Bab 283
Adriel tidak terkejut dengan sikap
Tobby.
"Perkataan Pak Adriel terlalu
sungkan. Kamu adalah penyelamatku, tentu saja aku berada di pihakmu," ucap
Tobby.
Bagaimanapun, dia masih harus
mengharapkan Adriel untuk menyembuhkan penyakit ayahnya. Meskipun Tobby tidak
senang, dia hanya bisa menahannya terlebih dulu.
"Kalau begitu, terima kasih
banyak, Pak Tobby," ucap Adriel datar.
"Kalau bukan karena
mengharapkanmu menyembuhkan penyakit Ayah, siapa yang peduli dengan hidup dan
matimu? Nggak tahu diri, malah berani menyebabkan masalah bagiku! Membunuh Liam
masih bisa dibiarkan, sekarang malah melukai Benny lagi, memangnya Joshua mudah
disinggung? Bajingan!"
Tobby memarahi Adriel dalam hati,
tetapi dia tidak menunjukkan sedikit pun ketidakpuasan terhadap Adriel.
Tobby tidak berniat untuk bermusuhan
dengan Joshua demi Adriel. Namun, saat ini dia harus bertahan sampai Adriel
menyembuhkan penyakit ayahnya. Kemudian, dia bisa tidak memedulikan hidup dan
mati Adriel.
Pada saat ini, ambulans rumah sakit
tiba.
Tobby berjalan ke sana, lalu
berbicara dengan suara pelan kepada Benny, " Keponakanku, kamu terluka
cukup parah, pergilah ke rumah sakit terlebih dahulu. Biarkan aku yang
menangani urusan di sini, bagaimana menurutmu?"
"Nggak bisa! Bagaimana kalau dia
melarikan diri? Aku harus menangkapnya dan mencincangnya!" ujar Benny.
Benny sangat membenci Adriel. Jika
bukan karena takut dan dia sudah menelepon untuk meminta bantuan, dia tidak
mungkin membiarkannya begitu saja.
"Sekarang kamu membuatnya marah,
nggak ada manfaat apa pun, bukan? Kalau dia benar -benar ingin membunuhmu, aku
nggak bisa menghentikannya. Yang terpenting sekarang adalah kamu harus keluar
dengan aman lebih dulu, baru bisa balas dendam. Apa kamu mengerti
maksudku?" ucap Tobby dengan suara pelan. Dia berusaha agar tidak
terdengar oleh orang lain, terutama Adriel.
Namun, yang tidak Tobby ketahui
adalah Adriel memiliki pendengaran yang luar biasa. Adriel mendengar bisikannya
dengan sangat jelas.
Benny langsung memahami maksud Tobby
dan dia segera mengangguk.
"Kalian, cepat angkat Pak Benny
ke mobil dan antar ke rumah sakit," ucap Tobby.
"Tunggu sebentar!" cegat
Adriel.
Adriel berjalan menghampiri mereka.
Benny mengira bahwa Adriel bermaksud menyulitkannya, dia menggertakkan gigi dan
berkata, "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?"
"Ibu dan anak ini terluka karena
digigit oleh anjingmu. Sebagai pemilik anjing, kamu harus minta maaf dan ganti
rugi," ujar Adriel.
"Nggak mungkin! Dua orang
rendahan, apakah layak membuatku minta maaf?" balas Benny.
Benny sebagai orang yang berkuasa dan
berkelas meremehkan ibu dan anak ini dari lubuk hatinya. Dia lebih tidak bisa
terima jika harus minta maaf.
"Sepertinya, kamu juga nggak
menginginkan tanganmu yang lainnya," ucap Adriel langsung mengancam.
Cerissa juga tahu bahwa tokoh besar
seperti Benny tidak mudah disinggung, jadi dia segera berkata, "Tuan
penyelamat, terima kasih. Nggak perlu minta maaf lagi, asalkan putriku masih
hidup, itu sudah cukup."
Cerissa juga takut akan pembalasan
dendam setelah masalah ini. Ibu dan anak yang hidup saling bergantung satu sama
lain seolah semut bagi Benny, takutnya kelak akan mati tanpa tahu penyebabnya.
Cerissa sangat takut!
"Kamu sudah dengar, 'kan? Dia
nggak berani membuatku minta maaf! Orang yang suka ikut campur urusan orang
lain nggak akan berakhir baik," ucap Benny dengan marah.
"Minta maaf! Aku nggak ingin
mengatakannya untuk ketiga kalinya," ujar Adriel dingin.
Benny sangat marah dan hampir
meledak, Tobby memberinya isyarat dengan mata yang mengatakan agar dia sabar
dulu. Akhirnya, Benny hanya bisa menelan kekesalannya dan meminta maaf kepada
Cerissa.
"Kamu juga!" ucap Adriel
sambil menunjuk Elisa, istri Benny.
Setelah Elisa meminta maaf, dia
bersama staf memapah Benny naik ke tandu dan bersiap untuk naik ke ambulans.
"Aku memanggil ambulans ini
untuk ibu dan anak itu, kamu enyahlah," tutur Adriel.
Adriel menendang tandu ke lantai dan
Benny berguling dari tandu. Awalnya Benny memang sudah terluka, rasa sakit dari
patah tangan dan tulang, lalu terjatuh lagi seperti ini, membuatnya sangat
kesakitan hingga meneteskan air mata dan dia terus menjerit.
"Kamu ... kamu terlalu menindas
orang! Keluarga Herman nggak akan melepaskanmu!" teriak Benny.
Elisa juga belum pernah melihat
suaminya ditindas seperti ini. Selama ini, merekalah yang menindas orang lain,
tidak ada orang yang berani menindas mereka.
No comments: