Bab 218
Reputasi Yunna di Kota Silas sangat
besar, bisa dikatakan bahwa tidak ada orang yang tidak mengenalnya. Namun,
karena Yunna jarang muncul di tempat umum, tidak banyak orang yang pernah
menjumpainya.
Lisa sangat penasaran tentang Yunna.
Dia diam-diam melirik ke arah kamar mandi, di mana Adriel masih mandi. Lalu,
setelah berpikir beberapa saat, Lisa mengangkat teleponnya dan menempelkan
ponsel ke samping telinga.
"Pak Adriel, apa kamu sudah
bangun?" tanya Yunna.
Meskipun panggilan Yunna terhadap
Adriel tidak ada yang aneh, tetapi karena Lisa juga seorang wanita, dia bisa
dengan jelas merasakan keakraban dalam kata-kata Yunna.
"Adriel sedang mandi. Kalau kamu
punya urusan untuk dibahas dengannya, telepon saja nanti," jawab Lisa.
Meskipun Lisa tidak dapat mengenali
langsung dari suara bahwa apakah orang di sisi lain telepon adalah wanita
paling terkenal di Kota Silas, Lisa masih bisa menyadari bahwa wanita itu
adalah saingan cintanya. Karena itu, dia tidak bisa menahan diri untuk berkata.
Di Taman Millano, Yunna sedang berada
di balkon kamarnya. Awalnya, dia sedang dalam suasana hati yang senang, jadi
dia terangsang niat untuk bertelepon dengan Adriel. Namun, tanpa diduga, dia
malah mendengar suara wanita lain dari telepon.
Ekspresi Yunna segera berubah buruk.
Dia menjauhi ponsel dari samping telinga dan melihat layar ponsel untuk
memastikan dirinya tidak salah menelepon. Terlebih lagi, dia memastikan juga
bahwa sekarang baru pukul setengah sembilan pagi.
Bisa-bisanya seorang wanita
mengangkat telepon Adriel? Wanita ini bahkan mengatakan bahwa Adriel sedang
mandi. Untuk apa Adriel mandi begitu pagi?
Ucapan Lisa langsung membuat Yunna
menangkap sangat banyak informasi. Ada banyak pertanyaan muncul di benaknya
tanpa sadar.
Tentu saja, ini juga efek yang
diinginkan Lisa.
"Oke, kalau begitu kamu beri
tahu dia nanti untuk meneleponku setelah selesai mandi," kata Yunna.
Yunna menahan keinginannya untuk
menanyakan identitas wanita di sisi lain telepon, lalu dengan cepat tenang
kembali. Dia menekan berbagai tebakan dan perasaan yang berubah-ubah dalam
hatinya, lalu menutup telepon.
Meskipun Lisa mencapai tujuannya
hanya dengan satu kalimat, dia tidak merasa senang sama sekali, malah penuh
dengan berbagai kekhawatiran.
Jika Yunna Millano ini benar-benar
putri dari keluarga Millano, apakah dirinya mampu mengalahkannya jika pihak
lain ingin merebut Adriel darinya?
Lisa sama sekali tidak punya
kepercayaan diri dalam hal ini.
Detik setelah Lisa baru saja
meletakkan ponsel, Adriel keluar dari kamar mandi.
"Telepon dari siapa?" tanya
Adriel.
Ekspresi Lisa terlihat sedikit panik.
Bagaimanapun juga, menerima telepon orang lain secara tanpa izin adalah
tindakan yang agak tidak sopan.
"Yunna Millano," jawab
Lisa.
Sambil berbicara, Lisa terus menatap
Adriel dengan penuh perhatian, mencoba menangkap ekspresinya.
Namun, Adriel malah kelihatan tenang.
Pria itu hanya duduk di sisi kasur. Lalu, dia meraih tangan Lisa dan bertanya
lembut," Bagaimana rasanya? Nggak sakit dan juga bisa meredakan kelelahan,
'kan?"
Lisa mengatupkan bibirnya dan
berkata, " Aku telah menjawab teleponnya tadi."
"Oh, apa yang dia katakan?"
tanya Adriel dengan ekspresi tenang dan santai.
"Nggak ... Nggak bilang apa pun.
Dia hanya menyuruhmu menelepon kembali nanti," jawab Lisa.
Lisa merasa agak cemas. Bagaimanapun
juga, alasan dia mengangkat telepon tadi adalah karena sedikit kelicikannya.
"Oke," kata Adriel sambil
mengangguk setelah mendengar apa yang dikatakan Lisa. Namun, dia tidak segera
menelepon kembali.
"Apa Yunna ini adalah Yunna
Millano yang terkenal itu?" tanya Lisa.
"Benar," jawab Adriel.
"Kudengar dia wanita dengan
kemampuan yang sangat kuat, tapi dia juga sangat rendah hati dan jarang muncul
di tempat umum. Namun, meskipun jarang muncul, dia masih disebut sebagai wanita
tercantik di Kota Salis, yang benar-benar penuh dengan misteri. Apa kamu sangat
akrab dengannya? "tanya Lisa dengan penasaran dan ingin mencari tahu lebih
lanjut.
"Ya," jawab Adriel lagi.
"Lalu, apa hubungan
kalian?" tanya Lisa lagi.
"Kami berteman,"
No comments: