Bab 197
Setelah memikirkannya masak-masak,
Nancy pun akhirnya berkata, "Oke, aku setuju. Selama Pak Adriel bisa
menyembuhkan kami, aku jamin keluarga Yudos nggak akan menyelidiki masalah
ini."
Yunna tersenyum dan berkata,
"Nona Nancy memang wanita yang bijaksana. Aku kagum padamu."
"Nona Yunna sangat cerdas dan
memiliki hati yang lembut. Aku juga sangat mengagumimu. Dengan memiliki dirimu,
keluarga Millano pasti akan memiliki masa depan yang cerah. Kota Silas ini
terlalu kecil untukmu," kata Nancy.
Dua wanita yang tadinya bertengkar,
sekarang saling memuji satu sama lain.
"Kalau begitu, aku ingin minta
tolong pada Pak Adriel untuk bersedia mengobati," kata Nancy.
Nancy sudah cukup tersiksa oleh
penyakit racun darah ini. Dia hanya ingin segera sembuh.
"Aku sudah membunuh dua orang.
Jadi, sekarang aku hanya bisa menyelamatkan dua orang. Di antara mereka
bertiga, pilih satu orang saja," kata Adriel.
Mengobati penyakit racun darah sangat
menguras pikiran dan tenaga. Oleh karena itu, Adriel tidak berniat untuk
mengobati mereka berempat.
"Pak Adriel... "
Adriel melambaikan tangannya dan
berkata, "Jangan tawar-menawar denganku. Aku setuju untuk mengobati dua
orang karena menghormati Yunna. Kalau nggak, aku nggak akan mau menyelamatkan
siapa pun, karena aku sama sekali nggak takut akan pembalasan dendam keluarga
Yudos."
"Nona Nancy, tolong aku. Tolong
selamatkan aku. Aku adalah orang yang paling setia kepadamu. Aku juga yang
paling lama ikut bersamamu," pinta Chloe.
Begitu Chloe mendengar jika hanya
satu dari mereka bertiga yang bisa selamat, dia pun segera memohon kepada Nancy
untuk menyelamatkan dirinya.
Chloe sendiri juga yakin jika Nancy
pasti akan memilihnya.
Dari mereka bertiga, Chloe adalah
orang yang paling dekat dengan Nancy. Dia adalah sekretaris Nancy. Chloe sudah
ikut bersama Nancy selama beberapa tahun.
Yang lainnya adalah pengawal.
Pengawal tersebut merupakan seorang ahli bela diri tingkat manusia biasa.
Keluarga Yudos memiliki banyak orang seperti dia dan nyawanya tidak terlalu
berharga.
Yang terakhir adalah manajer
perusahaan Nancy. Meskipun jabatannya terbilang tinggi, dia baru saja bergabung
dengan perusahaan. Jadi, dia juga kurang berharga.
Pengawal dan manajer itu juga
menyadari jika kedudukan mereka di hati Nancy tidak sebanding dengan Chloe. Itu
sebabnya, mereka sama sekali tidak memohon belas kasihan.
"Nona Nancy, aku hanya berharap
kamu bisa meminta rumah sakit untuk mengatur euthanasia untukku. Aku nggak
ingin mati dalam penderitaan," pinta sang manajer.
Pengawal itu tidak mengucapkan
sepatah kata pun.
"Apa kamu sudah menentukan
pilihan?" tanya Adriel.
Nancy adalah orang yang lugas.
Mengetahui tidak ada cara untuk melakukan tawar menawar dengan Adriel, dia pun
langsung berkata, "Selamatkan manajerku, Miranda."
Miranda dan Chloe sama-sama tertegun,
begitu kata-kata tersebut terlontar dari mulut Nancy. Mereka berdua jelas tidak
menduganya.
"Nona Nancy, apa kamu salah
bicara? Harusnya kamu menyelamatkanku!" protes Chloe.
Chloe begitu emosional, sampai-sampai
dia langsung duduk tegak di atas tempat tidur.
"Tutup mulutmu! Orang terakhir
yang ingin kuselamatkan adalah dirimu. Kamu sombong dan menganggap dirimu itu
pintar. Jangan kira aku nggak tahu semua perbuatan kotor yang sudah kamu
lakukan di depan mataku!"
Nancy membentaknya dengan nada
dingin. Meskipun sedang sakit parah, dia masih memiliki wibawa.
"Aku memang bersalah, Nona.
Tolong beri aku kesempatan sekali lagi mengingat aku sudah mengikutimu selama
bertahun- tahun. Aku nggak ingin mati," pinta Chloe dengan memelas.
Chloe begitu ketakutan. Dia terus
memohon belas kasihan.
Nancy tidak menghiraukan Chloe dan
menatap pengawal yang bernama Wildan Cadira itu.
"Wildan, jangan merasa nggak
terima. Aku tahu kamu sangat dekat dengan sepupuku. Kalau sepupuku benar-benar
ingin membunuhku, kamu pasti jadi kaki tangannya. Tentu saja; mungkin aku salah
menuduhmu. Tapi, lebih baik membunuh orang yang salah daripada membiarkan orang
yang bersalah lolos.
Setelah nantinya diselidiki dengan
jelas dan kamu terbukti nggak bersalah, aku akan memperlakukan keluargamu
dengan baik," tutur Nancy.
Nancy sendiri juga sama tegas dan
lugasnya. Hanya dengan beberapa patah kata, dia langsung memutuskan nasib
pengawal dan sekretarisnya.
No comments: