Membakar Langit ~ Bab 269

  

Bab 269

 

"Bagaimanapun, seorang kepala bank meninggal. Aku nggak yakin bisa menyelesaikan masalah ini, jadi aku harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, yaitu pindah ke tempat lain."

 

Ana memberi tahu Adriel sebuah alamat, lalu Adriel pun melaju ke sana dengan mobilnya.

 

Ana punya beberapa properti di Kota Silas. Setelah masuk ke dalam rumah, Ana berkata, "Dua hari ini, tinggallah di sini untuk sementara waktu."

 

"Lalu bagaimana dengan anak perempuanmu? Kamu nggak peduli padanya? " kata Adriel.

 

"Dia di sekolah, sementara tidak akan ada masalah. Aku akan menelepon dan menggunakan beberapa koneksi untuk melihat apakah situasinya telah ada perubahan."

 

Adriel menarik Ana sembari berkata, " Sebenarnya kamu nggak perlu begitu gugup, aku bisa menanganinya."

 

"Kamu nggak usah berpura-pura kuat," jawab Ana singkat.

 

Ana hanya menganggap Adriel sedang berpura-pura. Bagaimanapun juga, Adriel sudah dikurung selama dua tahun, jadi relasinya tidak terlalu banyak.

 

Ini bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan kekerasan.

 

Ana masuk ke dalam kamar untuk menelepon. Adriel hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, lalu berkata, "Kenapa kamu nggak percaya padaku? Oke, nanti aku akan memberimu kejutan."

 

Adriel tentu tidak akan benar-benar tidak peduli. Dia yang sudah membunuh orang itu. Sekarang Ana sudah cukup pusing dengan urusan perusahaan karena Grup Bintang sedang mengalami banyak tekanan. Bahkan jika sebelumnya dia memiliki banyak relasi, sekarang dia pasti tidak akan membantu Ana menyelesaikan masalah yang sulit seperti ini.

 

Jadi, Adriel menyimpulkan bahwa dengan hanya mengandalkan relasi pribadinya, Ana tidak dapat menyelesaikan masalah ini.

 

Kecuali jika Ana bersedia mengorbankan tubuhnya, mungkin bisa ada sedikit peluang..

 

Namun, Adriel jelas tidak akan membiarkan hal ini terjadi.

 

Dia pergi ke balkon dan mengeluarkan ponsel untuk menelepon Tobby.

 

"Pak Tobby, maaf sudah mengganggu waktumu malam-malam begini."

 

"Ah, Pak Adriel ini. Mau semalam apa pun aku pasti akan menjawab teleponmu. Apalagi sekarang juga nggak terlalu malam," kata Tobby.

 

Adriel juga tidak banyak basa-basi lagi. Dia langsung berbicara ke inti masalahnya. Dia berkata, "Liam, kepala bank Kota Silas, meninggal dunia. Apakah Pak Tobby tahu tentang kabar ini?"

 

"Aku baru menerima kabar bahwa Departemen Keamanan Kota sedang membentuk tim khusus untuk menyelidiki masalah ini."

 

Bank di daerah itu dikelola oleh Divisi Keuangan. Liam adalah bawahannya Tobby, jadi hal ini harus segera dilaporkan kepada atasannya.

 

"Kasus ini nggak perlu diselidiki lagi. Aku yang membunuh Liam."

 

"Apa?"

 

Tobby sangat terkejut, dia tidak menyangka Adriel-lah yang membunuh Liam.

 

Bagaimanapun juga, tadi dia sudah menyapa pihak Departemen Keamanan Kota, jadi masalah ini harus diselidiki dengan ketat.

 

Berani membunuh kepala bank adalah masalah serius dan tidak boleh ditoleransi.

 

"Kenapa kamu membunuhnya?"

 

Tobby dengan cepat tenang kembali setelah terkejut sejenak. Dia bertanya terlebih dahulu untuk memahami situasi sebelum membuat keputusan.

 

"Liam meminjam uang dan melakukan tindakan kekerasan terhadap ibu angkatku, Ana, yang juga merupakan dirut Grup Bintang. Aku melihat kejadian ini dengan mata kepalaku sendiri. Meskipun dia nggak terluka, aku nggak bisa mentolerir hal seperti ini. Jadi, Liam harus mati."

 

Adriel memberikan penjelasan yang singkat dan jelas tentang situasi yang terjadi, sementara Tobby hanya terdiam.

 

Tentu saja dia sudah menyelidiki informasi tentang Adriel dan tahu hubungannya dengan Ana.

 

Sesaat kemudian, Tobby berkata, "Si bajingan Liam ini benar-benar cari mati, matinya juga nggak disayangkan. Pak Adriel, jangan khawatir, aku akan mengatasi masalah ini."

 

"Terima kasih banyak, Pak Tobby," ujar Adriel.

 

"Nggak apa-apa. Liam ini juga licik. Aku sedang berencana untuk menyelidikinya dan kalau terbukti bersalah, dia akan dihukum dengan tegas. Sekarang dia membuatmu marah, dia memang pantas mati. Untuk masalah pinjaman seperti ini, cukup beri tahu aku saja melalui telepon. Bu Ana nggak perlu lagi memohon kepada kepala bank."

 

Meskipun Tobby yang mempromosikan Liam, nilainya tidak sebanding dengan Adriel.

 

Sekarang Liam sudah meninggal, jadi Tobby harus mempromosikan kepala bank baru.

 

Menyinggung seorang dokter sakti itu tidak bijaksana. Siapa yang berani menjamin bahwa dia dan keluarganya tidak akan sakit atau merasa tidak nyaman?

 

Apalagi Tobby juga pernah diracuni oleh seseorang dan hingga saat ini pelakunya belum terungkap. Kepalanya seolah-olah tergantung pedang tajam yang bisa mengancam nyawanya setiap saat, sehingga membuatnya makin tak berani menyakiti Adriel.

 

"Pak Adriel, belakangan ini ayahku sering sakit-sakitan. Sudah lihat banyak dokter dan obatnya juga sudah diminum, tapi belum membaik juga. Aku ingin meminta Pak Adriel untuk datang memeriksanya," tutur Tobby.

 

Adriel langsung menyetujuinya dengan senang hati, "Nggak masalah, besok aku akan pergi memeriksanya."

 

Teman itu memang harus saling membantu. Apalagi dia adalah seorang dokter sakti yang tugasnya memang membantu orang sakit dan menyelamatkan nyawa manusia. Itulah prinsip dasarnya. Dia selalu senang membantu, hanya saja tergantung apakah orang yang dibantu layak atau tidak.

 

Selesai berbicara, Adriel pun menutup telepon, lalu memeriksa kamar tidur dengan mata gandanya. Ana sedang mengernyit dengan ekspresi yang penuh dengan kekhawatiran.

 

Terlihat jelas kalau urusannya tidak berjalan lancar.

 

Adriel membuka pintu, lalu bertanya, " Bagaimana?"

 

Ana berkata dengan marah, "Sekelompok orang yang hanya bertindak sesuai dengan situasi. Sekarang Grup Bintang sedang menghadapi krisis, nggak ada satu pun orang yang mau membantu. Tapi, kamu nggak usah terlalu khawatir, aku masih punya rekamannya."

 

"Nanti aku akan mengedit rekaman suara ini dan memberikannya kepada polisi yang menangani kasus ini. Aku akan bilang kalau Liam punya niat buruk terhadapku, makanya aku melakukan perlawanan, kemudian dia sendiri yang nggak sengaja terjatuh dari gedung."

 

Sekarang, Ana hanya punya cara ini. Apakah bisa berhasil atau tidak, dia juga tidak yakin.

 

Dulu, mungkin dia masih bisa meminta bantuan keluarga Millano untuk membantunya dan bisa melepaskan diri dengan mudah.

 

Sayangnya, sekarang tidak sama seperti dulu lagi. Kehilangan dukungan keluarga Millano membuat Ana merasa agak tidak berdaya.

 

Adriel juga tidak banyak berbicara. Sementara ini, dia berencana menjadi pria yang diam-diam berkorban tanpa sepengetahuan Ana dan akan memberinya kejutan di saat yang tepat.

 

"Ya sudah, masalahnya sudah sampai seperti ini. Terlalu banyak pikir nggak ada gunanya. Lagian juga sudah larut malam. Sekarang aku mau melakukan hal serius."

 

Hari ini, Ana mengenakan pakaian yang sangat disukai oleh Adriel. Kaki indahnya yang terbalut dalam stoking hitam yang panjang, membuat Adriel ingin menikmatinya dengan baik.

 

"Mulai lagi! Suasana hatiku sedang nggak baik!" kata Ana sambil mendorong Adriel.

 

"Sekarang kamu sedang merasa tertekan dan membutuhkan dukungan."

 

Adriel tidak akan memedulikannya terlalu banyak. Dia berjalan ke belakang Ana dan memeluknya.

 

Meskipun masih agak menolak, Ana tidak tahan dengan Adriel yang bermuka tebal. Apalagi sekarang Adriel sudah tahu beberapa trik dan tahu titik terlemah Ana. Asalkan dia menyerang titik terlemah itu, Ana tidak akan melawan dan menjadi patuh.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 269 Membakar Langit ~ Bab 269 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 23, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.