Bab 232
Sebagai satu dari Empat Mahaguru di
Kota Silas, Osman selalu memandang sangat tinggi pada dirinya sendiri.
Orang-orang yang dianggapnya layak untuk diperhatikan di Kota Silas ini bisa
dihitung dengan jari. Sejak awal sampai akhir, dia tidak pernah percaya jika
Adriel adalah seorang Mahaguru Muda.
Oleh karena itu, Osman sama sekali
tidak punya niat untuk mengambil tindakan.
Ketika terdengar suara tembakan yang
begitu gencar di luar sana, Osman pun tidak bisa lagi merasa tenang. Namun,
karena gengsinya yang begitu kuat, dia tetap tidak mau keluar begitu saja.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk
keluar sekarang.
Ketika melihat mayat Arcie, selain
menunjukkan amarah yang membara di wajahnya, Osman juga terpaksa harus menilai
kembali Adriel dengan lebih serius.
"Dia nggak akan mati
sia-sia."
Tatapan Osman kembali tertuju pada
Adriel. Matanya dipenuhi dengan keinginan untuk membunuh.
"Apa Mahaguru Osman akhirnya
nggak bisa lagi duduk diam?"
Adriel malah mengolok-oloknya dengan
santai, tanpa rasa takut sedikit pun.
"Nyalimu sangat besar. Berani
-beraninya kamu membunuh muridku?"
Osman sangat marah.
Adriel tertawa dingin dan berkata,
" Muridmu ini nggak tahu diri. Dia sudah memprovokasi seorang mahaguru
sepertiku. Memangnya kenapa kalau aku membunuhnya? Dia memang pantas untuk
mati."
Apa yang dikatakan Adriel ini memang
benar. Seorang mahaguru tidak boleh dihina.
Arcie memang sengaja memprovokasi
seorang mahaguru. Menurut aturan dunia persilatan, dia memang pantas untuk
mati.
"Meski muridku itu salah, bukan
hakmu untuk membunuhnya. Sekarang, kamu sudah layak untuk mati di
tanganku!"
Setelah kehilangan murid keduanya
yang paling berbakat, Osman menganggap Adriel sebagai orang yang sudah mati.
"Mahaguru Osman, kamu terlalu
percaya diri. Kita belum bertarung. Jadi, siapa yang menang masih belum
diketahui."
Berbeda dengan Osman yang penuh
dengan amarah dan niat untuk membunuh, Adriel tetap bersikap sangat santai saat
ini.
"Kalau begitu, terimalah
ajalmu."
Osman sudah lama tidak berkelahi
dengan siapa pun, apalagi punya niat untuk membunuh.
Adriel sudah berhasil membangkitkan
niat membunuh dalam diri Osman.
Osman juga tidak lagi banyak
berbicara. Setelah memasang kuda-kuda Jurus Telapak Tiga Elemen, Osman pun
langsung menyerang.
Menghadapi serangan Osman, Adriel
juga tidak berani meremehkannya. Bagaimanapun, Osman adalah mahaguru tingkat
lima. Tingkatannya sedikit lebih tinggi dari Adriel.
Namun, hanya lawan seperti ini yang
membuat Adriel merasa tertarik sekarang. Terlalu sering menghadapi petarung
yang lemah, tidak ada artinya bagi Adriel.
Jurus Telapak Tiga Elemen yang
dilakukan oleh Osman jauh melampaui apa yang bisa dilakukan oleh Arcie, baik
dalam gaya telapak tangan maupun kekuatan yang dilancarkan.
Akan tetapi, setelah pertarungan
sebelumnya, Adriel sudah sepenuhnya memahami perubahan gerakan telapak tangan
dan gerak kaki Jurus Telapak Tiga Elemen. Jadi, bisa dianggap Adriel sudah
mengetahui kemampuan dirinya sendiri dan musuhnya dengan baik.
Dua mahaguru saling bertarung satu
sama lain. Mereka saling serang. Untuk sementara waktu, sulit untuk menentukan
siapa yang lebih baik. Tinju dan telapak tangan mereka saling beradu dengan
kekuatan ribuan kilogram.
"Anak ini benar-benar mampu
bertarung melawan ayahku melewati banyak jurus tanpa kalah sedikit pun. Apa dia
juga seorang mahaguru tingkat lima?"
Janda Hitam menyaksikan pertarungan
tersebut dengan saksama. Wajahnya tidak lagi menunjukkan kesombongan seperti
sebelumnya, melainkan rasa terkejut.
Seorang mahaguru yang berusia sekitar
dua puluh tahun saja sudah membuat orang terkejut, apalagi seorang mahaguru
tingkat lima yang masih berusia sekitar dua puluh tahun. Benar-benar tidak bisa
dipercaya.
"Ini memang benar-benar
mengejutkan. Tapi, apa kamu nggak pernah memeriksa datanya?" tanya Aric.
Alasan kenapa Janda Hitam tidak
percaya
jika Adriel adalah seorang mahaguru
justru karena dia sudah mengirim orang untuk menyelidiki data Adriel secara
terperinci.
Selain data yang relatif sedikit
dalam dua tahun terakhir, tidak ada lagi yang ditemukan. Namun, data dari dua
tahun yang lalu telah ditemukan dengan sangat detail.
No comments: