Membakar Langit ~ Bab 286

   

Bab 286

 

Jika apa yang terjadi hari ini hanyalah masalah kecil, mungkin Joshua akan melepaskan Adriel begitu dia meminta padanya. Namun, masalah hari ini berkaitan dengan putra tunggalnya. Jangankan dia sebagai direktur keuangan, bahkan jika Yudhistira, wali kota Silas, turun tangan sekalipun, belum tentu masalahnya bisa selesai.

 

Adriel tersenyum lebar dan berkata, "Aku masih nggak ngin meninggalkan Kota Silas."

 

"Pak Adriel, izinkan aku berkata jujur. Satu- satunya jalan hidup bagimu saat ini adalah pergi dari Kota Silas. Orang yang kau singgung adalah Joshua Herman, orang yang memegang kekuasan militer di wilayah garnisun. Bahkan jika aku meminta belas kasihan untukmu, itu nggak ada gunanya," kata Tobby. Dia mencoba membujuk Adriel.

 

Pada saat ini, Shalina tiba-tiba berkata, " Tobby, jangan berkhawatir berlebihan. Kalau Pak Adriel berani bertindak seperti ini, tentu dia berani untuk menanggung hasilnya. Untuk apa kamu begitu khawatir?"

 

Lalu, Shalina berkata pada Adriel, "Pak Adriel, atau kita pergi periksa kesehatan ayahku dulu?"

 

"Tunjukkan jalannya."

 

Adriel mengangguk sedikit. Dia telah setuju untuk memeriksa penyakit ayahnya Tobby, tentunya dia tidak akan mengingkari janjinya.

 

Setelah sampai di halaman tempat tinggal Bambang Buana, Tobby memperkenalkan Adriel untuk ayahnya. Lalu, Bambang mengamati Adriel untuk beberapa saat dan berkata, "Aku sudah lama mendengar dari Tobby bahwa kamu masih sangat muda, tapi sudah punya keahlian medis yang luar biasa. Aku masih sedikit nggak percaya pada kata- katanya. Semoga Pak Adriel bisa menunjukkan keajaiban medismu kepadaku hari ini."

 

Bambang sangat memahami penyakit dirinya sendiri. Dia sudah melakukan banyak pemeriksaan dan juga telah berkonsultasi dengan banyak dokter terkenal, tetapi tidak ada seorang pun yang mampu menyembuhkannya.

 

Dia pernah ditembak oleh lawan ketika berpartisipasi dalam kemiliteran pada usia muda, peluru menembus paru-parunya. Meskipun nyawanya berhasil diselamatkan, tetapi tubuhnya tidak pernah pulih sepenuhnya. Sekarang, karena usia yang sudah tua, penyakit yang dideritanya menjadi makin parah dan tidak dapat disembuhkan.

 

Meskipun dia telah mendengar bahwa Adriel telah menyembuhkan racun kristal dan menyelamatkan nyawa Tobby, dia tetap tidak berpikir bahwa Adriel bisa menyembuhkannya.

 

Generasi tua memiliki pemikiran sendiri yang tidak bisa dibantah. Adriel masih muda. Menurut Bambang, bahkan jika pemuda itu belajar kedokteran sejak dalam kandungan, dia tidak mungkin memiliki keahlian medis terbaik.

 

Menurutnya, kali terakhir dia bisa menyelamatkan Tobby dari racun adalah murni keberuntungan.

 

Dari tatapan dan nada bicara Bambang, Adriel bisa merasakan bahwa dia dianggap remeh olehnya.

 

Namun, Adriel juga tidak mau repot menjelaskannya pada Bambang. Dia datang untuk mengobatinya hanya untuk membalas kembali bantuan dari Tobby saja.

 

Adriel duduk, mencoba memeriksa nadi Bambang terlebih dahulu, sementara Tobby agak gelisah di samping.

 

Dia tidak meragukan keahlian medis Adriel. Dia hanya khawatir jika Adriel sedang melakukan perawatan pada saat yang kritis, bagaimana jika Joshua datang untuk menangkapnya? Jika hal ini terjadi, dia tidak tahu apa yang bisa dilakukan.

 

Dalam situasi penuh amarah, Joshua mungkin tidak akan menerimanya bahkan jika dia memohon padanya.

 

Bagaimanapun juga, itu harus ditunda sampai Adriel menyembuhkan penyakit ayahnya. Setelah itu, dia tidak peduli dengan hidup atau mati Adriel.

 

Adriel sendiri yang mengakibatkan masalah ini. Dia hanya bisa berusaha untuk memediasi, tetapi hasil akhirnya bukanlah sesuatu yang bisa dia kendalikan.

 

"Berlagak saja. Aku belum pernah melihat seorang pemuda yang benar-benar bisa menilai kondisi penyakitku hanya dari denyut nadi. Jangan buang-buang waktu. Segera kumpulkan barang-barangmu dan pergi!" kata Bambang dengan kesal.

 

Melihat Adriel hanya menutup mata dan memeriksa denyut nadi untuk dirinya sendiri, Bambang segera menunjukkan ekspresi meremehkan.

 

Pada saat ini, Adriel tiba-tiba membuka matanya dan juga menarik kembali tangannya.

 

"Pak Bambang, keahlian medis nggak ada hubungannya dengan usia sama sekali. Panjang umur belum tentu punya keahlian. Lihat saja, kura-kura tua. Umurnya panjang, tapi apa gunanya?" kata Adriel dengan tenang.

 

Bambang segera marah besar. Dia mengetuk meja dan berkata, "Bocah, kau menghinaku secara nggak langsung dengan mengataiku kura-kura tua, ya?"

 

"Aku nggak menghinamu secara nggak langsung. Apa kata-kataku belum jelas?" tanya Adriel.

 

Menghadapi orang yang tidak menghargainya, Adriel juga tidak akan menghargainya kembali, terlepas dari apakah pihak lain seorang pejabat senior atau siapa pun.

 

Adriel sengaja bertindak seperti ini untuk membuat marah pihak lain.

 

"Kamu!" teriak Bambang.

 

Bambang sangat mar. Amarahnya itu menyebabkan serangan penyakit paru-paru dan penyakit lainnya. Dia tiba-tiba mulai batuk dengan hebat dan sulit bernapas. Wajahnya menjadi merah padam, lalu berubah menjadi pucat.

 

"Ayah ... Jangan terlalu emosi, tenangkan dirimu!" kata Shalina.

 

Shalina segera menghibur, menepuk punggung Bambang dengan lembut. Lalu, dia diam-diam memelototi Adriel dengan sedikit kemarahan di matanya.

 

Sementara Tobby segera mengeluarkan obat khusus untuk menenangkan penyakit Bambang. Penyakit ini membuatnya tidak boleh terlalu marah atau terlalu terangsang. Jika tidak, dia mungkin akan mati karena emosinya!

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 286 Membakar Langit ~ Bab 286 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 23, 2024 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.