Bab 300
"Jenderal Joshua, kami mohon
ampun ... Kami benar-benar sudah berusaha sebisa mungkin!" ujar salah satu
dokter.
Beberapa ahli dokter lainnya segera
berlutut dan memohon ampun padanya.
Andrian juga merasakan ketakutan yang
sama. Meski Andrian adalah kepala rumah sakit, tetap saja tidak ada orang yang
bisa menghentikan Joshua kalau dia ingin melakukan sesuatu pada Andrian.
"Kalian lebih baik menghabiskan
tenaga untuk menolong putraku dari pada menghabiskan waktu di sini untuk
memohon ampun. Kalau nggak, Langit pun nggak bisa menolong kalian
nantinya," ujar Joshua dengan suara yang tegas.
"Jenderal Joshua, kondisi medis
di rumah sakit ini memang terbatas. Hanya saja, ada seorang dokter sakti yang
memiliki ilmu medis tingkat ilahi. Mungkin dia bisa menyembuhkan Pak Benny,"
ujar Andrian.
Orang yang terlintas di benak Andrian
sekarang hanyalah Adriel.
Meski Andrian merasa sangat tidak
senang dengan sikap dominan Joshua saat ini, dia tetap saja harus menundukkan
kepalanya. Kenyataan memang sangatlah kejam, orang- orang yang tidak memiliki
kekuasaan hanya bisa menahan diri meski merasa tidak senang.
"Kenapa kamu nggak bilang dari
awal? Cepat panggil dokter sakti itu!" teriak Joshua.
Saat mendengar kalau Benny hanya bisa
mengandalkan kursi roda di masa depan, Alliya merasa cukup senang. Namun, dia
kembali merasa kesal ketika mendengar Andrian berkata kalau ada orang yang bisa
menyembuhkan Benny.
"Dokter sakti itu bukanhdokter
di rumah sakit kami. Dia hanya akan datang ketika dia mau, nggak ada yang bisa
memanggilnya ke sini," jelas Andrian.
"Apa ada orang yang berani
menentang perintah dari jenderal?" tanya Joshua dengan nada dingin.
Andrian berpikir di dalam hatinya
kalau Adriel kemungkinan besar berani menentang perintah Joshua. Adriel bahkan
berani mengabaikan permintaan dari Sahjaya dan keluarga Yudos.
"Kenapa kalian masih bengong di
sini? Siapa pun itu, cepat panggil dokter sakti itu ke sini. Aku akan
memberikan imbalan yang sepadan!" ujar Alliya dengan sikap yang peduli dan
prihatin.
"Aku akan menghubunginya sekarang,"
ujar Andrian sambil berjalan ke luar dari ruangan.
Di sisi lain, Adriel sedang dalam
perjalanan menuju rumah sakit kota.
Ketika mendapat panggilan dari
Andrian, Adriel bertanya, "Bagaimana kondisi ibu dan anak perempuan
itu?"
"Pak Adriel, jangan khawatir,
gadis kecil itu sedang menjalani operasi. Nyawanya tidak akan terancam setelah
mendapatkan pertolongan pertama dengan teknik akupunktur terbaik Anda. Hanya
saja ... " ujar Andrian dengan ragu-ragu.
"Pak Andrian, katakan saja apa
yang ingin kamu katakan. Nggak perlu berbelit -belit," ujar Adriel.
Andrian terdiam sebentar, lalu
memberanikan diri untuk mengatakan masalah Benny.
Andrian hanya bisa memberanikan diri
untuk memohon pada Adriel, "Pak Adriel, kami benar-benar nggak punya
pilihan lain.
Jenderal Joshua juga meninggalkan
ancaman yang cukup serius. Kami ingin memohon bantuanmu. Kalau nggak, kami
pasti akan ditangkap dan dipenjara di penjara garnisun. Kamu juga nggak akan
selamat setelah dipenjara nanti."
Namun, Andrian juga tahu jelas kalau Adriel
tidak akan menyetujuinya. Bagaimanapun juga, masalah ini terlalu rumit dan
tidak ada orang yang ingin terlibat kecuali orang bodoh.
Kalau berhasil menyembuhkan Benny,
Adriel tentu saja akan mendapatkan banyak keuntungan dari keluarga Herman.
Namun, bagaimana kalau tidak berhasil? Adriel tentu saja akan mendapatkan
hukuman yang berat.
Permintaan ini memang sangatlah
berisiko.
Kalau Andrian berada di posisi
Adriel, dia juga tidak akan mengambil risiko untuk mengobati Benny meski dia
sanggup.
Setiap dokter tidak menerima ancaman!
Ini adalah kehormatan seorang dokter!
Sayangnya, di hadapan Joshua, Andrian
tidak bisa mempertahankan kehormatannya!
No comments: