Bab 242
Adriel tertawa senang setelah
mendengar ucapan Glenny. Dia tidak menyangka bahwa hadiah besar yang dimaksud
oleh Glenny adalah seorang wanita yang berasal dari Prastya.
Siapa yang belum pernah menonton film
dari Prastya?
Adriel tentu juga tidak terkecuali,
dia memiliki imajinasi tersendiri terhadap wanita Prastya.
Kebetulan dia baru saja berlatih
barusan. Energi hangat dalam tubuhnya masih sangat kuat, ini adalah saat yang
tepat untuk menyeimbangkan energi hangat dan dingin.
Hadiah dari Glenny ini sangat pas dan
tepat pada waktunya, membuat Adriel sedikit terpikat.
"Krista bersedia mengikuti
majikan sampai mati dan melakukan apa pun untuk majikan, "kata Krista
sambil memberi hormat khas Prastya.
Jika dia mengenakan pakaian adat
Prastya dan mengucapkan beberapa kata klasik dalam bahasa Prastya, daya
tariknya pasti akan lebih meningkat.
Meskipun Adriel sangat membutuhkannya
saat ini, tetapi dia belum segila itu.
"Aku nggak tertarik padanya,
tapi aku agak tertarik padamu," kata Adriel sambil menarik Glenny dengan
sedikit kasar.
Dia kemudian memeluk pinggangnya dan
mengangkat dagunya dengan satu tangan.
Wajah Glenny terlihat sedikit jahat,
tetapi juga memiliki pesona wanita dewasa yang sangat berbeda dengan Ana.
"Bukankah aku sudah pernah
berkata padamu di telepon bahwa aku ingin beradu kekuatan denganmu? Menurutku,
nggak ada hari yang lebih baik daripada hari ini. Ayo, kita lakukan saja,"
ucap Adriel.
Glenny tidak menyangka Adriel
tertarik padanya. Matanya agak panik, tetapi kemudian segera tenang kembali.
"Aku sangat bangga bisa
mendapatkan perhatian dari Mahaguru Adriel. Tapi, aku seorang janda. Apa kamu
nggak takut mendapatkan nasib buruk kalau tidur denganku?" tanya Glenny.
Adriel tersenyum jahat. Tangan
kanannya yang memeluk Glenny perlahan-lahan merayap ke dalam kerah bajunya. Dia
bisa merasakan dengan jelas ketegangan yang ditahan dengan kuat oleh Glenny.
Tubuhnya tegang tanpa sadar, tetapi dia tidak berani melawan secara terang-terangan.
"Aku ini orang yang nggak
percaya pada hal- hal mistis, jadi tentu saja aku nggak takut dengan nasib
buruk," jawab Adriel.
Bahkan Glenny pun bisa merasakan
dengan jelas aura hangat kuat yang terpancar dari tubuh Adriel. Aura ini adalah
daya tarik seorang pria.
Perasaan yang aneh muncul di dalam
hati Glenny, tetapi juga ada sedikit keinginan untuk membunuh yang sulit
terdeteksi.
Bagaimanapun juga, jika dulu dia
didekati oleh pria asing dengan cara yang tidak sopan seperti ini, orang itu pasti
sudah dipotong menjadi daging cincang dan diberikan makan kepada anjing.
Namun, dia sebagai Janda Hitam yang
terkenal, hanya bisa menahan diri sekarang dan berkata, "Mahaguru nggak
tahu, ya. Sejak aku membunuh suamiku sendiri, minatku terhadap pria sudah
hilang."
"Kalau tidur denganmu seperti
ikan mati, malah akan merusak suasana hatimu. Lebih baik biarkan Krista yang
melayanimu saja. Dia paling mengerti pria. Aku jamin dia pasti akan melayanimu
dengan nyaman," lanjutnya.
Adriel merasa api jahat di dalam
tubuhnya makin membara. Jika terus dibiarkan seperti ini, dia khawatir
benar-benar akan gila.
Dia kemudian melepaskan Glenny dan
meledek, "Dia adalah sisa mainanmu, 'kan? Kamu membiarkanku mengambil sisa
mainanmu?"
Kalau Glenny kehilangan minat pada
pria, maka Krista pasti memiliki hubungan yang lebih dari sekadar teman
dengannya.
"Mahaguru Adriel bahkan nggak
keberatan bahwa aku seorang janda, kenapa peduli dengan hubunganku dengan
Krista?" tanya Glenny.
"Baiklah, permintaan maafmu
sudah kuterima. Kalian bisa pergi sekarang," kata Adriel.
Dia tiba-tiba berubah sikap dan
langsung mengusir mereka.
Glenny sedikit bingung dengan sifat
Adriel. Sedetik yang lalu, mereka masih bercanda tawa, tapi sedetik kemudian,
dia langsung berubah ekspresi.
"Kalau begitu, kami pamit
dulu," ucap Glenny.
Dia terpaksa pergi bersama Krista.
"Ingin memasang mata-mata di
sekitarku untuk mencari tahu rahasiaku? Trik ini sangat nggak cerdik,"
gumam Adriel sambil mendengus dingin.
Setelah kembali ke dalam mobil, wajah
Glenny menjadi sangat muram.
"Dasar bajingan sialan, berani
mengusikku! Menjijikkan sekali. Aku pasti akan memotong tangannya suatu hari
nanti!" teriak Glenny.
Glenny merasa bagian tubuhnya yang
disentuh oleh Adriel sangat tidak nyaman, dia ingin segera mandi sekarang.
"Bu Glenny, orang ini nggak
hanya memiliki kemampuan yang nggak bisa diremehkan, tapi pikirannya dan
kecerdasannya juga nggak bisa diremehkan. Pria seperti dia yang mampu memiliki
mentalitas seperti ini, memang nggak biasa," ucap Krista.
"Dia memang luar biasa, jadi
kita harus segera membunuhnya. Aku nggak mengizinkan orang sehebat ini ada di
Kota Silas," kata Glenny dengan mata penuh keinginan membunuh.
"Membunuhnya bukanlah hal yang
sulit, tapi ada seorang master puncak di belakangnya yang lebih
merepotkan," kata Krista.
Setelah berpikir sejenak, Glenny
berkata, " Sepertinya rencana kita harus dipercepat. Awalnya kita ingin
melakukannya dengan hati-hati, tapi tiba-tiba muncul orang yang nggak diduga.
Aku punya firasat bahwa orang ini akan membawakan perubahan."
"Baik, aku akan segera
melaporkannya ke atas. Orang ini memang harus dibunuh," kata Krista.
Di dalam vila, Adriel meletakkan
semua bahan obat ke dalam Ruang Penyimpanan Surgawi. Api jahat yang bergerak
liar di dalam tubuhnya membuatnya gelisah, bahkan minum dua gelas air pun tidak
dapat menenangkannya.
Awalnya, meskipun energi hangat di
dalam tubuhnya kuat, dia masih bisa menahannya. Namun, akhirnya dia tidak bisa
menahannya lagi setelah dirangsang oleh Krista yang dibawa kemari oleh Glenny.
Tepat pada saat ini, tiba-tiba
terdengar suara yang menggoda dari belakang Adriel.
"Kurasa kamu sangat membutuhkan
aku sekarang!"
Suara yang tiba-tiba muncul itu
membuat Adriel terkejut.
"Bagaimana kamu menemukan
rumahku?" tanya Adriel.
Adriel berbalik dan melihat Diana
berdiri di balkon, dia pasti baru saja memanjat balkon untuk masuk.
"Selama aku mau, nggak ada yang
nggak bisa. Aku datang tepat waktu, 'kan?" ucap Diana.
Wanita yang mempesona ini benar-benar
memiliki daya tarik yang menggoda dengan setiap gerakannya.
"Sudah kubilang kalau aku
melihatmu lagi, aku akan membunuhmu. Beraninya kamu datang ke rumahku
sendiri," kata Adriel.
Meskipun api jahat di dalam hatinya
bergejolak kuat saat ini, Adriel tetap berusaha menahannya.
"Aku memang datang untuk mati.
Aku tahu kamu juga sangat membutuhkanku sekarang, kita saling melengkapi satu
sama lain," kata Diana.
Saat berbicara, mata Diana
memancarkan godaan kuat yang seolah-olah dia adalah rubah lapar yang melihat
daging.
"Baiklah, aku akan memenuhi
permintaanmu," kata Adriel sambil melangkah maju dengan cepat.
Dia berjalan ke arah Diana dan
memegang lehernya dengan satu tangan.
"Kamu ganas sekali, aku sangat
suka," kata Diana.
Meskipun tercekik sedikit, tetapi
mata Diana tidak menunjukkan rasa takut, malah memancarkan semangat yang gila.
Adriel akhirnya tidak lagi menahan
dirinya dan menuruti keinginan Diana.
Omong-omong, nasib Diana benar-benar
bagus. Terakhir kali di Kuil Dewi Sungai, dia juga bertemu dengan Adriel yang
baru saja selesai berlatih.
Kali ini, dia datang pada waktu yang
sama lagi.
No comments: