Bab 198
Mendengar perkataan Nancy, Wildan pun
memutuskan untuk tidak lagi menyembunyikannya.
"Nona Nancy, aku memang sudah
melakukan sesuatu yang salah kepadamu. Tapi, semua itu nggak ada hubungannya
dengan keluargaku. Aku harap, kamu bersedia mengampuni keluargaku," kata
Wildan yang mengakui kesalahannya.
"Kelihatannya, penyakit racun
darah ini memang ada hubungannya dengan sepupuku. Wildan, selama kamu berkata
jujur, aku jamin keluargamu akan baik-baik saja," kata Nancy.
Akan tetapi, Wildan memilih untuk
tidak mengungkapkan segalanya kepada Nancy.
"Nona, kalau aku mengatakannya,
keluargaku pasti akan mati. Sekarang, satu- satunya cara untuk menebus
kesalahanku adalah dengan kematianku!"
Setelah berkata seperti itu, Wildan
mengangkat tangannya dan menepuk kepalanya sendiri. Dia langsung bunuh diri di
tempat.
Melihat hal tersebut, Nancy pun tidak
bisa melakukan apa-apa. Namun, dari tindakan bunuh diri yang dilakukan Wildan
dan kata - kata yang diucapkannya sebelum meninggal, sudah bisa dipastikan jika
Paul memang memiliki niat jahat. Itu semua sudah cukup.
Mengikuti petunjuk dari Paul, maka
akan bisa melacak petunjuk berikutnya dan mencari tahu siapa dalang yang berada
di balik semua ini secepat mungkin.
Chloe mengenal sifat Nancy. Sekali
memutuskan, Nancy tidak akan pernah berubah pikiran. Tidak peduli seberapa
keras Chloe memohon, Nancy tidak akan pernah mengubah keputusannya.
Oleh karena itu, Chloe hanya bisa
menggantungkan harapannya kepada Adriel.
Bagaimanapun, Adriel-lah sebenarnya
yang akan menyelamatkan mereka.
Selama Adriel bersedia mengobatinya,
Chloe masih bisa tetap hidup.
Chloe turun dari tempat tidur dan
berlutut di depan Adriel.
"Dokter Adriel, aku benar-benar
nggak mau mati. Aku mohon padamu, tolong selamatkan aku. Menyelamatkan satu
orang lagi adalah hal yang mudah bagimu," pinta Chloe.
"Selama kamu bersedia
menyelamatkanku, aku bisa memberikan berapa pun biaya pengobatan yang kamu
minta. Setelah ini, hidupku akan menjadi milikmu. Aku bersedia melayanimu
sebagai budak," lanjutnya.
Saat ini, Chloe tidak lagi
menunjukkan sikapnya yang semena-mena sebagai sekretaris dari Nancy. Chloe
berlutut di lantai dengan keadaan yang sangat menyedihkan. Dengan tubuh yang
dipenuhi darah juga nanah, dia menjadi tidak bisa lagi dikenali dan terus
memohon dengan menyedihkan.
"Melayaniku? Kamu nggak layak
untuk melakukannya," balas Adriel tetap tidak bergeming.
Chloe tidak punya pilihan selain
bersujud dan memohon kepada Yunna sembari berkata, "Nona Yunna, tolong
selamatkan aku. Sebelumnya, itu semua memang kesalahanku. Aku nggak tahu siapa
kalian dan memanfaatkan kedudukanku sebagai sekretaris Nona Nancy untuk bertindak
semena -mena terhadap yang lain. Tolong bermurah hatilah dan tunjukkan belas
kasihanmu untuk menyelamatkanku."
Chloe bersujud dan kembali menampar
dirinya sendiri.
Yunna bukanlah orang yang berhati
lembut. Dia berkata dengan acuh tak acuh, " Majikanmu sendiri saja nggak
mau menyelamatkanmu, apa gunanya kamu memohon padaku? Setiap orang yang
melakukan kesalahan harus menerima hukuman dan menanggung akibatnya.
Semuanya menjadi seperti ini adalah
akibat perbuatanmu sendiri. Jangan salahkan orang lain."
Chloe merasa sangat putus asa. Dia
terkulai lemas tak berdaya di lantai sambil menangis dengan keras.
"Dokter Andrian, tolong urus
semuanya dan persulit dia," kata Nancy kepada Andrian.
Andrian menganggukkan kepalanya. Dia
segera memanggil petugas yang mengenakan pakaian pelindung untuk menyeret Chloe
pergi, juga menyeret mayat di ruang rawat inap itu ke kamar mayat.
Chloe berteriak putus asa. Mengetahui
bahwa dirinya pasti akan mati, Chloe pun sudah tidak peduli lagi untuk
mengambil risiko.
"Nancy, kamu wanita yang kejam!
Aku menyumpahimu agar mati mengenaskan ! Sekalipun menjadi hantu, aku nggak
akan pernah melepaskanmu!"
"Kamu juga. Sebagai seorang
dokter, kamu tega melihat orang lain mati dan nggak mau menyelamatkannya.
Dokter jahat sepertimu juga pasti akan mati dengan cara yang mengerikan!"
Ruang rawat inap itu akhirnya kembali
tenang. Setelah memeriksa denyut nadi Nancy dan Miranda, Adriel meminta Andrian
untuk menyiapkan ruang rawat inap lainnya untuk Nancy dan Miranda. Kemudian,
Adriel menuliskan tiga resep obat.
Dua resep obat diberikan kepada Nancy
dan Miranda.
Keduanya menunjukkan gejala penyakit,
yang memerlukan kombinasi formasi dan obat-obatan untuk menyembuhkannya.
Lantaran tingkat keparahan gejala pada keduanya berbeda, dosis obat juga perlu
disesuaikan.
Sementara itu, resep obat yang
lainnya diberikan kepada Yunna.
No comments: