Bab 230
Delapan puluh satu Jurus Telapak Tiga
Elemen Aliran Kusuma yang digunakan oleh Arcie lebih hebat dibandingkan dengan
Wilsen, dengan perubahan dalam setiap gerakan yang lebih halus dan cermat.
Adriel hanya bertahan dengan satu
tangan, menggunakan gerakan tubuh dari Jurus Tiga Ribu Halilintar, membuatnya
menghindar dengan mudah. Tidak peduli bagaimana Arcie menyerang, dia tetap
tidak bisa melukai Adriel sedikit pun.
Lisa terus memperhatikan pertempuran
mereka tanpa berkedip. Meskipun dia bukan seorang ahli seni bela diri dan tidak
bisa memahami berbagai gerakan, dia bisa melihat bahwa pertarungan itu sangat
luar biasa, seperti dalam film aksi.
Meski anggota keluarga Lavali yang
lain terus mencaci Adriel, dari lubuk hati mereka, mereka berharap Adriel bisa
menang.
Karena hanya jika Adriel menang,
mereka bisa selamat. Jika tidak, mereka pasti akan mati.
Janda Hitam dan Aric juga
memperhatikan dengan seksama.
"Kak Aric, orang ini bukan
seorang mahaguru, 'kan? Kalau nggak, bagaimana mungkin dia bisa ditekan oleh
Kak Arcie?" tanya Janda Hitam.
Meskipun Glenny juga mempelajari
Jurus Telapak Tiga Elemen Aliran Kusuma, dia jelas tidak memiliki penguasaan
yang setara dengan Aric dan Arcie. Selain itu, saat ini dia hanya memiliki
kekuatan tingkat lima.
Aric menggelengkan kepalanya, tidak
mengatakan apa-apa, hanya terus memperhatikan dengan saksama.
Namun, sekretaris pribadi Glenny,
seorang wanita berkacamata dengan bingkai hitam yang tampak tenang, berkata,
"Dia belum mengeluarkan seluruh kekuatannya. Bahkan bisa dikatakan dia
belum benar-benar menyerang."
Glenny mengernyitkan kening, lalu
bertanya, "Apa maksudmu?"
Sekretarisnya menjawab, "Aku
kira dia sedang mengamati gerakan Pak Arcie. Meskipun serangan Pak Arcie ganas,
dia sama sekali nggak mampu menekan Adriel. Aku punya firasat buruk. Sepertinya
dia benar -benar seorang mahaguru."
Pada saat ini, Aric berbicara,
"Krista benar. Sungguh nggak terduga. Ternyata benar- benar ada seorang
Mahaguru Muda yang begitu hebat di Kota Silas! Anak ini nggak boleh dibiarkan
hidup!"
Ekspresi dingin muncul di wajah Janda
Hitam saat dia berkata, "Sayang sekali, dia nggak bisa digunakan olehku.
Dia memang harus dihancurkan.".
Adriel dengan sengaja mengulur waktu,
membiarkan Arcie menggunakan delapan puluh satu Jurus Telapak Tiga Elemen
sepenuhnya, sehingga semua gerakan itu segera terpatri di benaknya, hingga dia
bisa menemukan kelemahannya.
"Sudah cukup bermain-main,
sekarang kamu bisa mati," ujar Adriel.
Senyum dingin muncul di sudut bibir
Adriel. Tiba-tiba, auranya meningkat tajam, lalu dia beralih dari bertahan ke
menyerang.
Namun, gerakan Arcie sudah habis.
Dalam sekejap, semua serangannya berhasil dipatahkan oleh Adriel yang menemukan
celah dalam serangannya.
Kraak!
Tangan Arcie langsung dipatahkan oleh
Adriel hingga tulangnya terlihat. Segera setelah itu, Adriel mencengkeram
bahunya, lalu dengan tangan yang lain dia melancarkan tiga serangan Jorus
Telapak Tiga Elemen berturut-turut ke tubuh Arcie.
Pada serangan terakhir, kekuatan
eksplosif dilepaskan, menghempaskan Arcie hingga terlempar jauh, berguling ke
depan Aric dan Janda Hitam.
Uhuk!
Arcie memuntahkan darah, wajahnya
pucat seperti kertas, serta matanya melotot keluar. Mulutnya tampak terbuka dan
tutup, tetapi dia tidak bisa mengeluarkan suara.
"Arcie!"
"Kak Arcie!"
Aric dan Janda Hitam buru-buru
berlutut untuk memeriksa luka Arcie.
"Nggak perlu diperiksa. Dia
sudah kehilangan tanda-tanda kehidupan, pasti mati," ujar Adriel.
Adriel menepuk tangannya. Dia sangat
yakin dengan kekuatan serangannya. Dua serangan pertama benar-benar mematahkan
beberapa tulang rusuk Arcie, sementara serangan terakhir langsung menghantam
jantungnya hingga mengakhiri nyawanya.
Benar şaja, begitu Adriel selesai
berbicara, Arcie tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, lalu langsung
meninggal dunia.
"Arcie!"
Aric mengguncang tubuh Arcie dengan
kuat, tetapi tidak ada respons. Denyut nadi dan napasnya sudah berhenti. Dia
mati tanpa bisa diselamatkan lagi.
Arcie adalah murid yang paling
dihargai oleh Osman. Dia adalah murid Aliran Kusuma yang paling berpeluang
mencapai tingkat kebangkitan sejati sebelum usia 35 tahun, menjadi mahaguru
kedua dari Aliran Kusuma.
Tidak seorang pun menyangka dia akan
mati di tangan seorang pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan.
Janda Hitam sangat marah. Dia bangkit
berdiri, langsung menarik pistol perak dari sekretarisnya, lalu menembak Adriel
hingga menghabiskan seluruh peluru.
Namun, seluruh peluru itu tidak ada
yang mengenai Adriel. Hanya satu yang melewati lengannya dan membuat luka
kecil.
No comments: