Membakar Langit ~ Bab 176

   

Bab 176

 

"Dua akar ginseng ratusan tahun? Sialan, dia keterlaluan!" ucap Heri.

 

Heri langsung marah begitu mendengar hal itu. Bukan hanya melukai putranya, dia juga berani mengeksploitasi dan memerasnya. Ini sungguh tidak bisa ditoleransi.

 

"Kamu pergi operasi dulu, Ayah akan mengurus masalah ini. Beraninya dia mengintimidasi keluarga Santoso. Nggak peduli apa latar belakangnya, aku akan membuatnya mati mengenaskan," ujar Heri.

 

Thomas langsung merasa lega setelah mendengar ucapan Heri.

 

Thomas tahu bahwa ayahnya benar-benar marah, jadi Adriel pasti akan celaka.

 

Fanny juga memegang tangan Thomas dan menghiburnya, "Kak Thomas, jalanilah operasi dengan tenang. Aku akan menunggu di luar ruang operasi sampai kamu keluar."

 

"Kalau begitu, tolong temani anakku operasi, ya. Ada orang penting di Rumah Sakit Utama, Nona Yunna juga ada di sana, jadi aku harus pergi ke sana," perintah Heri pada Sri dan Fanny.

 

"Pak Heri, aku dengar bahwa Alan, wakil ketua Persatuan Dagang Marlion, telah dipecat. Aku ucapkan selamat padamu atas kenaikan jabatan sebagai wakil ketua. Keluarga Lein mengandalkan bantuanmu kelak," sanjung Sri pada Heri.

 

"Masalah naik jabatan menjadi wakil ketua belum ditetapkan. Masih terlalu dini untuk membicarakannya sekarang," ujar Heri sambil melambaikan tangan.

 

"Dengan kemampuan dan koneksimu, serta posisi dan pengalaman dalam Persatuan Dagang, kamu pasti akan menjadi wakil ketua," puji Sri.

 

"Terima kasih doanya. Jangan khawatir, karena putraku dan putrimu berpacaran, mungkin kelak kita akan menjadi satu keluarga. Aku pasti akan membantu kalian," ujar Heri.

 

Janji manis tidak membutuhkan modal apa pun, satu kalimat Heri sudah membuat Sri sangat gembira.

 

"Benar sekali. Cepat atau lambat, kita akan menjadi satu keluarga. Oh, iya, siapa orang penting yang ada di Rumah Sakit Utama? Karena Nona Yunna juga ada di sana, bisakah kamu memperkenalkan kami? Aku mau bertemu dengan Nona Yunna," ujar Sri penuh harapan.

 

Wajah Heri langsung menjadi masam.

 

"Nona Yunna sedang sibuk dengan urusan penting. Dia nggak punya waktu untuk menemuimu," balas Heri.

 

"Aku terlalu lancang. Jangan marah, Pak Heri," tutur Sri.

 

Sri langsung menyadari bahwa dia terlalu terburu-buru dan segera meminta maaf.

 

"Mengenai orang penting di Rumah Sakit Utama, dia bukan orang yang bisa kamu dekati. Jangan menyelidikinya. Jagalah putraku dengan baik. Jangan menanyakan hal yang nggak seharusnya, itu nggak ada manfaat bagimu!" ujar Heri.

 

Setelah Heri selesai bicara, dia mengibaskan lengan bajunya dan berjalan pergi.

 

Walaupun Sri sangat ingin segera mendekati keluarga Millano, dia juga mengerti bahwa dia tidak boleh terlalu terburu-buru saat ini. Jadi, dia hanya bisa menunggu di luar ruang operasi dengan patuh bersama Fanny.

 

Meskipun informasi bahwa penanggung jawab keluarga Yudos mengidap penyakit aneh dan harus dirawat di rumah sakit telah diblokir, beberapa orang dalam Persatuan Dagang Marlion tetap mengetahuinya.

 

Heri adalah salah satunya.

 

Alasan pertama Heri datang ke rumah sakit dengan terburu-buru adalah karena putranya yang terluka. Alasan keduanya adalah untuk mencari perhatian dan memperjuangkan posisi wakil ketua dalam Persatuan Dagang Marlion.

 

Heri tidak berharap bisa mendekati orang- orang dari keluarga Yudos.

 

Di sisi lain, wajah Sri yang menunggu di luar ruang operasi mendadak menjadi sangat pucat dan dia berteriak kesakitan.

 

Tindakan yang dilakukan Adriel pada tubuhnya telah bereaksi. Di antara tiga titik akupunktur, ada satu titik yang membuat energi sejati kacau dan itu membuat Sri sangat kesakitan. Dia pun langsung jatuh serta berguling-guling di lantai. Kejadian ini membuat Fanny sangat terkejut dan segera berteriak meminta tolong.

 

Dokter dan perawat segera datang setelah mendengar teriakan itu. Mereka mengangkat Sri yang kesakitan di lantai dan membawanya ke ruang perawatan lain untuk penanganan.

 

Sri saat ini sangat kesakitan, wajahnya pucat serta bercucuran keringat. Dia tidak bisa berbicara selain berteriak kesakitan. Seluruh tubuhnya juga kejang.

 

Dokter telah berusaha keras untuk menyelamatkan dan mencoba meredakan rasa sakit, tetapi tidak ada efeknya.

 

Fanny ketakutan dan bingung, lalu dia segera menghubungi Cheky.

 

Cheky langsung mengesampingkan pekerjaannya dan bergegas ke rumah sakit.

 

Cheky masih belum mengetahui masalah yang terjadi di Mansion Nevada hari ini. Saat dia tiba di rumah sakit, gejala Sri masih belum hilang. Sri kesakitan sampai berguling -guling di tempat tidur dan seluruh wajahnya terdistorsi. Jika dokter dan perawat tidak menahannya, Sri sudah pasti berguling-guling di lantai.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 176 Membakar Langit ~ Bab 176 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 16, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.