Bab 228
Suara keras dari pintu yang terbuka
dengan paksa membangunkan Lisa yang pingsan.
Ketika Lisa melihat Adriel muncul di
sana, hatinya bercampur antara terharu dan gembira, tetapi juga khawatir karena
ini adalah Janda Hitam.
Janda Hitam mematikan rokoknya, lalu
berdiri sambil bertepuk tangan.
"Kamu berani sekali. Kamu
benar-benar datang ke sini. Aku cukup terkejut. Sepertinya kamu sangat peduli
pada wanitamu," ujar Janda Hitam.
"Adriel, kamu nggak seharusnya
datang. Tempat ini terlalu berbahaya. Maafkan aku, aku sudah menyeretmu ke
dalam masalah ini," kata Lisa.
"Karena kamu adalah wanitaku,
aku punya tanggung jawab untuk melindungimu. Jangan khawatir, aku nggak
menganggap mereka sebagai ancaman," ujar Adriel.
Adriel melihat bekas jari di wajah
Lisa, serta melihat keluarganya dengan hidung dan mulut berdarah. Dia tahu
mereka telah dipukuli. Amarah besar sudah berkobar di hatinya.
"Haha... Sombong sekali. Sudah
lama aku nggak melihat pemuda yang begitu arogan seperti kamu," ejek Janda
Hitam.
"Sasaranmu adalah aku. Aku yang
membunuh Wiryo. Wilsen juga aku yang melumpuhkan. Mereka nggak ada hubungannya
dengan ini. Lepaskan mereka, " kata Adriel dengan nada dingin.
"Omong kosong! Kamu pikir siapa
aku, Janda Hitam, ini? Setelah mereka kutangkap, kau pikir mereka masih bisa
keluar dari sini hidup-hidup?" ujar Janda Hitam sambil tersenyum sinis.
"Aturan dunia persilatan,
masalah nggak akan melibatkan keluarga. Lagi pula, ini nggak ada hubungannya
dengan mereka," kata Adriel.
Adriel masih mencoba untuk memastikan
keselamatan keluarga Lisa agar mereka bisa pergi terlebih dahulu. Karena jika
mereka mulai bertarung, dia tidak ingin ada hambatan.
Janda Hitam tertawa terbahak -bahak,
lalu membalas, "Aku, Janda Hitam, nggak pernah mematuhi aturan dunia
persilatan yang nggak berguna itu. Aturanku adalah aturan dunia
persilatan."
Ini pertama kalinya Adriel berhadapan
langsung dengan Janda Hitam. Dia sebelumnya hanya mendengar namanya, tetapi
setelah berinteraksi langsung, kesannya terhadap Janda Hitam makin dalam.
Wanita ini memang bukan sekadar
terkenal tanpa alasan.
"Jadi, maksudmu kamu ingin
membunuh kami semua?" tanya Adriel.
Dengan kekuatannya yang luar biasa,
Adriel tentu tidak takut.
"Kamu nggak harus mati. Karena
kamu sudah membunuh Wiryo, kamu harus menggantikan posisinya untuk menjadi
anjingku. Dengan begitu, kamu bisa hidup," jawab Janda Hitam.
Janda Hitam kembali duduk,
menyilangkan kaki, dan menunjukkan sikap seperti seorang ratu yang angkuh.
Adriel pun tertawa dingin sambil
menyentuh hidungnya, lalu berkata, "Melihat karaktermu yang luar biasa,
menjadi anjingku juga akan sangat cocok untukmu."
"Kamu cari mati!"
Janda Hitam marah. Seketika,
sekelompok pria bertubuh besar berpakaian hitam muncul dari segala penjuru dan
mengepung Adriel.
"Wilsen, seorang ahli tingkat
delapan, bukan tandinganku. Dengan hanya mengandalkan anak buahmu ini, kamu
ingin melawanku? Apa kamu ingin mereka mati sia -sia?" tanya Adriel dengan
nada meremehkan.
Janda Hitam tersenyum sinis, lalu
berkata, " Apa kamu pikir aku sebodoh itu?"
Setelah berkata demikian, dia
menjentikkan jarinya. Empat anak buahnya masing- masing mengeluarkan pistol,
mengarahkannya ke Lisa dan keluarganya
Adriel mengerutkan keningnya. Janda
Hitam berkata, "Kalau kamu berani melawan dan melukai salah satu anak
buahku, aku akan membunuh salah satu dari mereka."
Saat ini, Lisa justru merasa tidak
terlalu takut lagi. Dibunuh dengan satu tembakan masih lebih baik daripada
dipermalukan.
Namun, Calvin dan Rogan sangat
ketakutan, hampir terkencing di celana.
Adriel melihat sekilas. Dia tertawa
dingin, lalu berujar, "Janda Hitam, kamu terlalu meremehkan aku, Adriel
Lavali. Kamu pikir bisa memaksaku menyerah dengan trik ini? Aku nggak akan pernah
menyerah begitu saja."
"Kalau begitu, kamu hanya bisa
melihat wanitamu dan keluarganya mati di depan matamu. Jangan kira aku hanya
mengancam, "balas Janda Hitam dengan nada dingin.
"Nggak, aku percaya kamu bisa
melakukan itu. Tapi, seperti yang aku katakan, trik ini nggak akan berhasil
padaku. Meski yang kamu tangkap adalah orang tuaku sendiri, aku nggak akan
menyerah begitu saja. Kalau kamu ingin membunuh, silakan. Aku akan membunuhmu,
juga semua orang di sini, untuk membalaskan dendam mereka. Empat nyawa mereka
ditukar dengan dua puluh hingga tiga puluh nyawa kalian di sini, itu bukanlah
kerugian," jawab Adriel dengan wajah dingin.
No comments: