Bab 225
Terlebih lagi, Janda Hitam yang
selalu terkenal karena sifatnya yang kejam dan tidak kenal ampun itu bukanlah
orang yang akan diam saja setelah menderita kerugian.
"Aku dengar si Janda Hitam
sangat cantik, kejam, juga luar biasa di ranjang. Aku juga nggak percaya, jadi
aku ingin mengujinya langsung di ranjang," kata Adriel langsung menantang.
Janda Hitam di telepon tertawa
dingin, lalu membalas, "Sudah lama nggak ada yang berani berbicara padaku
seperti ini. Kamu benar-benar berani. Kalau kamu ingin mengujinya, datanglah ke
Klub Malam Bintang. Aku menunggumu."
"Maaf, aku nggak suka tidur di
ranjang orang lain. Ranjang di rumahku besar dan nyaman. Aku akan menunggumu di
sana. Oh, ya, kamu pasti tahu alamat rumahku, ' kan?" balas Adriel.
Adriel tentu saja tidak akan dengan
bodoh pergi ke markas Janda Hitam.
Lagi pula, sebagai seorang mahaguru yang
terhormat, dia harus menjaga martabatnya.
"Sayangnya, kamu nggak punya
pilihan selain datang, kecuali kamu nggak peduli dengan nyawa wanitamu dan
keluarganya," kata Janda Hitam dengan nada puas.
Mendengar itu, Adriel langsung
mengernyitkan dahi. Matanya bersinar dengan kilatan dingin.
"Siapa yang kamu tangkap ?"
tanya Adriel. Adriel langsung terpikir tentang keluarga Vivian.
"Ah, dari nada suaramu,
sepertinya wanita yang kamu miliki lebih dari satu. Jadi, bagaimana kalau kamu
tebak siapa yang aku tangkap?" kata Janda Hitam sambil tertawa puas.
"Tebak kepalamu! Janda Hitam,
aku memperingatkanmu, jangan pernah menantangku. Kalau kamu berani menyakiti
satu helai rambut orang-orangku, aku jamin kamu akan mati dengan cara yang
sangat mengerikan," kata Adriel dengan nada dingin.
"Menakut-nakutiku nggak akan
berhasil. Aku, Janda Hitam, bukan orang yang mudah ditakut-takuti! Aku
menunggumu di Klub Malam Bintang. Kamu punya waktu setengah jam. Cukup, 'kan?
Kalau kamu nggak sampai dalam waktu setengah jam, tanggung sendiri akibatnya.
Orang-orangku sangat tertarik dengan wanitamu," kata Janda Hitam sambil
tertawa dingin, lalu menutup telepon.
Mata Adriel menyala dengan amarah.
Dia segera berbalik keluar rumah, mengemudi langsung menuju Klub Malam Bintang
sambil menelepon Vivian.
"Kak Adriel..."
"Vivian, kalian nggak
apa-apa?" tanya Adriel sambil merasa lega.
"Nggak apa-apa. Kamu
kenapa?" tanya Vivian dengan curiga.
"Nggak apa-apa. Kamu, Paman
Gantra, dan Bibi Lidya sebaiknya tetap tinggal di rumah. Kunci pintu dan
jendela. Jangan pergi ke mana-mana," ujar Adriel.
Setelah mengatakan itu, Adriel
menutup telepon dan segera menelepon Lisa.
Teleponnya mati.
Adriel melemparkan ponsel ke samping,
menginjak pedal gas dengan keras. Mobil itu kembali dipercepat, langsung menuju
markas besar Janda Hitam.
Klub Malam Bintang sangat terkenal di
Kota Silas. Semua orang tahu bahwa ini adalah markas besar Janda Hitam, juga
mesin pencetak uang keluarga Kusuma.
Pada saat ini, di lantai atas Klub
Malam Bintang, di sini adalah area inti, juga merupakan wilayah pribadi Janda
Hitam.
Seluruh keluarga Lisa sudah
ditangkap, termasuk Pak Rogan. Semuanya diikat dengan tali, membuat mereka ketakutan
setengah mati.
"Bu Glenny, aku bersumpah
keluarga kami nggak ada hubungan sedikit pun dengan Adriel itu. Kalau memang
harus dikatakan ada hubungan, dia pernah jadi teman sekelas putriku, tapi hanya
sebatas itu. Kamu benar- benar salah paham."
Calvin Lavali terus memohon dan
membela diri.
"Adriel si bajingan itu yang
membunuh Wiryo. Dia nggak ada hubungannya dengan kami. Dia sangat nekat, nggak
tahu diri, dan berani menyinggungmu. Dia pantas mati. Kalau kamu ingin balas
dendam, silakan urus dia. Kami benar-benar nggak bersalah, mohon ampuni
kami!" lanjut Calvin.
Rogan yang paling ketakutan pun
segera berkata, "Bukankah kamu mengincar tanah pabrik kami? Ambil saja,
kami nggak akan minta sepeser pun. Kami hanya memohon agar kamu membebaskan
keluarga kami."
berkata, "Bukankah nu mengincar
tanah pabrik kami? Ambil saja, kami nggak akan minta sepeser pun. Kami hanya
memohon agar kamu membebaskan keluarga kami."
Lisa yang ada di samping, melihat
keluarganya begitu mudahnya menjual Adriel dan berusaha keras memutuskan
hubungan dengannya. Hatinya merasa sangat tidak enak, tetapi pada saat yang
sama, dia bisa memahami yang mereka lakukan.
Bagaimanapun juga, ini adalah si
Janda Hitam. Sekarang mereka ditangkap olehnya, siapa yang tidak takut?
Mencintai hidup dan takut mati adalah
sifat dasar manusia.
Janda Hitam dengan wajah dingin
berkata, " Berisik! Hajar mulut mereka, buat mereka diam."
No comments: