Bab 233
Meskipun Adriel merasa sedih dan
kehilangan semangat karena kematian orang tuanya selama dua tahun terakhir,
juga meninggalkan Kota Silas untuk belajar seni bela diri dari seorang guru,
tetap saja mustahil baginya untuk berubah dari orang biasa menjadi mahaguru
seni bela diri hanya dalam waktu dua tahun saja.
"Apa Adriel ini seorang genius
langka yang bisa berubah dari orang biasa menjadi mahaguru tingkat lima hanya
dalam waktu dua tahun saja?"
Janda Hitam selalu meremehkan orang
lain. Di seluruh Kota Silas ini, tidak banyak orang yang dianggapnya serius.
Namun, pandangannya terhadap Adriel sekarang sudah benar-benar berubah.
Wanita seperti Janda Hitam ini
memiliki minat yang lebih besar dalam mengagumi kekuatan dibanding orang biasa.
Osman sendiri juga menjadi makin
ketakutan saat bertarung. Sebelumnya, dia mengira bisa dengan mudahnya
membereskan si mahaguru palsu yang tidak tahu diri ini, yang baru saja memasuki
tingkat kebangkitan sejati.
Namun, ketika mereka berdua
benar-benar bertarung, kekuatan pukulan dan teknik meringankan tubuh Adriel
benar-benar luar biasa. Oleh karena itu, Osman tidak bisa mengunggulinya sama
sekali.
Menekankan kekuatan adalah cara yang
paling cepat. Baik itu petarung bela diri atau mahaguru tingkat kebangkitan
sejati, kekuatan pada pukulan merupakan cara yang paling cepat.
Osman tidak bisa menekan Adriel dalam
hal kekuatan. Oleh karena itu, jika ingin mengalahkan Adriel, Osman hanya bisa
mengandalkan Teknik Peringan Tubuhnya saja.
Akan tetapi, dibandingkan dengan
Teknik Peringan Tubuh, yang diterima Adriel adalah Jubah Warisan Tabib Agung,
yang tentu saja jauh lebih hebat dibanding Jurus Telapak Tiga Elemen milik
Osman.
"Dia ... Bagaimana dia juga bisa
tahu tentang Jurus Telapak Tiga Elemen?"
Janda Hitam menyaksikan pertarungan
itu dengan saksama. Tiba-tiba saja, dia melihat Adriel menggunakan Jurus
Telapak Tiga Elemen untuk menghadapi serangan Osman. Bukan hanya sekadar
meniru. Namun, jurus- jurusnya sudah mencapai esensi dari Jurus Telapak Tiga
Elemen itu sendiri, seakan- akan Adriel adalah seorang guru besar yang sudah
menguasai jurus itu dengan sempurna.
"Jurus Memegang Bulan Dalam
Pelukan ini dilakukannya dengan begitu sempurna. Dia bahkan jauh lebih mahir dibanding
diriku. Kapan dia mencuri belajar Jurus Telapak Tiga Elemen ini?"
Aric bahkan lebih terkejut lagi saat
melihat gerakan Adriel yang jauh lebih halus dibanding dirinya yang sudah
berlatih selama lebih dari dua puluh tahun.
Orang lainnya yang juga ikut terkejut
adalah Osman sendiri.
Terdapat prinsip saling menguatkan
dan menaklukkan dalam Jurus Telapak Tiga Elemen. Ketika Osman menggunakan Jurus
Menangkap Bulan Dalam Air, Adriel segera menggunakan Jurus Memegang Bulang
Dalam Pelukan untuk menangkisnya.
Osman terkejut di dalam hati. Dia
kembali mengubah gerakannya dan menggunakan jurus lainnya. Namun, Adriel
lagi-lagi menggunakan Jurus Telapak Tiga Elemen untuk menangkis dan menaklukkan
serangannya, sehingga membuat Osman mundur beberapa langkah.
"Kapan kamu mencuri belajar
rumus Jurus Telapak Tiga Elemen?"
Osman mengepalkan tinjunya dan
menegur Adriel.
Adriel tersenyum tipis dan berkata,
"Kalau kamu ingin mengatakan aku mencuri belajar, ya, aku memang mencuri
belajar. Barusan aku mempelajarinya dari muridmu. Bagaimana? Apa aku
melakukannya dengan baik?"
"Omong kosong! Meski kamu
melihat muridku melakukannya tadi, nggak mungkin kamu bisa mempelajarinya
dengan begitu cepat dan menggunakannya dengan begitu mudah, sekalipun kamu juga
mengetahui prinsip saling menguatkan dan menaklukkan dalam Jurus Telapak Tiga
Elemen."
Osman sama sekali tidak percaya
dengan kata-kata Adriel.
"Mau percaya atau nggak, hari
ini aku akan menggunakan rumus Jurus Telapak Tiga Elemen untuk menghadapimu dan
membuatmu kalah dengan keahlianmu sendiri."
Setelah berkata seperti itu, kali ini
Adriel akhirnya mengambil inisiatif untuk menyerang.
Adriel juga memasang kuda-kuda Jurus
Telapak Tiga Elemen. Akan tetapi, dia hanya menggunakan Jurus Telapak Tiga
Elemen sebagai dasarnya dan menggabungkannya dengan langkah juga gerakan tubuh
dari Jurus Tiga Ribu Halilintar. Jadi, bisa dikatakan jika Adriel sudah
mengangkat Jurus Telapak Tiga Elemen ke tingkat yang lebih tinggi.
Meskipun Osman juga mengetahui
tentang
prinsip saling menguatkan dan
menaklukkan dalam Jurus Telapak Tiga Elemen, serangan Adriel jauh lebih cepat
dan gerakan tubuhnya juga jauh lebih aneh. Hal ini membuat Osman tidak mampu
bertahan dan makin terdesak saat mereka bertarung. Semua ini terlalu
menakutkan. Osman pun merasa agak panik di dalam hati.
"Dia benar-benar menggunakan
Jurus Telapak Tiga Elemen untuk menekan ayahku. Ini... Bagaimana ini
mungkin?"
Janda Hitam sudah menyaksikan banyak
peristiwa besar dan tidak pernah ragu saat membunuh orang. Akan tetapi, hari
ini dia sudah melihat terlalu banyak kejutan dan secara berangsur-angsur Janda
Hitam mulai tidak mampu mengendalikan ekspresi wajahnya.
Osman dua kali terkena pukulan secara
berturut-turut oleh Adriel. Tubuhnya mundur dengan terhuyung-huyung dan jelas
terlihat jika Osman sudah kalah.
"Mari kita coba jurus lain yang
kupelajari dari latihan terakhirku."
Adriel mengerahkan energi sejatinya
dan dengan cepat menyerang menggunakan Jurus Tiga Ribu Halilintar. Ketika masih
berjarak satu meter dari Osman, Adriel langsung menghantamkan telapak tangannya
di udara.
Teknik Tinju Membelah!
Osman mengerang tertahan. Dia kembali
mundur beberapa langkah sambil memegangi dadanya. Kemudian, tiba-tiba saja
Osman memuntahkan darah. Dia pun menatap Adriel yang ada di depannya dengan
tidak percaya. "Apa kamu seorang master puncak?"
No comments: