Bab 249
Setelah Glenny mengatakan ini, Desy
menutup matanya sejenak untuk berpikir, lalu melihat ke arah Adriel.
"Aku merasa ada yang aneh dengan
taruhan ini. Tapi aku, Desy, bukan orang yang percaya pada takhayul. Aku terima
taruhan ini," kata Desy.
"Kesepakatan sudah dibuat.
Sebaiknya kamu sekarang menelepon sekretarismu, lalu minta dia menyiapkan
kontrak penyerahan," kata Glenny sambil tersenyum.
"Jangan terlalu senang dulu,
kita lihat saja nanti," kata Desy.
Setelah Heri selesai menelepon,
Adriel berkata, "Sepertinya kamu nggak berniat menepati janji, ya?"
"Aku menepati janji ... Menepati
janji apanya! “
Heri hampir saja mengeluarkan
kata-kata kasar, tetapi wajahnya yang masih terasa sakit membuatnya menahan
diri.
"Baiklah, urusan utang ini kita
bicarakan nanti. Sekarang aku ingin tahu, apa benar proyek kerja sama yang
diperoleh Grup Candila milik keluarga Lein dengan Grup Jahaya adalah berkat
bantuanmu ?" tanya Adriel.
"Tentu saja! Kalau bukan aku,
apa itu karenamu?" kata Heri.
Adriel tersenyum tipis, lalu berkata,
"Keras kepala sekali."
"Adriel, apa kamu sudah gila?
Jangan coba- coba mengadu domba keluarga kami," kata Sri dengan suara
keras.
"Jangan khawatir! Bukankah
kalian ingin tahu kebenarannya? Kebetulan aku sedang dalam suasana hati yang
baik hari ini, jadi akan kuberi tahu kalian kebenarannya," kata Adriel.
Setelah mengatakan ini, dia
mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Yunna.
"Apa kamu sudah sampai?"
tanya Yunna di telepon.
"Aku di lantai dua hotel untuk
menghadiri pesta perayaan Heri. Kamu turun sebentar!" perintah Adriel.
Yunna merasa sedikit curiga, tetapi
dia tidak banyak bertanya. Dia hanya berkata, " Baiklah, aku akan segera
turun."
Setelah menutup telepon, ekspresi
wajah Yunna berubah menjadi dingin.
"Heri, kamu jangan sampai
membuat masalah dengan Adriel. Kalau nggak, aku nggak akan memaafkanmu,"
gumam Yunna.
Alan Juwono, wakil ketua sebelumnya,
dipecat karena sudah menyinggung Adriel. Dia sudah menjual semua asetnya dan
meninggalkan Kota Silas.
Jika wakil ketua yang baru diangkat
ini juga menyinggung Adriel, Yunna khawatir kemampuan dirinya akan
dipertanyakan oleh Adriel.
"Mau mencari bantuan? Aku beri
tahu kamu, Pak Dion akan segera tiba. Hari ini, meski raja langit sendiri yang
datang, dia nggak akan bisa menyelamatkanmu," kata Heri dengan penuh
amarah dan kebencian.
"Kamu pasti menelepon wanita
yang menyimpanmu untuk membelamu, 'kan?" kata Fanny pada saat itu.
Para tamu yang mendengar perkataan
ini mulai berbicara satu sama lain.
"Anak ini ternyata adalah
seorang pria simpanan. Entah wanita mana yang menyimpannya sehingga dia berani
menantang Heri."
"Nggak peduli siapa pun itu,
nggak akan ada yang bisa menolongnya dalam situasi seperti ini."
Desy bertanya kepada Glenny,
"Apa kamu tahu siapa yang menyimpannya?"
"Dia menjadi simpanan seorang
wanita? Aku nggak percaya," kata Glenny yang juga sangat terkejut.
Di Kota Silas, wanita mana yang punya
kemampuan untuk membuat seorang mahaguru menjadi pria simpanan?
"Menyimpanku? Di Kota Silas, nggak
ada yang bisa menyimpanku. Aku malas menjelaskan sebelumnya, tapi kalian benar-
benar bodoh kalau berpikir aku adalah pria simpanan seseorang," ujar
Adriel.
Adriel memandang Fanny seolah-olah
sedang melihat orang bodoh. Dia merasa sangat beruntung karena tidak menikahi
wanita sebodoh ini.
"Kamu yang bodoh! Aku melihatnya
dengan mata kepalaku sendiri, mana mungkin itu palsu? Bukannya vila yang kamu
tinggali sekarang adalah milik wanita itu? Kalau bukan karena dia, apa kamu
bisa tinggal di Mansion Nevada?" ujar Fanny.
Fanny merasa sangat marah karena
Adriel terus meremehkannya di depan umum, jadi dia tidak henti-hentinya
mengungkap aib Adriel.
Hari ini, Fanny bertekad untuk
menjejak Adriel hingga hancur dan menunjukkan bahwa dia lebih unggul.
No comments: