Bab 162
Yunna tidak memedulikan perkataan
Cedric yang jelas-jelas penuh dengan penghinaan ini.
Sekretaris Chloe berkata, "Nona
Yunna, seperti yang kamu harapkan, kami juga sudah meminta maaf. Kuharap dokter
sakti ini bisa menyembuhkan penyakit ini, kalau nggak..."
Meskipun Chloe belum selesai
berbicara, tetapi ancaman di dalam ucapannya sudah sangat jelas. Dia masih
tidak rela dengan permintaan maaf yang dipaksakan sebelumnya.
"Aku ingin tahu, kamu ingin dia
bisa menyembuhkan penyakit ini atau nggak?" tanya Yunna.
"Omong kosong! Tentu saja
mau," jawab Chloe.
"Kalau begitu tutup mulutmu.
Banyak sekali omong kosongmu. Kalau kamu diam juga nggak ada orang yang
menganggapmu bisu."
Yunna lagi-lagi membuat Chloe
terdiam, tetapi mengingat saat ini Chloe membutuhkan bantuannya, dia hanya bisa
menahan kekesalannya.
Yunna keluar dari bangsal, menelepon
Adriel, kemudian menjelaskan tentang kondisi detail Nancy.
"Ternyata seperti yang kuduga,
ini adalah penyakit racun darah," kata Adriel.
"Pak Adriel, bisakah kamu
menyembuhkan penyakit ini?" tanya Yunna dengan ragu sambil menggigit
bibirnya.
Bagaimanapun, seperti yang dikatakan
Cedric, ini adalah penyakit aneh yang dibuat oleh iblis darah seratus tahun
yang lalu, sangat langka dan hanya bisa disembuhkan oleh Tabib Agung.
Jadi, Yunna juga tidak bisa membantah
perkataan Cedric.
Meski menelepon Adriel, Yunna juga
tidak menaruh harapan besar.
"Tentu saja bisa."
Suara Adriel terdengar melalui
telepon, membuat Yunna merasa sangat senang.
"Benarkah?"
"Kapan aku pernah
membohongimu?" balas Adriel.
"Baguslah kalau begitu! Cedric
bilang penyakit ini hanya bisa disembuhkan oleh Tabib Agung, jadi sebenarnya
aku sudah putus asa. Tapi, tidak kusangka keahlian medis Pak Adriel sebanding
dengan Tabib Agung yang legendaris itu!" ujar Yunna dengan bahagia.
Bisa bertemu dengan seorang dokter
sakti dan berteman dengannya memang sangat membanggakan!
Adriel pun berkata, "Keahlian
medis Tabib Agung satu-satunya di dunia, aku masih jauh darinya. Aku hanya
kebetulan tahu tentang cara pengobatan penyakit racun darah saja."
"Lagi pula, jangan terlalu cepat
senang dulu. Meskipun aku bisa menyembuhkan, tapi aku belum mengiyakan untuk
membantunya," lanjut Adriel. Perkataannya langsung menghilangkan semangat
Yunna.
"Pak Adriel bercanda, ya?
Bukannya Bapak sudah berjanji akan membantuku ?" tanya Yunna yang suaranya
tiba-tiba menjadi lembut, dengan sedikit rasa manja.
"Itu karena aku nggak tahu kalau
anggota keluarga Yudos terkena penyakit racun darah, penyakit yang sangat
jarang terjadi dan sudah hampir seratus tahun nggak ada yang pernah kena."
"Orang-orang dari keluarga Yudos
baru saja sampai di Kota Silas dan mereka langsung terkena penyakit ini, kamu
nggak merasa aneh?"
Adriel tahu kalau Yunna adalah orang
cerdas. Tanpa penjelasan lebih banyak darinya, Yunna pasti sudah bisa mengerti.
"Aku akan segera menyelidikinya,
hanya saja, berapa lama lagi Nona Nancy bisa bertahan dengan penyakitnya?"
tanya Yunna.
"Tenang saja, dengan resep obat
yang kuberikan, baik itu diminum maupun dioles, itu dapat meredakan gejalanya,
jadi dia nggak akan mati. Lalu, apakah aku harus mengobatinya, biarkan aku
mempertimbangkannya lagi," kata Adriel lalu langsung menutup telepon.
Penyakit racun darah tiba-tiba muncul
membuat Adriel bingung. Dia juga curiga apakah hal ini ada kaitannya dengan
Tabib Agung atau orang-orang yang datang untuk menyerangnya.
Mungkin ini adalah rencana jahat dari
Tabib Agung.
Jadi, Adriel tidak akan sembarang
bertindak sebelum memahami situasinya dengan jelas.
No comments: