Bab 153
Adriel menunjukkan ekspresi wajah
dingin.
Alfian buru-buru berujar,
"Kakak, Kakak Ipar, aku benar-benar sudah menyadari kesalahanku.
Sebelumnya kami memang berhati jahat, nggak tahu berterima kasih! Tolong
maafkan kami. Kalau nggak, kami benar-benar akan bangkrut."
Alfian mengetahui bahwa kakaknya
mudah terpengaruh. Dulu, dia berhasil meminjam uang dengan cara membujuk dan
merayunya.
Sekarang dia mencoba cara yang sama
lagi, menunjukkan penyesalan dan memohon dengan wajah penuh air mata.
Demi pabriknya sendiri, Citra juga
terpaksa menurunkan harga diri, ikut meminta maaf dengan penuh permohonan.
Gantra hanya mendengus dingin dan
tidak terlalu terpengaruh. Dia langsung memalingkan wajahnya, tidak ingin
melihat mereka.
"Aku nggak punya adik sepertimu.
Selama dua tahun ini, kamu sudah membuat kami menderita!" teriak Lidya.
Lidya juga sangat marah sehingga
tidak langsung memaafkan mereka.
Melihat situasi ini, Alfian tiba-tiba
berlutut dengan suara keras. Dia menampar dirinya sendiri, lalu mulai memainkan
peran sebagai orang yang sangat menderita.
Alfian berkata, "Kita adalah
saudara kandung. Semua kesalahan ini ada padaku. Tolong berikan aku satu
kesempatan lagi. Aku akan berubah, nggak akan mengulanginya lagi. Apakah kamu
tega melihat kami sekeluarga terlantar di jalanan dan dipukuli oleh para
penagih utang?"
Dia melanjutkan, "Kalau orang
tua kita di alam baka tahu, mereka pasti nggak mau melihat kita seperti ini,
'kan?"
Dengan air mata dan hidung berair,
Alfian memohon sambil menyebut-nyebutkan orang tua mereka yang sudah meninggal.
Citra juga ikut menangis dan memohon hingga membuat Lidya mulai merasa lembut
hati.
Adriel hanya menonton semuanya dengan
tatapan dingin. Dia sangat memandang rendah sandiwara Alfian yang menggunakan
ikatan keluarga untuk memanipulasi Lidya.
"Ibu, jangan mudah tertipu! Dulu
waktu meminjam uang, mereka juga menggunakan trik yang sama," ujar Vivian.
Vivian sama sekali tidak termakan
dengan drama ini.
"Kak, kalau kamu nggak
memaafkanku, pabrikku akan bangkrut. Aku mungkin akan terpaksa melompat dari
gedung untuk bunuh diri. Aku mohon, maafkan aku. Hanya dengan satu kata darimu,
kamu bisa menyelamatkan nyawa seluruh keluargaku!" kata Alfian.
Alfian terus berakting dengan penuh
semangat, memainkan peran orang yang sangat menderita dengan sangat baik.
Akhirnya, Lidya menghela napas. Dia
tidak bisa menahan perasaan lembut di hatinya.
"Sudahlah, bangunlah. Karena
uangnya sudah dikembalikan, aku akan memaafkanmu. Tapi setelah ini, kita nggak
usah berhubungan lagi. Aku akan menganggap nggak pernah memiliki adik
sepertimu," kata Lidya.
Mendengar hal itu, Alfian diam-diam
merasa senang, karena dia tahu bahwa Lidya sudah memaafkan mereka. Ini berarti
masalah ini sudah selesai. Soal hubungan mereka di masa depan, Alfian sama
sekali tidak peduli.
"Terima kasih, Kak, Kakak
Ipar," kata Alfian dan Citra sambil mengusap air mata mereka. Dalam hati,
mereka merasa sangat gembira.
"Ibu, kamu itu terlalu lembut
hati. Kenapa harus memaafkan mereka? Mereka pantas bangkrut," kata Vivian
dengan wajah tidak senang.
"Sudahlah, apakah kamu
benar-benar ingin memaksa keluarga pamanmu melompat dari gedung untuk bunuh
diri? Kita sudah mendapatkan uangnya kembali, itu sudah cukup," jawab Lidya.
Vivian masih merasa tidak puas. Dia
berujar dengan bibir cemberut, "Kak Adriel, ibuku selalu seperti ini...
"
"Nggak apa-apa, Bibi Lidya
memang berhati baik dan lembut, itu bukan hal yang buruk. Tenang saja, ada aku
di sini," kata Adriel sambil menepuk punggung tangan Vivian untuk
menenangkannya.
"Pak Adriel, lihatlah, kakakku
sudah memaafkan kami," kata Alfian dengan sikap merendahkan di depan
Adriel.
Adriel tersenyum merendahkan sambil
berkata, "Kalau begitu, pergi dari sini. Aku nggak menerima orang berhati
jahat seperti kalian di sini. Jangan pernah datang lagi."
"Pak Adriel, terima kasih atas
kemurahan hatimu. Kami berjanji nggak akan mengganggumu lagi," ujar
Alfian.
Alfian yang sudah merasa lega, lalu
menarik istrinya untuk pergi.
Namun, setelah berjalan beberapa
langkah, Alfian menghentikan langkahnya, lalu dia berbalik untuk bertanya,
"Pak Adriel, pabrikku nggak akan diberikan sanksi lagi, ' kan?"
"Apa aku pernah mengatakan kalau
aku akan menghentikan sanksinya?" tanya Adriel sambil tersenyum dingin.
No comments: