Bab 287
Melihat Bambang batuk dengan napas
tersengal-sengal, Adriel tidak beraksi sama sekali.
Dia datang untuk menyembuhkannya,
tetapi si tua ini malah meremehkannya hanya karena lebih tua darinya. Adriel
merasa tidak senang.
Dia menghormatinya, sampai
memanggilnya "Pak Bambang". Namun, jika pihak lain tidak ingin
memberi hormat padanya, dia bisa membuat pihak lain masuk ke dalam tanah dalam
waktu sekejap!
"Pak Adriel, kami memintamu
datang untuk mengobati ayahku, bukan untuk membuatnya marah. Jika terjadi
sesuatu yang buruk pada ayahku karena terlalu marah, siapa yang akan tanggung
jawab?" kata Shalina dengan ekspresi tidak senang.
Tobby juga berkata dengan tidak
senang hati, "Ayahku nggak tahu kemampuan medismu, wajar saja kalau dia
sedikit ragu. Mengapa Pak Adriel harus membuatnya marah seperti itu?"
"Aku sengaja," jawab Adriel
dengan tenang.
Ketika mendengar ini, Tobby dan
istrinya hampir tidak tahan untuk tidak bertengkar dengan Adriel di tempat,
sementara Bambang menjadi sangat marah dan batuknya makin parah, bahkan matanya
hampir terbalik.
Bambang hanya bisa mengumpat dengan
marah di dalam hati, "Dari mana asalnya anak sialan ini? Benar-benar
membuatku emosi!"
Tobby segera memberikan obat khusus
kepada Bambang untuk menstabilkan kondisinya. Jika tidak, Bambang tidak akan
bisa bernapas dengan baik dan benar-benar bisa mati.
Pada saat yang sama, Tobby jadi makin
tidak puas terhadap Adriel. Pria itu bukan datang untuk mengobati ayahnya,
tetapi untuk membunuh ayahnya!
Adriel merebut jarum suntik dari
tangan Tobby dan langsung melemparkannya ke tanah.
"Hei, apa kamu gila? Aku
peringatkan, ya. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada ayahku, kami nggak akan
membiarkanmu pergi dengan hidup-hidup begitu saja," kata Shalina.
Shalina langsung menunjuk hidung
Adriel dan mengutuk dengan keras!
Tobby yang selalu sopan terhadap Adriel
juga sangat marah, "Pak Adriel, kamu keterlaluan!"
Tobby menatap Adriel dengan marah.
"Pak Tobby, tenanglah dulu.
Ayahmu terkena serangan di paru-paru, penyakit lamanya kambuh, dan itu
menyebabkan reaksi berantai yang parah. Kondisinya sekarang sudah sangat
kritis. Kalau mau menyelamatkan ayahmu, kita harus obati akar masalahnya
dulu," kata Adriel dengan tenang.
"Paru-parunya sudah menyusut,
aku perlu merangsang fungsi tubuhnya agar paru- parunya bisa terisi penuh untuk
pengobatan, " sambung Adriel.
Meskipun Adriel merasa tidak senang
dengan sikap penuh keremehan dari Bambang, tetapi dia sengaja membuatnya marah
untuk menyembuhkan penyakitnya, bukan karena sengaja.
Mendengar ini, Tobby sedikit curiga.
Dia belum pernah mendengar metode pengobatan seperti ini sebelumnya.
"Mana ada cara seperti ini untuk
menyembuhkan orang? Ayah kami sudah marah sampai matanya terbalik. Dia nggak
bisa bernapas lagi!" kata Shalina.
Jelas-jelas Shalina tidak percaya
dengan penjelasan Adriel.
"Awas!" teriak Adriel.
Adriel malas menjelaskan secara
detail kepada Shalina. Dia mengamati kondisi paru -paru Bambang dengan mata
ganda yang tajam. Dalam pengamatan tersebut, semua organ, setiap meridian, dan
setiap pembuluh darah dalam tubuh Bambang bisa terlihat dengan jelas.
Adriel melepaskan baju Bambang,
membiarkannya berbaring, lalu jari-jarinya bergerak cepat, terus menusukkan
jarum perak ke berbagai titik akupunktur Bambang dengan sangat akurat.
Mata gandanya memasuki tahap kedua
dan kini Adriel memiliki kemampuan penglihatan tembus pandang. Itu sangat
membantu dalam keahlian medisnya.
Dengan bantuan penglihatan tembus
pandang dari mata ganda, Adriel dapat dengan cepat menyuntikkan jarum dengan
presisi yang sangat baik.
Dulu, ketika Adriel menggunakan
teknik akupunktur yang sulit, dia harus sangat berhati-hati dan itu sangat
melelahkan baginya. Sekarang, semuanya menjadi jauh lebih mudah. Matanya bisa
melihat lebih jelas daripada mesin sinar pemindaian dan lebih akurat daripada
peralatan medis lainnya.
Setelah Adriel menusuk jarum ke tubuh
Bambang, batuk hebat pria tua itu segera mereda. Hanya saja, pergerakan naik
turunnya dada Bambang agak besar.
Melihat situasi ini, Tobby dan
Shalina hanya bisa berdiri di samping dengan patuh, tidak berani mengganggu.
No comments: