Bab 274
Ini adalah pertama kalinya Jessy
menentang perkataan ibunya dengan sikap seperti ini.
"Apakah kamu menyukainya atau
tidak, itu tidak penting," ujar Shalina.
Jessy segera berkata, "Ini
sangat penting! Aku tidak lagi akan mendengarkanmu. Aku juga tidak akan
menerima semua pilihan yang kamu ambil di dalam hidupku. Bahkan kalau tidak ada
Adriel, aku juga tidak akan menerima pernikahan yang kamu atur untukku!"
Emosi Jessy benar-benar meledak kali
ini. Jessy yang biasanya selalu bersikap patuh tiba-tiba menjadi begitu tegas
ketika bertengkar dengan Shalina.
Shalina bergegas bangkit, lalu
menampar wajah Jessy sambil berkata, "Kurang ajar! Beraninya kamu melawan
? Apakah kamu sudah hebat?"
Shalina merasa otoritasnya ditantang
dan dia tentu harus menekan Jessy. Kalau dia tidak menekan Jessy, bagaimana dia
bisa mengatur Jessy di kemudian hari?
"Istriku, jangan marah, kamu
bisa bicara baik-baik," ujar Tobby sambil menghalangi Shalina, kemudian
memberi isyarat pada Jessy, "Jessy, Ibumu hanya ingin melakukan yang
terbaik untukmu. Bagaimana kamu bisa bersikap seperti ini padanya? Cepat minta
maaf pada Ibumu!"
Jessy hanya menggenggam wajahnya yang
terasa sakit itu sambil meneteskan air matanya.
"Aku lebih baik mati dari pada
minta maaf!" teriak Jessy sambil berlari keluar.
"Berhenti ! Kalau kamu berani
melangkah keluar rumah setengah langkah pun, aku akan mematahkan kakimu!"
teriak Shalina dengan penuh amarah.
Namun, Jessy sama sekali tidak bisa
mendengar perkataan ibunya karena dirinya dalam kondisi yang sangat kacau. Dia
langsung keluar dan menutup pintu dengan keras.
Shalina hendak mengejarnya dengan
penuh amarah, tetapi Tobby berhasil menghentikannya, lalu berkata, "Sudahlah,
biarkan dia menenangkan diri dulu. Bertengkar tidak bisa menyelesaikan masalah.
Lagi pula, Jessy sudah dewasa, bukan lagi anak kecil. Kita juga harus bergegas
ke Rumah Pensiunan."
"Semua ini karena kamu selalu
memanjakannya! Lihatlah sikapnya sekarang! Sejak kecil, apakah dia berani
berkata tidak di depan aku? Sekarang dia menjadi begitu berani, aku tidak
percaya kalau aku tidak mampu mengatasinya!" ujar Shalina dengan penuh
amarah.
Setelah berusaha keras, Tobby
akhirnya berhasil menenangkan emosi Shalina.
"Ketika bertemu dengan Adriel
nanti, kamu tidak boleh memasang ekspresi yang buruk seperti ini. Bagaimanapun
juga, dia adalah penyelamat hidupku. Dia juga akan mengobati penyakit
ayahku," ujar Tobby.
"Apa maksudmu? Kamu kirą aku
bodoh? Tapi, aku akan mencari kesempatan untuk berbicara dengannya secara
pribadi. Aku akan memintanya untuk menjaga jarak dengan Jessy. Dengan begitu,
masalah ini akan mudah diatasi," jawab Shalina.
"Sepertinya ini bukan ide yang
baik. Dia bahkan tidak terlalu dekat dengan putri kita, " ujar Tobby
sambil mengerutkan keningnya.
"Tidak terlalu dekat bukan
berarti tidak tertarik pada Jessy. Bukankah semua pria di dunia ini memikirkan
hal yang sama? Bukankah kamu juga begitu?" tanya Shalina.
Tobby terdiam dan tidak lagi berani
melanjutkan pembicaraan ini.
Tobby memang memiliki wanita lain di
luar, bahkan lebih dari satu. Shalina juga tahu akan hal ini, hanya saja
Shalina sangat mengerti kalau semua pria di dunia ini memiliki keinginan untuk
menikahi lebih dari satu wanita.
Terutama pria yang memiliki kemampuan
dan status sosial.
Sebagai direktur keuangan, Tobby
tidak mungkin tidak terlibat dengan wanita lain. Kalau tidak, dia juga tidak
bisa mencapai posisinya saat ini. Oleh karena itu, Shalina hanya perlu menjaga
posisinya sendiri sebagai istri sah.
Tentu saja, wanita yang berkemampuan
juga tidak keberatan untuk menghidupi beberapa pria lain di luar sana.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk
hidup yang penuh dengan keinginan.
Hanya saja, ada orang yang memiliki
kemampuan untuk melakukan itu dan ada orang yang sama sekali tidak memiliki
kemampuan untuk melakukannya.
"Aku yakin kalau Adriel adalah
orang yang cerdas. Dia seharusnya paham dan mengerti bagaimana caranya untuk
menjaga jarak. Aku juga tahu batasannya, kamu tidak perlu ikut campur,"
ujar Shalina.
No comments: