Bab 246
Sri langsung merasa terpukul oleh
sindiran Adriel, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Adriel.
"Kamu yang nggak tahu terima
kasih. Ayo kita lihat, berapa lama lagi kamu bisa bertahan," balas Sri.
Bahkan Cheky tidak bisa menahan diri
untuk berkata, "Adriel, kenapa kamu jadi seperti ini sekarang? Meski
kata-kata Bu Sri nggak enak didengar, itu memang kenyataannya. Kamu nggak bisa
melawan keluarga Santoso. Kenapa kamu begitu keras kepala dan nggak mau
mengalah? Kamu bersikeras seperti ini, nggak mengetahui batasanmu, nggak ada
yang bisa membantumu. Aku sangat kecewa padamu."
"Aku nggak mengetahui batasanku?
Aku keras kepala? Kalian semua sungguh nggak akan kapok sebelum terjatuh. Aku
sudah bilang, jangan meniliku dengan pandangan dangkal kalian," balas
Adriel sambil terus menggelengkan kepala.
"Orang yang dangkal dan bodoh
itu adalah kamu! Ayahku sudah menjadi anggota dewan di Persatuan Dagang
Marlion. Kamu tahu apa artinya itu? Keluarga kami akan segera menjadi salah
satu keluarga elit di Kota Silas! Lihat dirimu sendiri. Meski kamu punya sedikit
keterampilan, pada akhirnya kamu hanyalah pria simpanan yang dipelihara oleh
wanita. Kamu hanya bisa pamer di atas kekuasaan orang lain. Orang sepertimu
adalah yang paling aku benci."
Saat ini, Fanny sama sekali tidak
menyembunyikan kebanggaannya, serta rasa jijik dan merendahkan terhadap Adriel.
Menghadapi cemoohan dan hinaan Fanny,
Adriel tetap tersenyum dengan tenang.
"Kamu masih bisa tersenyum? Kamu
ini benar-benar orang yang sama sekali nggak punya malu," ujar Fanny.
Fanny awalnya ingin mempermalukan dan
menghinanya, membuat Adriel merasa malu atau mengakui kesalahannya. Namun,
melihat Adriel yang tetap bersikap tenang, dia merasa sangat kesal dan tidak
puas.
"Kalian bangga hanya karena
posisi sebagai anggota dewan Persatuan Dagang Marlion? Itu nggak ada
apa-apanya," kata Adriel.
"Huh, kamu benar-benar seperti
katak yang menguap, besar mulut sekali. Ayahmu dulu saja nggak bisa menjadi
anggota dewan Persatuan Dagang Marlion," ejek Sri sambil tertawa dingin.
Adriel berujar, "Pernahkah
kalian berpikir kenapa keluarga Millano memilih Grup Candila sebagai mitra baru
mereka? Dengan situasi saat itu, Grup Candila sebenarnya adalah yang paling
nggak menguntungkan. Pernahkah kalian berpikir, bagaimana mungkin setelah baru
bergabung dengan Persatuan Dagang Marlion, bisa begitu cepatnya dipromosikan
menjadi anggota dewan?"
"Coba pikirkan baik-baik.
Setelah memikirkannya dengan jelas, baru bicara denganku lagi," lanjut
Adriel.
"Tentu saja keluarga Santoso
yang membantu!" kata Sri.
"Heri nggak punya pengaruh dan
koneksi sebesar itu," kata Adriel.
"Apa yang kamu tahu? Kalau bukan
keluarga Santoso yang membantu, lalu siapa? Kamu? " tanya Fanny.
"Tentu saja aku. Tanpa aku,
bagaimana mungkin keluarga Millano akan menyerahkan kerja sama yang begitu
penting kepada kalian?"
Adriel langsung mengungkapkan
kebenarannya.
Awalnya dia tidak ingin mengatakan
ini, karena dia merasa tidak perlu mencari pujian. Namun, karena semua sudah
sampai pada titik ini, tidak ada gunanya lagi menyembunyikannya.
Sri dan Fanny yang mendengar ini,
langsung tertawa terbahak-bahak.
"Dasar gila! Kamu pikir kamu ini
siapa? Sudahlah, aku malas bicara omong kosong lagi dengan orang
sepertimu," ujar Sri.
Sri mencaci, lalu menarik Cheky untuk
masuk ke dalam hotel.
Cheky kembali menggelengkan kepala,
penuh dengan kekecewaan terhadap Adriel.
Melihat keluarga ini sekarang dengan
penuh kebanggaan berjalan masuk ke hotel, Adriel tersenyum dingin.
"Aku sebenarnya ingin
berinteraksi dengan kalian sebagai orang biasa, tapi aku malah diasingkan dan
dicemooh. Baiklah, biarlah sandiwara ini berakhir hari ini," gumam Adriel.
Adriel juga langsung masuk ke hotel,
menuju ke ruang perjamuan di mana keluarga Santoso sedang mengadakan pesta
perayaan.
Saat ini, Heri sedang dalam suasana
hati yang sangat baik. Para tamu satu per satu memberikan ucapan selamat.
Melihat keluarga Cheky masuk, Heri
mendekat untuk berjabat tangan terlebih dahulu dengan Cheky.
"Selamat, Pak Heri," ujar
Cheky.
"Kenapa sekarang masih memanggil
seperti itu? Seharusnya dipanggil Wakil Ketua Heri, " kata Sri buru-buru.
Setelah itu, Sri juga dengan sukarela
menjabat tangan Heri, yang kemudian dengan sengaja mengusap telapak tangan Sri.
"Selamat juga untukmu! Pak Cheky
juga sudah menjadi anggota dewan sekarang. Istri Pak Cheky benar-benar terawat
dengan baik, cantik dan berkelas, nggak seperti istriku yang sudah kusam. Pak
Cheky, aku sangat iri padamu yang memiliki istri cantik seperti ini," ujar
Heri.
Heri sudah mulai memiliki niat jahat
terhadap Sri.
"Pak Heri terlalu memuji.
Istrimu juga sangat cantik," ujar Sri.
No comments: