Membakar Langit ~ Bab 196

  

Bab 196

 

Yunna langsung berjalan ke sisi tempat tidur Nancy.

 

"Nona Nancy, kamu sudah banyak menderita kali ini," kata Yunna.

 

"Yunna ... apa yang kamu inginkan? Dengan kondisiku yang seperti ini, hidupku nggak akan lama lagi. Kalau kamu membunuhku, itu juga malah membantuku. Tapi, bagaimanapun kamu menyembunyikan masalah ini, keluarga Yudos nggak akan tinggal diam," kata Nancy dengan suara lemah.

 

Nancy benar-benar tersiksa oleh penyakit racun darah. Dia merasa begitu kesakitan, hingga tidak ingin hidup lagi. Pada saat ini, kematian adalah satu-satunya jalan keluar baginya.

 

Itulah sebabnya, Nancy tidak terlihat ketakutan.

 

"Selama kamu ingin hidup, kamu nggak perlu mati. Pak Adriel bisa menyembuhkan penyakit racun darah. Aku juga bisa meminta Pak Adriel untuk mengobatimu,". kata Yunna.

 

"Tapi, ada syaratnya, 'kan?"

 

Nancy juga seorang wanita yang sangat cerdas. Begitu Yunna şelesai berbicara, Nancy langsung bisa menebak rencana Yunna.

 

"Berurusan dengan orang yang cerdas memang menghemat waktu. Kamu adalah wanita yang cerdas, Nona Nancy. Jadi, aku nggak perlu banyak bicara. Semua ini tergantung apakah kamu masih mau hidup atau mati," kata Yunna.

 

Di dalam hati, Nancy juga mempertimbangkan untung dan ruginya Jika ingin tetap hidup, dia harus menyembunyikan kematian Paul dan Fahmi, sehingga keluarga Yudos tidak lagi menyelidiki masalah ini.

 

Inilah syarat dari kesepakatan tersebut.

 

"Apa kamu nggak takut begitu aku sembuh, aku akan berubah pikiran dan meninggalkan Kota Silas? Salah satu dari yang meninggal itu adalah sepupuku dan yang lainnya adalah tangan kanan ayahku," kata Nancy setelah terdiam selama beberapa saat.

 

"Kalau Pak Adriel bisa menyembuhkan penyakit racun darah ini, tentu dia juga punya cara untuk nggak menyembuhkannya secara total. Kalau kamu mengingkari janji, kamu juga pasti akan mati," kata Yunna.

 

"Kamu pikir kamu bisa mengancamku dengan ini? Kamu salah besar. Aku, Nancy, lebih memilih mati daripada terus-menerus dikendalikan olehmu dan menjadi. bonekamu!" ujar Nancy dengan tegas.

 

Saat ini, dua wanita cerdas tersebut saling beradu argumen. Percakapan mereka penuh perhitungan dan tipu muslihat.

 

Di sampingnya, Adriel hanya diam memperhatikan. Dia juga memahami cara Yunna dalam menyelesaikan masalah.

 

Akan tetapi, Nancy bukanlah wanita yang mudah dikendalikan. Semua ini tergantung pada dua wanita tersebut, siapa di antara keduanya yang lebih unggul.

 

"Apa yang kukatakan ini, hanyalah salah satu cara saja. Untukmu, nggak perlu pakai cara seperti itu. Aku yakin, kalau Nona Nancy sudah berjanji, pasti nggak akan mengingkarinya," kata Yunna.

 

"Apa yang membuatmu yakin padaku? Jangan kira kamu mengenalku dengan baik.'

 

Nancy merasa dirinya agak kalah. Yunna sudah bisa memahami dirinya. Hal ini membuat Nancy merasa sangat tidak senang.

 

"Paul begitu bangga pada statusnya, sehingga membunuh sekretarisku, Irish, tanpa alasan. Seorang pembunuh harus dihukum mati. Paul pantas mati. Selain itu, aku sarankan padamu untuk menyelidikinya setelah pulang ke rumah. Mungkin akan ada banyak hal yang bisa kamu dapatkan. Alasan kenapa kamu bisa sakit, mungkin ada hubungannya juga dengannya," jelas Yunna.

 

"Omong kosong. Paul adalah sepupuku: Bagaimana mungkin dia akan menyakitiku? Jangan mencoba merusak hubungan kami," ujar Nancy sambil mendengus dengan dingin.

 

"Coba pikir baik-baik dari apa yang dilakukannya saat tiba di rumah sakit. Paul sama sekali nggak berniat untuk menyembuhkanmu. Sebaliknya, selama Paul nggak bodoh dan punya kecerdasan di atas rata-rata, dia nggak akan mungkin menyinggung Pak Adriel tanpa alasan yang jelas. Semua itu sama sekali nggak ada gunanya. Tapi, Paul malah menggunakan cara yang paling bodoh untuk mengacaukan semuanya. Apa kamu nggak merasa kalau semua itu nggak masuk akal? Bukankah kamu juga menghentikannya tadi?" ujar Yunna.

 

Yunna selalu mencurigai hal itu di dalam hati. Niat Paul terlalu jelas dari awal hingga akhir.

 

"Tentu saja, kalau sepupumu itu seperti sekretarismu yang sok kuasa dan nggak punya otak, kamu bisa mengabaikan apa yang aku katakan," lanjut Yunna.

 

Melihat Yunna menghina Nancy, Chloe pun ingin membalasnya. Namun, ketika melihat Adriel di sampingnya, Chloe teringat jika nyawanya sekarang berada di tangan Yunna dan Adriel. Jadi, Chloe hanya bisa menahan amarahnya dengan sabar.

 

Mendengar hal tersebut, Nancy pun mulai memikirkannya.

 

Setelah beberapa saat, barulah Nancy berkata, "Hari ini sepupuku memang agak aneh. Biasanya, dia bukanlah orang yang suka memerintah, sombong, dan nggak masuk akal seperti ini."

 

"Mengenai Mahaguru Fahmi ini, dia dan Pak Adriel sama-sama seorang mahaguru. Dia ingin membunuh Pak Adriel, tentu Pak Adriel punya alasan untuk membunuhnya. Dalam situasi seperti ini, menurut aturan dunia persilatan, hidup dan mati ditentukan oleh kemampuan masing-masing," tambah Yunna.

 

Yunna tahu jika negoisasi telah berhasil. Jadi, masalah ini juga bisa dianggap selesai.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 196 Membakar Langit ~ Bab 196 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 16, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.