Membakar Langit ~ Bab 157

  

Bab 157

 

"Waktu itu untungnya Tabib Agung langsung beraksi, dia menciptakan resep obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Benar saja, nggak lama kemudian penyakit ini hilang seketika, tapi metode perawatannya nggak pernah diajarkan ke orang lain. Alhasil, sampai sekarang pun yang bisa menyembuhkan penyakit ini ya cuma Tabib Agung saja," jelas Cedric.

 

"Kalau seratus tahun yang lalu, bukannya Tabib Agung sudah meninggal?" kata Yunna.

 

"Tabib Agung juga dikenal sebagai orang suci, dia tentu merupakan seorang master yang usianya bisa mencapai ribuan tahun, mana mungkin dia meninggal? Dia adalah orang nomor satu dalam bidang medis di dunia ini," jelas Cedric sambil mengelus janggutnya. Saat membicarakan Tabib Agung, wajahnya dipenuhi rasa kagum.

 

"Di mana aku bisa menemui Tabib Agung?" tanya Sekretaris Chloe dengan nada cemas.

 

"Tabib Agung adalah sosok orang suci yang luar biasa, dia muncul dan menghilang dengan cepat, kita nggak akan bisa menemukannya dengan mudah."

 

Mendengar kalimat Cedric, Sekretaris Chloe langsung lemas.

 

"Terus bagaimana? Kita harus bagaimana!" ujar Sekretaris Chloe yang merasa putus asa.

 

Yunna bertanya, "Pak Cedric, Anda yakin nggak membuat diagnosis yang salah? Karena penyakit ini adalah penyakit langka yang muncul seratus tahun lalu, lantas kenapa muncul lagi di tubuh Nona Nancy?"

 

"Aku nggak mungkin salah diagnosis, aku pernah membaca catatan soal penyakit ini di sebuah buku kedokteran yang langka. Denyut nadi serta tanda-tanda yang dialami Nona Nancy sama persis dengan penyakit racun darah yang tercatat di dalam buku," ujar Cedric.

 

"Apa nggak ada cara yang lain lagi?" kata Yunna dengan ekspresi kaku.

 

"Aku benar-benar nggak berdaya soal ini," kata Cedric sambil menggelengkan kepala.

 

Andrian kemudian berkata, "Kenapa nggak coba saja air rebusan obat ini? Barangkali bisa meringankan gejala dan mengurangi rasa sakit."

 

"Kalau memang ada obat yang bisa meringankan penyakit ini, kenapa aku nggak pernah tahu?" kata Cedric.

 

"Ini adalah resep obat dari Dokter Adriel, barangkali berguna, 'kan? Supaya Nona Nancy juga nggak kesakitan," ujar Andrian yang tetap bersikeras.

 

Setelah mendengarkan penjelasan Cedric mengenai penyakit racun darah, Andrían pun sebenarnya juga berpikir Adriel tidak mungkin bisa menyembuhkan penyakit ini. Namun, air rebusan obat ini sudah selesai direbus, jadi kenapa tidak dicoba saja?

 

"Karena sudah diresepkan oleh Pak Adriel, kita coba saja," kata Yunna.

 

"Tunggu! Dokter Adriel yang mana? Aku cuma pernah dengar ada dokter yang keterampilan medisnya cukup bagus di Kota Silas, namanya Dokter Bagas. Dari dulu aku nggak pernah dengar ada yang namanya Dokter Adriel, sudah begitu dia mengklaim dirinya sendiri sebagai dokter sakti?" kata Cedric dengan nada menghina.

 

"Keterampilan medis Pak Adriel lebih unggul daripada Pak Bagas, bahkan Pak Bagas saja kagum dengan keterampilan medis Pak Adriel," kata Andrian.

 

"Oh, jadi di Kota Silas ada yang keterampilan medisnya lebih baik dari Bagas?" tanya Cedric dengan nada menghina.

 

Meskipun Cedric yakin keterampilan medisnya sendiri lebih unggul daripada Bagas, tetapi tentu bagus kalau ada orang yang lebih terampil daripada Bagas.

 

"Meskipun kemampuan Dokter Adriel lebih unggul daripada Bagas, aku jamin dia tetap nggak akan bisa menyembuhkan penyakit ini. Kalau kalian mau coba, silakan saja," ujar Cedric.

 

Andrian juga tidak berani mengambil keputusan sendiri, dia bertanya dulu kepada Sekretaris Chloe.

 

Sekarang, Sekretaris Chloe sudah ketakutan dan kebingungan gara-gara memikirkan fakta bahwa dirinya tertular penyakit mematikan ini. Sekretaris Chloe sudah tidak lagi bersikap sombong seperti tadi, dia langsung memberi isyarat bahwa dirinya setuju.

 

Andrian langsung meminta orang yang tidak berkepentingan untuk meninggalkan kamar pasien, dia menyuruh perawat untuk menyeka tubuh Nancy menggunakan air rebusan obat.

 

Nancy yang terbaring di atas tempat tidur pasien merasa sangat tersiksa. Keempat anggota gerak tubuhnya diikat, jika tidak, Nancy mungkin tidak mampu menahan rasa gatal dan mulai menggaruk tubuhnya.

 

Awalnya Nancy masih bisa berteriak, tetapi kemudian jeritannya semakin melemah, sampai akhirnya dia cuma bisa mengerang kesakitan.

 

Para perawat pun merasa merinding saat pertama kali melihat gejala yang dialami Nancy. Bulu kuduk mereka berdiri begitu melihat ruam bernanah dari tubuh Nancy, juga saat melihat banyak bagian tubuh Nancy yang mengalami ulserasi.

 

Namun, begitu air rebusan obat itu diusapkan ke tubuh Nancy, erangan kesakitan Nancy perlahan-lahan mereda. Selain itu, ruam-ruam berdarah juga berhenti menyebar, ruam berdarah yang terlanjur muncul pun tidak pecah dan tidak mengalirkan nanah.

 

Air rebusan obat ini terbukti cukup manjur!

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 157 Membakar Langit ~ Bab 157 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 16, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.