal dia melancarkan pukulan, lalu berhenti dengan susah payah dengan tangan kanan yang terus bergetar.

 

"Murid langsung dari seorang mahaguru memang berbeda. Seorang ahli tingkat delapan memiliki kekuatan dua harimau yang setara dengan ribuan kilogram. Ini sungguh mengesankan," komentar Adriel.

 

Namun, ekspresi di wajah Toni sudah berubah drastis, penuh ketidakpercayaan

 

Toni sangat yakin dengan kekuatannya. Dia jauh lebih kuat dibandingkan orang lain di tingkatan yang sama.

 

Namun, dengan satu pukulan tadi, kekuatan yang dia rasakan dari kepalan tangan Adriel lebih dari 500 kilogram!

 

'Mungkinkah anak ini adalah seorang master tingkat sembilan?" batin Toni.

 

Toni berpikir dengan penuh ketidakpercayaan Adriel baru berusia dua puluh tahun lebih, belum pernah ada master tingkat sembilan yang semuda itu di Kota Silas!

 

Jika pun ada, bagaimana mungkin dia tidak terkenal ? Seharusnya namanya sudah pasti tersebar luas di Kota Silas!

 

"Pak Toni ... apa yang terjadi?" tanya Alan. Meskipun Alan tidak berlatih bela diri, dia bukan orang bodoh.

 

Saat kedua orang itu bertarung, Adriel tidak bergerak sedikit pun, sementara Toni mundur kembali ke tempat semula. Jelas bahwa pemenangnya sudah terlihat.

 

Toni mengerutkan kening, lalu berkata dengan suara berat, "Kita semua sudah meremehkan kekuatannya, tapi kamu nggak perlu khawatir. Barusan aku belum mengeluarkan seluruh kekuatanku. Aku adalah murid langsung dari seorang mahaguru, nggak terkalahkan di tingkatan yang sama. Dia bukan apa-apa. Kemenangan sudah pasti di tangan kita!"

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 145 Membakar Langit ~ Bab 145 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 07, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.