Bab 256
"Kini kau sudah kalau aku ini
seorang mahaguru, apa kamu masih berpikir kalau Toni meninggal secara nggak
adil?" tanya Adriel dengan dingin.
Toni memprovokasi seorang mahaguru
dan pantas untuk mati. Itu sebabnya, Dion juga benar-benar tidak bisa berkata
apa-apa.
Akan tetapi, sekarang di depan semua
orang, Toni mewakili Geng Langit, juga mewakili kehormatan Jayson. Oleh karena
itu, Toni tidak bisa menyerah begitu saja.
"Toni memang pantas mati. Tapi,
bagaimanapun, dia itu anggota Geng Langit. Sebelum menghukum orang, seharusnya
kamu juga mempertimbangkan perasaan orang lain yang punya hubungan dengannya.
Kamu benar-benar nggak menghormati Geng Langit. Kami pasti akan membuat
perhitungan atas masalah ini."
Adriel tertawa dingin dan berkata,
"Nggak perlu repot-repot seperti itu. Pulanglah dan beri tahu Jayson kalau
suatu hari nanti aku pasti akan datang sendiri untuk menemuinya dan bicara
dengannya. Kalau pada saat itu dia ingin membalaskan dendam muridnya, dia bisa
membunuhku."
Kata-kata Adriel ini membuat semua
orang menjadi makin terkejut.
Jayson adalah ahli peringkat kedua
dari Empat Mahaguru dan nomor dua setelah Zamri Wardana. Adriel berani
mengancam untuk datang sendiri dan menantang Jayson. Bukankah itu sama saja
dengan cari mati?
Kecuali, Adriel yakin jika dirinya
memiliki kekuatan yang mampu menandingi Jayson.
Akan tetapi, Adriel baru berusia
sekitar dua puluh tahun. Dia bisa menjadi seorang mahaguru tingkat dasar. Hal
ini menunjukkan jika Adriel merupakan seorang genius yang memiliki bakat luar
biasa.
Jayson dikenal sebagai seorang
mahaguru tingkat enam, yang termasuk dalam kategori mahaguru tingkat menengah.
Mahaguru terbagi menjadi sembilan
tingkat. Tiga tingkat terbawah merupakan tingkat dasar. Tiga tingkat tengah
merupakan tingkat menengah. Sementara, tiga tingkat atas merupakan mahaguru
tingkat tinggi.
Di antara Empat Mahaguru, hanya Zamri
yang berada di posisi pertama. Dia merupakan seorang mahaguru tingkat tinggi.
Seorang mahaguru tingkat dasar
menantang mahaguru tingkat menengah, pasti akan mendatangkan kehancuran bagi
dirinya sendiri.
Namun, pada saat ini, tidak ada
seorang pun yang berpikir jika Adriel adalah orang bodoh yang tidak tahu diri,
apalagi orang gila yang hanya bisa berbicara omong kosong. Jika Adriel berani
berkata seperti itu di depan umum, dia juga pasti memiliki keyakinan seperti
itu.
Dion sendiri juga tertegun. Dia pun
berkata dengan terkejut, "Kamu bilang apa? Kamu ingin menantang guruku?
Memangnya kamu pikir siapa dirimu... "
Kata terakhir yang hendak diucapkan
Dion tertahan karena tatapan mematikan Adriel membuatnya ketakutan sehingga dia
pun menelan kembali kata-kata itu.
"Nggak ada lagi yang bisa kamu
lakukan di sini. Kamu boleh pergi."
Adriel melambaikan tangannya,
menunjukkan wibawa dan gaya seorang mahaguru.
Dion juga tidak berani tinggal lebih
lama lagi. Jika tidak, dia mungkin akan kehilangan nyawanya dengan sia-sia.
Dengan dibantu murid-muridnya, Dion pun pergi dengan rasa putus asa. Sangat
berbeda dengan keributan yang ditimbulkannya saat dia datang sebelumnya.
Heri sudah benar-benar menyerah.
Tanpa sanksi dari keluarga Millano dan hanya melihat status Adriel sebagai
seorang mahaguru saja, sudah cukup membuatnya menyadari jika Adriel bukanlah
tandingannya.
Heri benar-benar orang yang sudah
melebih -lebihkan dirinya sendiri, juga kemampuannya sendiri. Bisa bertahan
hidup saja sudah merupakan keberuntungan di tengah-tengah kesialan yang mendera
dirinya.
Yang paling menyesal di antara semua
yang hadir, tentu saja adalah keluarga Cheky.
Sekarang, setelah semua kebenaran
terungkap, mereka akhirnya menyadari jika Adriel adalah sosok yang harus mereka
hormati. Mereka juga menyadari betapa konyol dan menyedihkannya perilaku mereka
sebelumnya.
"Adriel, Bu Sri tahu dia salah.
Jangan membalas dendam kepada kami. Bu Sri akan meminta maaf kepadamu,
oke?"
Meskipun Heri sudah tidak bisa lagi
bertahan di Kota Silas, setidaknya dia akan memiliki cukup makanan dan pakaian
selama sisa hidupnya dengan menjual properti dan perusahaan milik keluarganya,
Namun, keluarga Lein tidak
seberuntung itu. Sebelumnya, Chandra dari Persatuan Dagang Hariga terus-menerus
mendesak keluarga Lein. Jika bukan karena keluarga Lein bergabung dengan
Persatuan Dagang Marlion, Chandra pasti tidak akan pernah melepaskannya.
Sekarang, tanpa dukungan dari
Persatuan Dagang Marlion, Grup Candila pasti tidak akan mampu untuk terus
bertahan. Nasib keluarga Lein pasti akan berakhir menyedihkan.
Sri merasa takut hanya dengan
memikirkannya saja. Oleh karena itu, dia segera mengubah sikapnya dan memohon
belas kasihan kepada Adriel.
"Aku nggak akan membalas dendam
pada kalian. Semua ini keputusan Yunna untuk kalian. Nggak ada hubungannya
denganku."
Adriel sudah lama melihat sifat asli
dari Sri. Dia tidak akan lagi bersikap lunak.
"Kamu ternyata Tuan Lavali.
Hanya dengan satu kata darimu, Bu Yunna pasti akan membebaskan kami. Bahkan,
jika kau buka mulut, Paman Cheky bisa menjadi wakil ketua!"
No comments: