Bab 294
Meskipun Tobby sudah sering melihat
keahlian medis Adriel, kali ini Adriel bahkan tidak memeriksa denyut nadi dan
langsung mengungkapkan penyakit tersembunyi Pratikno, seolah-olah dia adalah mesin
pemeriksa medis berjalan. Ini sungguh menakutkan!
Jika ini bukan dokter sakti, lalu apa
lagi namanya?
Tobby menyadari bahwa masih ada
harapan untuk situasi ini.
Di lubuk hatinya, Tobby tentu tidak
ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Adriel. Pertama, karena rasa terima
kasihnya. Kedua, karena dokter sakti seperti ini masih memiliki nilai yang
lebih besar di masa depan. Jika dia mati begitu saja, itu akan sangat
disayangkan.
Pratikno menarik napas dalam-dalam
untuk menenangkan dirinya, lalu berkata, " Sembuhkan penyakitku, maka aku
akan membiarkanmu hidup."
Pratikno mulai tergoda. Makin tua
seseorang, makin takut mereka pada kematian. Terlebih lagi, Pratikno terus
menderita karena penyakit tersembunyinya. Jadi, dia makin ingin menyembuhkan
penyakitnya.
Setelah mendengar ini, Adriel tidak
bisa menahan tawa sinisnya.
Orang tua ini benar-benar merasa
dirinya penting!
"Kamu sudah melukai cucuku, itu
adalah dosa yang pantas diberi hukuman mati. Kamu seharusnya bersyukur karena
kamu masih memiliki nilai, jadi aku memberimu kesempatan untuk hidup. Tentu
saja, hukuman mati bisa dihindari, tapi hukuman hidup nggak akan mudah
dihindari," ujar Pratikno dengan sikap angkuh, seolah-olah dia sedang
memberi kemurahan hati.
"Kamu sudah pikun karena tua,
ya? Pikirkan baik-baik sebelum berbicara denganku!" kata Adriel.
Di samping, Shalina diam-diam merasa
senang melihat kejadian ini. Barusan dia juga diperlakukan dengan kasar oleh
Adriel, membuatnya merasa sangat tidak senang.
"Anak muda, tahukah kamu dengan
siapa kamu sedang berbicara ? Aku memberimu kesempatan untuk menyusun
kata-katamu kembali," balas Pratikno.
Pratikno merasa sangat marah. Sudah
lama dia tidak melihat anak muda yang begitu tidak tahu diri.
"Baiklah! Kalau begitu,
dengarkan baik- baik. Kalau kamu ingin aku menyembuhkan penyakitmu, kamu harus
memohon padaku. Sedangkan cucumu, dia memang pantas mendapatkan itu. Bukan kamu
yang memberiku kesempatan untuk hidup, tapi aku yang memutuskan apakah aku mau
memberimu kesempatan untuk hidup," jawab Adriel.
Adriel tetap bersikap sombong dan
arogan, sama sekali tidak menganggap Pratikno penting.
Di samping, Tobby terbatuk kecil,
terus memberi isyarat kepada Adriel. Namun, Adriel mengabaikannya.
"Baik! Sungguh anak muda yang
begitu sombong! Berani bertindak sembarangan di hadapan orang tua ini. Kalau
aku nggak memberimu pelajaran, kamu nggak akan tahu seberapa tinggi langit dan
seberapa dalam bumi ini," kata Pratikno.
Pratikno begitu marah hingga kumisnya
bergetar dan matanya melotot. Jika saja dia menderita cedera paru-paru seperti
Bambang, mungkin Adriel akan membuatnya begitu marah hingga pingsan di tempat.
Meskipun begitu, Pratikno tetap saja
sangat
marah.
"Dalan, tangkap dia dan masukkan
ke penjara garnisun. Siksa dia selama tiga hari sebelum bicara lebih
lanjut," perintah Pratikno langsung pada Dalan.
Dalan yang sudah lama dipenuhi
amarah, tidak sabar untuk bertindak.
Kesombongan dan sikap meremehkan
Adriel membuatnya sangat marah. Dia merasa perlu memberi Adriel pelajaran
keras!
Biasanya hanya orang-orang dari
garnisun yang bersikap sombong, tetapi sekarang muncul seseorang yang lebih
sombong dan arogan dari mereka. Apakah ini bisa ditoleransi?
Jelas tidak bisa ditoleransi!
"Anak muda, setelah kamu masuk
ke penjara garnisun, aku akan membuatmu menyesali semua yang kamu lakukan hari
ini!" kata Dalan.
Tanpa repot-repot mengeluarkan
senjata, Dalan langsung menggunakan teknik penangkapannya untuk menangkap
Adriel.
Sebagai wakil Joshua, Dalan juga
merupakan seorang mahaguru alam bawaan.
Namun, karena dia adalah seseorang di
dalam garnisun, dia tidak dianggap sebagai salah satu ahli.
Dalan bergerak sangat cepat. Jelas
dia bukan orang yang baru saja mencapai alam bawaan, melainkan seorang mahaguru
alam bawaan yang sudah matang.
Saat Dalan bergerak, sudut bibirnya
menunjukkan senyum dingin yang kejam. Dalam pikirannya sudah terbayang berbagai
cara untuk menyiksa Adriel.
Namun, pada detik berikutnya,
tangannya hanya menangkap angin kosong. Adriel seperti berpindah tempat secara
tiba-tiba, menghilang dari tempatnya berdiri.
"Eh?"
Dalan terkejut. Dia berseru dalam
hati begitu melihat kecepatan ini!
No comments: