Bab 219
"Apa pertemanan kalian seperti
kita berdua? " sambung Lisa.
"Sudah waktunya, saatnya
mencabut jarum, " kata Adriel dengan mengalihkan topik. Dia tidak ingin
Lisa lanjut bertanya lagi.
Adriel mencabut jarum perak dari
tubuh Lisa dan berkata, "Sudah dicabut, sekarang kamu bisa pergi mandi."
Lisa juga orang pintar. Melihat
Adriel menghindar untuk menjawab dan bahkan sengaja mengalihkan topik, dia pun
tahu bahwa hubungan antara keduanya tidaklah sederhana.
Karena dia cukup pintar, Lisa tidak
melanjutkan pertanyaannya.
Setelah Lisa memasuki kamar mandi,
Adriel baru mengambil ponselnya. Dia mengaktifkan mata gandanya, membuat
dinding kamar mandi menjadi transparan sehingga dia bisa melihat dengan jelas
gerakan Lisa di dalam kamar mandi.
Lalu, Adriel menelepon Yunna Millano.
"Kamu sudah selesai mandi?
Begitu cepat?" tanya Yunna.
"Kok kamu tahu aku sedang mandi?
Apa kamu memasang kamera CCTV di rumahku?"
Ketika masih di kamar mandi tadi,
Adriel sudah melihat gerakan Lisa menjawab teleponnya dan juga mendengar
percakapan antara keduanya. Namun, sebagai seorang pria berpengalaman, tentu
saja dia tidak boleh ketahuan oleh Yunna.
"Siapa mau mengawasimu ? Pacarmu
yang beri tahu aku kamu sedang mandi," jawab Yunna dengan tidak
menyembunyikan rasa cemburunya sama sekali.
"Pacarku bukannya kamu,
ya?" tanya Adriel.
"Tentu saja bukan, pacarmu
adalah wanita yang menjawab telepon tadi," kata Yunna.
"Kamu jangan bicara sembarangan,
orang tadi adalah putri sopir ayahku yang dulu. Kamu pernah melihatnya ketika
datang ke rumahku waktu itu. Aku memperlakukannya seperti adikku sendiri,"
jawab Adriel. Dia dengan cerdik mengubah identitas Lisa menjadi Vivian.
"Seharusnya itu adik
kesayanganmu, 'kan? Pagi-pagi dia sudah ada di kamarmu, bahkan sengaja memberi
tahu aku bahwa kamu sedang mandi. Bukankah dia sengaja pamer padaku? Kalian
cukup bersemangat, ya, berolahraga di pagi hari," kata Yunna.
Adriel menyadari bahwa Yunna tidak
hanya cemburů, tetapi juga sedikit marah.
"Aku bangun jam enam untuk
berlatih setiap pagi. Aku penuh keringat, tentu saja harus mandi. Dia datang ke
kamarku untuk mengajakku sarapan dan kebetulan melihat panggilan darimu, jadi
aku memintanya untuk menjawab telepon dan memberi tahu kamu kalau aku sedang
mandi. Kamu pikir ke mana? Ini benar-benar kesalahpahaman, " jawab Adriel
dengan lancar, tanpa menunjukkan sedikit pun tanda-tanda kebohongan.
Setelah mendengar ini, Yunna tidak
memercayainya secara langsung. Namun, kecemburuan dan kemarahan di hatinya
telah berkurang banyak.
"Seharusnya dia nggak hanya
menganggapmu sebagai kakaknya, 'kan? Meskipun aku hanya bertemu sekali
dengannya, aku bisa melihat kebencian dari matanya waktu itu," sambung
Yunna.
"Hmm... mungkin saja. Tapi aku
juga nggak bisa menyuruh orang lain jangan menyukaiku, 'kan?" kata Adriel
sambil tersenyum.
"Selain itu, kalian berdua
tinggal di bawah satu atap. Kalian bersama-sama sepanjang hari, segala
kemungkinan bisa terjadi di antara kalian. Apa kamu ingin membiarkan mereka
tinggal di rumahmu selamanya ?"tanya Yunna.
"Aku nggak berpikir begitu.
Mereka hanya tinggal sementara di sini dan mereka juga sedang mencari rumah
untuk ditinggali. Hanya saja, mereka belum menemukan tempat yang cocok,"
jawab Adriel.
"Aku punya rumah kosong di Taman
Sungaiputri, luasnya lebih dari 200 meter persegi, fasilitasnya lengkap,
lokasinya juga bagus. Aku bisa memberikannya kepada mereka dan mereka bisa
langsung tinggal di sana," kata Yunna dengan penuh murah hati.
"Rumah di Taman Sungaiputri
paling kecil bernilai 1,2 miliar. Apa kamu bersedia memberikannya ke orang lain
begitu saja? Bahkan ini adalah orang yang nggak berhubungan denganmu sama
sekali," tanya Adriel. Dia tidak menyangka Yunna akan begitu tegas
terhadap hal ini.
"Dibandingkan denganmu, uang
beberapa miliar bukanlah angka besar. Soal ini, ikuti saja sesuai rencanaku.
Aku akan mengirim orang untuk membawa mereka pergi mengurus proses pemindahan
kepemilikan rumah. Mereka bisa langsung tinggal di sana nanti sore," kata
Yunna dengan tegas.
Adriel tersenyum ketika mendengar
ini. Tindakan tegas dan dominan ini memanglah sifat Yunna Millano.
Untuk menghindari kemungkinan Adriel
jatuh cinta pada Vivian, dia langsung memberikannya sebuah rumah senilai
miliaran.
Vivian yang dijadikan sebagai alasan
cukup beruntung!
No comments: