Bab 165
Di dalam hatinya, Adriel sangat
berharap kematian orang tuanya tidak ada hubungannya dengan Ana.
"Oke. Omong-omong, apa Brodi
nggak datang mencari masalah denganmu ? Aku benaran merasa malu karena nggak
bisa banyak membantu masalah ini," tanya Ebert.
"Dia ada datang, tapi aku
berhasil mengusirnya. Tenang saja, aku bisa menangani ini sendiri. Kamu fokus
saja pada bisnismu," jawab Adriel sambil tersenyum.
"Kesempatan emas ini nggak akan
aku sia- siakan," kata Ebert dengan semangat menggebu-gebu.
Di Mansion Nevada, vila keluarga
Lein.
Thomas sudah keluar dari rumah sakit,
meskipun luka di wajahnya belum sepenuhnya sembuh. Dia sudah tidak sabar untuk
membalas dendam kepada Adriel.
Thomas langsung mengendarai mobil
menuju rumah keluarga Lein.
Melihat Thomas datang berkunjung, Sri
sangat senang. Dia menyambut dengan penuh hormat dan merendah, lalu menanyakan
kabarnya dengan ramah.
Selama dua hari Thomas dirawat di
rumah sakit, Sri dan Fanny sering menjenguknya dengan niat untuk menjalin
hubungan erat dengan keluarga Santoso. Mereka tahu bahwa hanya dengan
mendekatkan diri pada keluarga Santoso, mereka bisa bertahan di Persatuan
Dagang Marlion. Tanpa dukungan tersebut, meskipun keluarga Lein berhasil
mendapatkan kerja sama dengan Grup Jahaya, mereka masih bisa tersingkirkan
kapan saja.
"Thomas, kedatanganmu
benar-benar membawa kehormatan bagi keluarga kami. Nggak perlu repot-repot
membawa hadiah," kata Sri dengan ramah.
"Ini kunjungan pertamaku, hadiah
kecil ini hanya untuk menghormati. Mungkin ke depannya aku akan sering
datang," jawab Thomas.
"Baguslah, kami sangat senang.
Aku sangat mendukung hubunganmu dengan Fanny. Bagaimana kalau kita cari waktu
untuk bertemu dengan ayahmu dan membicarakan hubungan kalian berdua?" kata
Sri yang berusaha untuk mengikat Thomas sebagai menantu.
"Ayahku mungkin akan sangat
sibuk akhir- akhir ini. Hari ini, wakil ketua Persatuan Dagang Marlion, Alan
Juwono, baru saja dipecat. Kemungkinan besar ayahku akan menggantikannya, jadi
dia akan sibuk mengurus itu," jawab Thomas dengan bangga.
Dia hanya ingin tidur dengan Fanny
dan tidak tertarik dengan komitmen jangka panjang.
Mendengar itu, mata Sri langsung
bersinar.
"Dengan koneksi dan kemampuan
ayahmu, posisi wakil ketua pasti akan menjadi miliknya. Nantinya kami akan
sangat bergantung pada bantuan ayahmu. Jika bisa, tolong bantu Cheky
mendapatkan posisi sebagai pengurus di komite itu," ujar Sri.
"Tentu saja! Jika ayahku menjadi
wakil ketua, mengangkat Paman Cheky sebagai pengurus adalah hal yang mudah.
Kita ini keluarga, pasti akan saling membantu," kata Thomas tanpa ragu.
Dia menjanjikan hal-hal besar dengan
santai. Itu membuat Sri dan Fanny menjadi sangat bersemangat.
Sri merasa sangat beruntung bisa
menjalin hubungan dengan keluarga Santoso. Hubungan ini tidak hanya mencegah
Grup Candila diambil alih, tetapi juga membantu mendapatkan kerja sama dengan
Grup Jahaya. Dalam waktu dekat, mereka mungkin bisa naik lagi menjadi pengurus
di Persatuan Dagang Marlion.
Dengan bantuan dari keluarga Santoso,
keluarga Lein benar-benar bisa naik ke jajaran keluarga -keluarga elit di Kota
Silas. Ini adalah impian terbesar Sri.
Fanny tentu saja sangat menginginkan
hal ini. Dia bermimpi menjadi seorang wanita sosialita sejati di Kota Silas.
Fanny tidak pernah puas hanya menjadi
anak keluarga Lein. Meskipun terlihat kaya, tanpa masuk ke dalam lingkaran
elit, dia tidak memiliki status maupun prestise. Di depan para sosialita
sejati, dia tampak seperti anak orang kaya baru.
"Terima kasih, Thomas,"
kata Fanny.
Meskipun pada awalnya dia tidak
menyukai Thomas, sekarang dia melihat betapa besar manfaat yang bisa diberikan Thomas
untuk keluarganya dan perubahan status yang bisa dibawa kepadanya. Dia sudah
tidak peduli lagi tentang cinta atau tidak cinta.
"Kenapa kamu segan sekali
denganku?" ujar Thomas sambil menggenggam tangan Fanny, membuat mereka
tampak sangat mesra.
"Omong-omong, aku datang hari
ini karena ada urusan penting lainnya. Aku mau balas dendam ke si berengsek
Adriel!" kata Thomas dengan nada penuh amarah.
Saat nama Adriel disebut, seluruh
aura Thomas langsung berubah menjadi penuh dengan niat membunuh.
No comments: