Membakar Langit ~ Bab 154

  

Bab 154

 

Mendengar kalimat itu, wajah Alfian dan Citra langsung menjadi suram.

 

"Pak Adriel, bukannya tadi Anda bilang semuanya bakal beres setelah Kakak dan Kakak Ipar memaafkanku?"

 

"Yang kumaksud adalah kalian harus meminta maaf kepada mereka dan meminta pengampunan mereka, aku nggak pernah bilang akan melepaskan kalian," jawab Adriel dengan santai.

 

Adriel sangat membenci orang yang tidak tahu terima kasih. Dari awal dia memang tidak berniat melepaskan Alfian dan Citra.

 

"Pak Adriel, kondisi kami juga nggak mudah, sekarang kami sudah mengembalikan uang dan juga sudah meminta maaf. Kami mohon kepada Anda untuk melepaskan kami, kalau nggak, kami benar-benar bisa bangkrut, aku mohon!" ujar Alfian yang hanya bisa terus memohon kepada Adriel.

 

"Apa hubungannya denganku kalau kamu bangkrut?" tanya Adriel dengan ekspresi dingin.

 

"Kamu sedang menekan kami ke ambang kematian, ya?" ujar Citra yang sudah tidak bisa menahan diri.

 

"Kalau mau mati, matilah yang jauh."

 

Alfian dan Citra berlutut sekali lagi, tetapi Adriel tetap tidak memedulikan mereka.

 

"Kak, Kakak Ipar, tolong bantu aku bicara! Jangan sampai pabrikku benar-benar bangkrut, atau begini saja, nanti kalau aku sudah menghasilkan uang, aku akan memberikan setengahnya kepada kalian," ujar Alfian dengan panik.

 

Begitu melihat bahwa hati Adriel sekeras batu dan sama sekali tidak termakan trik Alfian yang berpura-pura tampak menyedihkan, akhirnya Alfian hanya bisa meminta tolong kepada Lidya.

 

Gantra tetap diam, tetapi hati Lidya lagi-lagi melunak, dia pun membantu Alfian memohon kepada Adriel.

 

"Pak Adriel, karena mereka sudah menyadari kesalahan mereka dan uang kami juga sudah dikembalikan, bisakah kamu melepaskan mereka?"

 

"Bibi Lidya, sebaiknya kamu nggak usah ikut campur masalah ini," kata Adriel dengan tegas.

 

Mendengar hal itu, Lidya juga tidak bisa apa- apa. Gantra berkata, "Lidya, semua rencana yang dirancang Pak Adriel itu masuk akal, kamu nggak usah membujuk lagi."

 

Lidya juga merasa bahwa sebaiknya dirinya diam.

 

Alfian dengan keras kepala lanjut bertanya, " Pak Adriel mau bagaimana baru bersedia melepaskan kami?"

 

Adriel menatap Alfian dengan sinis, kemudian dia berkata, "Kalian berdua boleh pergi sekarang."

 

Melihat hal tersebut, Citra langsung berbuat gaduh dengan duduk di atas lantai.

 

"Kalau kamu masih belum setuju melepaskan kami, kami juga nggak akan pergi, akan lebih baik kalau kami mati di sini saja," raung Citra.

 

Adriel tersenyum sinis sambil menjawab, " Kamu ingin mencari masalah? Bibi Lidya mungkin termakan trik kalian, tapi aku nggak, kalau kamu mau mati di sini, aku akan mengabulkannya."

 

Setelah berkata demikian, Adriel langsung melesat secepat kilat ke hadapan Citra, lalu mencekik leher Citra dan mengangkat tubuh wanita itu.

 

Citra yang tiba-tiba tercekik, wajahnya langsung berubah pucat. Dia menendang - nendang seperti orang gila dengan mata terbelalak dan terus berusaha untuk melepaskan diri.

 

Lidya dan Gantra, yang berdiri di samping tampak sangat ketakutan.

 

Mereka yakin sekali bahwa Adriel memang berani membunuh orang, karena sebelum Alfian dan Citra datang ke sini, Adriel sudah membunuh seorang ahli tingkat delapan yang juga merupakan murid seorang guru besar.

 

"Pak Adriel..."

 

Wajah Lidya memucat karena ketakutan.

 

Alfian juga merasa sangat ketakutan, dia memohon berkali-kali kepada Adriel.

 

Saat itu, Adriel baru melepaskan Citra dengan membantingnya ke lantai.

 

Citra terbatuk heboh. Barusan dia benar- benar berpikir dirinya akan mati, rasa takut pun meliputi hatinya.

 

"Kalau nggak mau mati, cepat pergi dari sini. Kalau mau mati, aku bisa langsung mengabulkan keinginan kalian."

 

Setelah berkata seperti itu, Adriel memancarkan kekuatan seorang mahaguru. Hal tersebut membuat Alfian serta Citra tersandung-sandung dan kemudian berlari ketakutan.

 

Vivian tersenyum sambil mengacungkan jempol ke arah Adriel.

 

Vivian tidak ingin melepaskan paman dan bibinya yang tidak tahu malu itu dengan mudah, mereka harus menerima hukuman yang sepantasnya.

 

Setelah sukses mendapatkan kembali uang mereka, Gantra menyuruh Vivian untuk melihat-lihat rumah siang nanti, sekalian membeli satu apartemen yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal.

 

Adriel tidak menghentikan Gantra. Keluarga Gantra memang tidak cocok terus - terusan tinggal di rumah Adriel sepanjang waktu.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 154 Membakar Langit ~ Bab 154 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 16, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.