Bab 208
Wilsen segera membelalakkan matanya
dan bertanya dengan terkejut, "Kamu! Kamu adalah mahaguru?"
Wilsen tentu saja tahu jelas
bagaimana kekuatan dari serangan telapak kuda liar barusan. Bahkan
senior-senior yang sudah mencapai master tingkat sembilan juga tidak berani
menahan serangan ini. Berbeda dengan Adriel yang berhasil menahan serangan ini
tanpa terluka sedikit pun, dan sebaliknya malah membuat Wilsen terpental.
Adriel tidak mungkin bisa menahan
serangan ini, kecuali kalau dia merupakan mahaguru!
Setiap mahaguru memiliki energi
sejati pelindung tubuh. Selama energi itu tidak habis, ahli bela diri tingkat
atas sekalipun tidak bisa melukainya.
Namun, Wilsen sama sekali tidak
percaya kalau Adriel yang baru saja berusia dua puluhan tahun ini merupakan
seorang mahaguru.
"Ini tidak mungkin! Hanya ada
empat mahaguru di Kota Silas! Selain empat mahaguru di Kota Silas, hanya Pak
Yudhistira dan Joshua yang sudah mencapai tahap mahaguru. Kamu tidak mungkin
seorang mahaguru!" ujar Wilsen.
Meski fakta sudah ada di depan mata,
Wilsen tetap tidak percaya.
Kalau ada mahaguru yang terlahir di
Kota Silas, Wilsen tidak mungkin tidak mengenalinya.
"Apakah kamu merasa aku tidak
terkenal? Bahkan tidak memiliki nama mahaguru ?" tanya Adriel sambil
tertawa dingin.
"Benar! Mahaguru merupakan
tingkatan yang sangat tinggi. Kalau ada mahaguru kelima di Kota Silas, dia
pasti sudah terkenal di seluruh dunia!" jawab Wilsen.
Wilsen terus berusaha untuk
meyakinkan dirinya sendiri.
Adriel kemudian mengangkat bahunya
dan berkata, "Meski aku tidak begitu peduli dengan gelar mahaguru,
sepertinya memang sudah waktunya bagiku untuk mengangkat namaku dengan cara
membuktikan kemampuanku agar tidak ada lagi orang yang meragukanku. Kalau begitu,
mari kita mulai dari kamu."
Setelah mengatakan itu, Adriel
bergegas maju dengan cepat. Kali ini, Wilsen tidak sempat bereaksi dan pukulan
Adriel langsung membuat tubuhnya terpental ke arah mobil hingga menghancurkan
kaca dan pintu mobil.
Pft!
Wilsen memuntahkan darah dan semua
organ tubuhnya mengalami luka parah, tulang rusuknya bahkan patah.
Dengan kondisi seperti ini, Wilsen
setidaknya perlu beristirahat selama setengah tahun.
Wiryo dan anak buahnya sangat
terkejut melihat kondisi Wilsen yang cukup kritis saat ini. Wajah mereka
menjadi begitu pucat dan keringat mulai mengalir deras.
"Kamu ... kamu... benar-benar
merupakan mahaguru?" tanya Wiryo dengan terkejut. Dia bahkan tidak pernah
menyangka kalau dirinya akan berhadapan langsung dengan mahaguru.
Kalau sejak awal Wiryo tahu Adriel
adalah seorang mahaguru, dia tetap akan menundukkan kepalanya di depan Adriel
meski dia mendapatkan dukungan dari keluarga Kusuma.
Keluarga Kusuma tidak akan merusak
hubungannya dengan seorang mahaguru hanya karena dirinya.
Bagaimanapun juga, bawahan di
keluarga Kusuma bukan hanya Wiryo seorang.
"Wiryo, alasan aku memberikan
kesempatan padamu waktu itu adalah agar kamu bisa merasakan bagaimana
penderitaan tidak bisa menjadi laki-laki yang sempurna, tapi hari ini kamu
malah memilih untuk datang ke sini? Untuk apa kamu menyiksa dirimu
sendiri?" ujar Adriel.
Setiap mahaguru memiliki gaya dan
statusnya tersendiri. Semua orang yang berani melakukan kesalahan pada mahaguru
pasti akan dibunuh, tidak peduli siapa pun itu. Kasus pembunuhan seperti ini
juga tidak akan dipertanyakan oleh Departemen Keamanan Kota.
Tentu saja, hal ini tidak berlaku
kalau seorang mahaguru membunuh orang yang tidak bersalah.
Saat ini, Wiryo terlihat seperti
kehilangan arah. Ketika menyadari kalau Adriel adalah seorang mahaguru, dia
tahu kalau dirinya sudah terjebak. Apakah dia bisa keluar hidup -hidup dari
sini hari ini masih menjadi misteri yang belum terjawab.
Wiryo tidak lagi bisa berharap pada
keluarga Kusuma.
Glenny tidak akan menyinggung
perasaan seorang mahaguru hanya untuk dirinya. Apalagi seorang mahaguru muda
seperti Adriel yang memiliki potensi tak terbatas.
Melihat Wiryo jatuh berlutut di atas
tanah, bawahannya merasa makin takut dan mulai gemetar. Mereka juga ikut
berlutut dan tidak berani mengangkat kepala.
Setelah berlutut di atas tanah, Wiryo
segera mengakui kesalahannya dan meminta ampun pada Adriel, "Aku pantas
mati!"
No comments: