Bab 293
Tobby menyuruh sekretarisnya untuk
berjaga di pintu agar tidak ada orang lain yang masuk. Dia sendiri menemani
Pratikno masuk, menuju ke kamar Bambang.
Tobby berujar, "Pak Adriel,
maafkan aku. Aku benar-benar nggak bisa menahan mereka masuk ... "
Tobby khawatir hal ini akan
mengganggu proses pengobatan Bambang.
Adriel mengangkat tangannya sedikit,
lalu berkata, "Nggak apa-apa, pengobatan ini hampir selesai."
Saat itu, Bambang yang sedang
tertidur lelap sudah menunjukkan perubahan yang signifikan. Wajahnya yang
sebelumnya pucat dan lemah, dengan bibir berwarna ungu, kini menjadi sedikit
kemerahan, seolah-olah dia adalah orang yang berbeda.
Adriel mulai perlahan-lahan mencabut
jarumnya.
"Sayang, ada apa denganmu?"
tanya Tobby.
Tobby melihat Shalina duduk di
samping dengan wajah murung tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, jadi dia
segera bertanya.
Shalina merasa tidak nyaman jika
harus mengakui bahwa dirinya baru saja dibuat bungkam oleh Adriel. Jadi, dia
hanya mendengus dingin tanpa berkata apa-apa.
Pratikno yang masuk dengan marah,
merasa terkejut saat melihat wajah Bambang. Dia berpikir dalam hati, "Anak
ini benar-benar memiliki keahlian medis yang luar biasa, ya? “
Pratikno mengetahui dengan sangat
jelas tentang kondisi tubuh dan penyakit Bambang. Beberapa ahli sudah memvonis
bahwa kondisinya tidak bisa disembuhkan, hanya bisa menjalani perawatan
konservatif untuk memperpanjang hidupnya sedikit lebih lama.
Pratikno sebenarnya merasa sangat
menyesal atas kondisi sahabat lamanya itu. Kini, melihat Bambang yang tampak
jauh lebih sehat, bagaimana mungkin dia tidak terkejut?
Saat seseorang sudah berusia lanjut,
tidak peduli seberapa cemerlang atau berkuasa mereka dulu, mereka tidak bisa
menghindari penuaan, sakit, serta kematian. Ini adalah hukum alam.
Meskipun kondisi tubuh Pratikno
sedikit lebih baik daripada Bambang, dia juga memiliki penyakit tersembunyi
yang tidak pernah bisa sembuh. Seiring bertambahnya usia, penyakit ini kambuh
makin sering.
Dia telah berkonsultasi dengan banyak
dokter terkenal dan mengonsumsi berbagai obat, tetapi hasilnya sangat minim.
Sekarang, melihat tubuh sahabat
lamanya menunjukkan tanda-tanda kesembuhan Pratikno pun tergoda untuk
mendapatkan pengobatan yang sama.
Namun, pria ini juga telah melukai
cucu yang paling disayanginya. Lukanya juga sangat parah. Itu adalah dosa yang
pantas mendapatkan hukuman mati!
Adriel mencabut semua jarum perak,
lalu berkata pada Tobby, "Pak Bambang akan tidur sebentar lagi. Setelah
itu cukup minum obat sesuai resep."
"Terima kasih, Pak Adriel. Kamu
memang layak disebut dokter sakti. Penyakit ayahku ini sudah diperiksa oleh
banyak dokter, tapi nggak ada yang berhasil menyembuhkannya. Ternyata tetap
harus mengandalkanmu," ujar Tobby.
Setelah mengatakan ini, Tobby merasa
dia seharusnya membantu Adriel, agar tidak terlihat seperti orang yang tidak
tahu terima kasih setelah mendapatkan bantuan.
"Paman Pratikno, bukankah
penyakit tersembunyimu makin parah? Bagaimana kalau Pak Adriel juga
mengobatimu?" tanya
Tobby.
Pratikno berkata dengan wajah tegang,
" Nggak perlu! Tubuhku sangat sehat!"
"Pak Tua, mulutmu mungkin keras,
tapi tubuhmu nggak sekeras mulutmu. Setiap kali cuaca mendung atau hujan, pasti
kamu merasakan sakit yang luar biasa di titik-titik seperti titik akupunktur
mata kaki, tulang selangka, dada, serta pusar, 'kan?" kata Adriel.
Sambil berbicara, Adriel menunjuk ke
titik - titik akupunktur yang disebutkannya.
Pratikno mungkin tidak mengerti
titik-titik akupunktur, tetapi apa yang dikatakan Adriel benar-benar adalah
tempat-tempat yang sering terasa sakit.
"Tubuhmu ini bahkan nggak sebaik
Pak Bambang, hanya saja gejalanya belum muncul. Kalau dibiarkan lebih lama,
akan benar-benar nggak bisa disembuhkan," lanjut Adriel.
Adriel menjelaskan berbagai masalah
kecil yang sering dialami tubuh Pratikno, seperti sembelit, pembengkakan,
kejang otot ringan, bahkan ada dua gejala yang baru muncul dalam seminggu
terakhir yang tidak diketahui oleh siapa pun.
"Omong kosong, kata-katamu
menyesatkan! Pak Pratikno sangat
sehat," bantah Dalan.
Dalan berteriak dengan keras, bersiap
untuk menangkap Adriel kapan saja.
Adriel tersenyum simpul sambil
berkata, " Apakah itu omong kosong atau nggak, Pak Tua ini pasti tahu
dengan jelas."
Pratikno tampak tertegun. Dari
ekspresinya, siapa pun yang melihatnya akan tahu bahwa kata-kata Adriel memang
benar.
"Kamu ... Bagaimana kamu bisa
tahu semua itu?" tanya Pratikno dengan penuh emosi.
Adriel menjawab dengan santai,
"Aku hanya perlu melihat sekali saja untuk mengetahuinya."
"Pak Pratikno, sekarang kamu
percaya pada keahlian medis Pak Adriel, 'kan?" tanya Tobby.
No comments: