Bab 173
Suara Adriel terdengar dingin. Dia
tidak lagi memberi toleransi terhadap Sri dan anaknya.
Karena dia tahu bahwa tidak peduli
seberapa banyak toleransi yang diberikan, itu tidak akan mengubah ketulusan
hati mereka. Jika ada kesempatan, mereka masih akan memilih untuk
menjatuhkannya.
"Kamu ... Apa yang kamu
inginkan? Apakah kamu akan melukai kami seperti yang kamu lakukan ke
Thomas?" ujar Sri.
Sri tidak ingin menjadi orang lumpuh
yang kehilangan tangan dan kakinya.
"Bukankah tadi kalian mengejek
Paman Gantra dan memanggilnya cacat? Aku akan membuat kalian merasakan apa yang
dirasakan oleh Paman Gantra," ucap Adriel.
Setelah selesai bicara, Adriel mulai
berjalan ke arah Sri dan Fanny.
"Nggak!"
Fanny teriak ketakutan. Dia lebih
takut kehilangan tangan dan kakinya daripada Sri.
"Adriel, Gantra hanya sopir
mantan keluargamu. Tapi bagaimana dengan hubungan antara keluarga kita? Aku
melihatmu tumbuh dewasa, pernah menggendong kamu, memasak untukmu,
dan juga memberimu makanan!"
"Hari ini kami memang salah.
Tapi apa kamu benar-benar ingin kejam kepada kami hanya karena seorang
pembantu?"
Sri tidak punya pilihan selain
memainkan kartu perasaan.
"Meskipun Paman Gantra hanya
seorang pembantu yang statusnya nggak sebanding dengan kalian, dia memiliki
sesuatu yang nggak pernah kalian miliki selama ini. Karena itu, kalian nggak
pantas dibandingkan dengannya," ucap Adriel.
"Memangnya apa yang dimiliki
pembantu itu?" tanya Sri tidak senang.
"Hati nurani!"
"Dia punya hati nurani,
sedangkan kalian nggak punya! Kalian adalah serigala bermata putih, nggak
bersyukur, dan egois. Kalian bahkan kehilangan kebajikan dasar manusia.
Beraninya kalian mengejek orang lain. Lucu sekali!"
"Anjing yang diberi makan pun
masih tahu berterima kasih, tapi kalian begitu acuh tak acuh. Kalian lebih
buruk daripada binatang. Apa hak kalian membahas hubungan masa lalu denganku?
Apa hak kalian memohon belas kasihan?"
Kata-kata Adriel terdengar seperti
pisau yang menusuk ke tubuh Sri dan Fanny. Itu membuat keduanya terluka dan
terpuruk.
"Aku nggak pernah mengharapkan
kalian untuk balas budi. Aku juga nggak benci kalian yang nggak bersyukur. Tapi
kalian justru membalas budi dengan kebencian, bahkan berharap aku mati. Kalau
begitu, jangan salahkan aku jika aku bertindak keras ke kalian," ucap
Adriel.
Perkataan Adriel membuat Sri dan
Fanny terdiam, tidak bisa membantah dan merasa malu.
"Kak Adriel, aku salah. Tolong
jangan sakiti aku. Jika kamu membebaskan aku dan ibuku, aku akan melanjutkan
pertunangan kita dan tetap menjadi tunanganmu," ucap Fanny ketakutan dan
panik.
"Jadi tunanganku? Kamu nggak
pantas!" ucap Adriel sambil menggelengkan kepalanya.
Kalimat sederhana itu memiliki
kekuatan yang besar dan membuat Fanny merasa terhina.
Fanny sebenarnya hanya ingin mengalah
dan menyelamatkan diri dari bencana ini sekarang. Dia sama sekali tidak ingin
menjadi tunangan Adriel. Namun, dia tidak menyangka Adriel akan menolaknya seperti
sepatu bekas.
Ini membuat Fanny merasa terpukul dan
malu.
"Ibu, bagaimana ini? Aku nggak
mau kehilangan tangan dan kakiku. Itu akan menghancurkan kehidupanku
selamanya," tanya Fanny pada Sri.
Fanny sadar bahwa dirinya tidak bisa
lagi melawan dan hanya bisa bersembunyi di belakang Sri. Kini hatinya penuh
dengan ketakutan dan penyesalan.
Pastinya yang dia sesali bukan karena
tidak tahu bersyukur. Yang dia sesali adalah dia seharusnya tidak mengikuti
Thomas untuk bersikap sombong dan arogan hingga berakhir terjebak ke dalam
masalah ini.
Sri juga tahu bahwa setelah Adriel
mengucapkan kata-kata ini, berarti dia telah bertekad mengambil tindakan
terhadap mereka.
"Adriel, bagaimanapun ceritanya,
semua ini salahku. Kamu benar, aku nggak tahu bersyukur, aku membalas budi
dengan kejahatan, pandanganku sempit, nggak tahu malu. Aku minta maaf padamu.
Aku akan bertanggung jawab atas semua kelakuanku. Kamu bisa membunuh atau
menghukum aku. Aku hanya memohon agar kamu memaafkan Fanny."
"Kamu bisa melampiaskan semua
kemarahan padaku dan aku nggak akan mengeluh sama sekali."
Sri bertekad hati dengan segala upaya
hanya untuk melindungi putrinya.
Sri tahu. Dia tidak masalah jika dia
menjadi lumpuh karena selama keluarga Lein belum bangkrut, dia masih bisa
menjalani kehidupan sebagai istri kaya raya tanpa mengkhawatirkan apa pun.
Namun, jika Fanny mengalami masalah,
Thomas pasti tidak akan menganggapnya lagi. Jika Keluarga Lein kehilangan
bantuan dari keluarga Santoso, mereka pasti akan diusir oleh Persatuan Dagang
Marlion. Jika itu terjadi, keluarga Lein akan jatuh bangkrut.
Mereka akan kehilangan segalanya.
Sri memang pantas menjadi orang yang
mengelola keuangan. Dia sangat pandai menghitung laba rugi.
No comments: