Membakar Langit ~ Bab 212

 

Bab 212

 

Mendengar perkataan Gantra, Adriel tertawa terbahak-bahak dan mengacungkan jempolnya kepada Gantra.

 

"Paman Gantra, kata-katamu sangat masuk akal. Sungguh pemahaman yang bijaksana. Aku banyak belajar dari kamu," ucap Adriel.

 

Gantra melambaikan tangannya dan berkata, "Aku nggak banyak baca buku. Aku hanya orang kasar, bicaraku juga kasar. Pak Adriel jangan menertawakan aku."

 

"Bagaimana mungkin tertawa? Seperti pepatah mengatakan, perkataan yang kasar tapi tidaklah buruk. Mendengarkan satu kata dari kamu, lebih baik daripada membaca sepuluh tahun buku! Aku harus menghukum diriku dengan minum anggur," ucap Adriel.

 

Adriel berdiri dan mengambil sebotol anggur dari lemari. Semuanya adalah anggur terbaik yang dikirimkan oleh Yunna.

 

"Paman Gantra, aku menghormati kamu dengan segelas anggur," ucap Adriel.

 

Gantra mengangkat gelas anggur dengan kedua tangannya sambil berkata, "Pak Adriel terlalu memuji. Dengan posisi dan status kamu saat ini, kamu masih bisa menerima dan membantu keluarga kami, duduk dan minum bersama dengan diriku yang cacat ini adalah keberuntungan bagiku. Semua itu juga karena Pak Adriel yang ramah dan nggak sombong."

 

"Paman Gantra, jangan memuji aku lagi. Aku bisa jadi sombong," ucap Adriel.

 

Setelah minum beberapa gelas anggur, wajah Gantra menjadi sangat merah. Tepat saat itu Vivian dan Lidya pulang.

 

"Gantra, kenapa kamu minum bersama Pak Adriel tanpa menyediakan makanan," ucap Lidya.

 

"Pak Adriel memiliki kabar baik hari ini, jadi aku harus menemaninya," ujar Gantra.

 

"Kalau begitu aku akan memasak dua hidangan untuk kalian," kata Lidya.

 

"Tidak perlu repot, Bibi Lidya. Aku ada urusan lain dan harus keluar sebentar. Kita akan lanjut minum nanti malam," ucap Adriel.

 

"Kak Adriel, kabar baik apa yang membuatmu senang?" tanya Vivian penasaran.

 

"Setiap hari aku selalu memiliki kabar baik yang membuat senang. Oh, iya, apakah kalian sudah menentukan rumahnya?" tanya Adriel.

 

"Sudah, rumah kecil dengan tiga kamar tidur. Lokasinya bagus, dekat dengan stasiun kereta bawah tanah. Lingkungan perumahan juga bagus, yang paling penting adalah harganya sangat sesuai. Setelah Gantra melihatnya besok dan dia juga puas, kami akan menandatangani kontrak," ucap Lidya.

 

"Baguslah kalau begitu. Besok aku akan menyempatkan waktu untuk pergi bersama kalian." kata Adriel.

 

Adriel juga berharap keluarga Gantra segera pindah. Karena tinggal bersamanya pasti ada bahayanya. Jika suatu hari dia tidak ada di rumah dan musuhnya datang ke rumahnya, Adriel tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

 

Mereka hanyalah keluarga biasa, tidak seharusnya terlibat dalam dunia persilatan. Mereka harus memiliki kehidupan mereka sendiri.

 

Setelah Adriel pergi dengan mobil, Vivian tidak tahan untuk bertanya, "Ayah, hal apa yang buat Kak Adriel senang?"

 

"Dia sedang pacaran. Bukankah ini hal yang menyenangkan?" ujar Gantra sambil cegukan.

 

Mendengar kata-kata itu, Vivian langsung menjadi murung dan berkata, "Hanya pacaran saja bukanlah kabar baik. Karena mereka bukan menikah juga."

 

Gantra dan Lidya tahu bahwa Vivian sedang cemburu. Pasangan suami istri ini memiliki pandangan yang sama dalam hal ini. Mereka tidak lagi memikirkan hal itu.

 

"Pak Adriel saat ini tidak bisa dipasangkan dengan gadis biasa," ucap Lidya.

 

"Tentu saja! Kalian sudah pernah melihat gadis itu, putri dari keluarga Millano. Baik dari segi penampilan, kepribadian maupun latar belakang keluarganya, dia selalu menjadi pusat perhatian di seluruh Kota Silas. Dia sangat cocok dengan Pak Adriel," tutur Gantra.

 

Vivian juga pernah bertemu dengan Yunna sebelumnya dan dia juga harus mengakui bahwa di hadapan Yunna, dia tampak begitu rendah dan jelek.

 

Yunna adalah angsa putih yang terbang di langit, sedangkan dirinya adalah bebek jelek.

 

Vivian menggigit bibirnya dan duduk diam di samping. Dia merasa sakit hati, hidungnya terasa perih dan merasakan air mata berputar-putar di matanya.

 

"Vivian, kami tahu bahwa kamu menyukai Pak Adriel. Namun, kamu harus mengerti. Meskipun Pak Adriel nggak benci kita, kita memang bukan orang yang berasal dari dunia yang sama. Dulu nggak, sekarang juga nggak," hibur Lidya karena melihat putrinya yang sedih.

 

"Lihatlah apa yang terjadi sejak kita pindah ke sini dalam dua hari ini. Pak Adriel yang sekarang ini bahkan bisa membunuh orang tanpa berkedip mata. Dunianya sangat jauh dari kita, kita nggak bisa mencapainya. Jika kita memaksakan diri untuk mencapainya, hanya akan melukai diri kita sendiri," lanjut Lidya.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 212 Membakar Langit ~ Bab 212 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 23, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.