Bab 253
"Cheky, ini nggak mungkin...
Pasti ini nggak benar, 'kan?" kata Sri.
Sri tidak bisa menerima kenyataan
seperti itu.
Meskipun Cheky juga tidak bisa
menerima kenyataan ini, pada saat ini dia harus memaksa dirinya untuk menerima
kenyataan.
Yunna tidak akan berbohong. Ini
adalah faktanya. Mau tidak mau, dia harus menerimanya!
Wajah Heri juga berubah drastis.
Ekspresinya menjadi kaku.
Meskipun dia tidak menghadiri pesta
ulang tahun itu, dia telah mendengar tentang nama besar Pak Adriel setelahnya.
Hanya saja, dia belum pernah melihatnya.
"Ternyata dia! Bagaimana bisa
dia?" gumam Heri.
Wajah Heri sepucat kertas. Keringat
mengucur deras dari tubuhnya.
"Cheky, apa kamu tahu kenapa aku
memilih Grup Candila milikmu sebagai mitra kerja sama keluarga Millano? Apa
kamu tahu kenapa aku mengangkatmu sebagai anggota dewan?" tanya Yunna.
"Apa ... bukan karena Pak
Heri?" tanya Cheky.
Pada saat ini, Cheky benar-benar
kehilangan kepercayaan diri. Suaranya terdengar gemetaran.
"Heri? Dia nggak punya pengaruh
sebesar itu! Karena satu kata dari Pak Adriel yang membuatku memilihmu. Karena
dia juga, aku mengangkatmu. Kalau bukan karena itu, dengan kekuatan Grup
Candila yang biasa - biasa saja, mana mungkin kalian bisa masuk ke dalam
lingkaran keluarga Millano?" ujar Yunna.
"Aku nggak pernah mengatakannya
karena Adriel nggak mau memanfaatkan hal itu untuk mendapatkan pujian dari
kalian. Siapa sangka malah keluarga Santoso yang mendapatkan keuntungan besar
dari hal ini. Keluarga kalian sepertinya memang nggak terlalu pintar," lanjut
Yunna.
Setiap kata yang diucapkan Yunna
terasa seperti pisau tajam yang menusuk hati Cheky dan Sri, membuat mereka
merasakan sakit yang luar biasa.
"Semua upaya dan kasih sayang
yang Adriel berikan pada kalian, akhirnya kalian sia- siakan," tambah Yunna.
Yunna menggelengkan kepala, sekali
lagi berujar, "Kerja sama kita sementara ini dihentikan. Aku rasa kamu
juga nggak lagi cocok untuk posisi dewan Persatuan Dagang Marlion. Mulai hari
ini, kamu dipecat dari keanggotaan. Kamu nggak lagi menjadi anggota Persatuan
Dagang Marlion."
Yunna memang bukan orang yang lemah
lembut, terutama dalam menangani urusan seperti ini. Dia selalu bertindak tegas
dan tanpa ampun.
Cheky dan Sri tidak bisa lagi
berdiri. Keduanya jatuh terduduk di lantai.
"Ayah ... Ibu ... "
Fanny juga tidak jauh lebih baik.
Ketika kebenaran terungkap, dia tahu bahwa dia telah kalah telak, kalah
habis-habisan.
Kini, keluarga Lein pun hancur.
Kesempatan untuk meraih kesuksesan
besar sudah hilang, harapan untuk menjadi keluarga kaya kelas atas juga pupus.
Semua pukulan ini akhirnya membuat Fanny mulai menyesal.
Adriel melihat keluarga ini sejenak,
tanpa berkata apa-apa lagi. Dia sudah melakukan yang terbaik untuk mereka,
hingga akhirnya situasi seperti ini terjadi. Ini hanya menunjukkan bahwa takdir
keluarga Lein memang seperti ini. Ini adalah hasil dari perbuatan mereka
sendiri.
Setelah selesai menangani Cheky,
Yunna mengalihkan pandangannya ke arah Heri.
Heri tentu lebih cerdas daripada
Cheky. Dia langsung berlutut dengan bunyi keras, lalu memukulkan kepala ke
tanah tiga kali.
"Pak Adriel, maafkan aku. Aku
benar-benar nggak tahu siapa kamu, mohon maafkan aku! Sebenarnya semua ini
adalah hasutan dari keluarga Lein!" kata Heri.
Heri tak lagi peduli dengan harga
dirinya. Dalam situasi seperti ini, yang menjadi prioritas adalah apakah dia
bisa keluar dari sini dengan selamat atau tidak. Harga diri tidak ada artinya
lagi.
Adriel tidak tertarik untuk menangani
orang seperti Heri. Dia langsung berkata kepada Yunna, "Dia adalah anggota
dari persatuan dagangmu, jadi uruslah sendiri."
Yunna mengangguk, lalu bertanya,
"Heri, apa kamu tahu kenapa Alan dicopot dari jabatan wakil ketua, menjual
semua asetnya, lalu meninggalkan Kota Silas dengan malu?"
"Nggak ... Nggak tahu... "
Yunna berkata dengan dingin,
"Karena dia menyinggung Pak Adriel. Aku membiarkannya hidup, tapi nggak
akan ada lagi tempat untuknya di Kota Silas."
Mendengar itu, Heri langsung merasa
seperti kehilangan segalanya. Dia terus menghantamkan kepalanya ke tanah sampai
berdarah.
"Bu Yunna, tolong ampuni aku. Bu
Yunna, tolong ampuni aku! Aku benar-benar nggak tahu kalau dia adalah Pak
Adriel!" ujar Heri.
No comments: