Bab 304
Bukan Aurel yang kurang pengetahuan,
melainkan Adriel yang terlalu jahat!
Tepat ketika Andrian tidak tahu
bagaimana cara menghentikan Aurel, pintu kantor tiba- tiba terbuka.
Adriel langsung masuk.
"Pak Adriel! Bagaimana kamu bisa
ke sini?" tanya Andrian dengan terkejut.
Andrian tidak menyangka kalau Adriel
akan datang ke rumah sakit sekarang. Harus diketahui kalau Joshua juga ada di
rumah sakit saat ini.
"Aku tidak boleh datang?"
tanya Adriel sambil tersenyum tipis.
"Maksudku, tempat ini terlalu
berbahaya. Joshua juga ada di sini... " jawab Andrian.
Adriel melambaikan tangannya sambil
berkata, "Apakah kamu tidak pernah mendengar pepatah kalau tempat yang
paling berbahaya adalah tempat yang paling aman? Joshua tidak akan pernah
menyangka kalau aku berada di tempat yang sama dengannya."
Melihat Adriel duduk di kursi,
Andrian segera memberi isyarat kepada Aurel, " Aurel, cepat buat minuman
untuk Pak Adriel."
Aurel sudah memperhatikan Adriel
sejak dia masuk.
Bagaimanapun juga, dia baru saja
membicarakan Adriel bersama ayahnya tadi. Saat ini, Adriel tiba-tiba muncul di
depan mereka dan hal ini tentu saja membuat Aurel makin penasaran.
"Dia memang tampan, tapi aku
tidak yakin kalau dia adalah mahaguru atau dokter sakti, " ujar Aurel di
dalam hatinya sambil membuat teh untuk Adriel.
"Ini sekretarismu? Kamu cukup
hebat dalam merekrut karyawan," ujar Adriel.
Adriel juga menyadari kalau Aurel
diam- diam memperhatikannya sejak tadi. Adriel juga menggerutu di dalam
hatinya, bagaimana bisa seorang pria tua seperti Andrian merekrut karyawan muda
seperti Aurel?
"Pak Adriel salah paham, dia
adalah putriku, Aurel," jawab Andrian.
Adriel terkejut sejenak, kemudian
berkata dengan nada bercanda, "Apakah anak
kandung? Kenapa tidak mirip denganmu
?"
Andrian mengangguk dan berkata,
"Gadis ini mirip dengan ibunya. Bukankah akan terlihat sangat jelek kalau
mirip denganku?"
"Benar juga, haha!" ujar
Adriel.
Di saat yang bersamaan, Aurel
berjalan ke arah Adriel sambil membawa secangkir teh. Aurel tiba-tiba
tergelincir dan teh yang ada di tangannya langsung tumpah ke arah Adriel.
Melihat situasi itu, Adriel dengan
cepat menggeser kursinya sehingga mereka berdua tidak terkena percikan air
panas.
Kejadian yang sangat tiba-tiba ini
membuat Andrian terkejut dan langsung memarahi Aurel, "Apa yang kamu
lakukan? Bagaimana kalau Pak Adriel tersiram air panas? Cepat minta maaf pada
Pak Adriel!"
"Pak Adriel, maafkan aku,"
ujar Aurel dengan niat yang tidak tulus.
Adriel berkata dengan tenang,
"Tidak apa - apa, aku tahu kamu melakukannya dengan sengaja, pergilah dan
seduh lagi satu cangkir teh untukku."
"Pak Adriel, jangan salah paham,
gadis ini sangat jarang melakukan pekerjaan rumah seperti menyeduh teh. Dia
memang agak ceroboh, tapi dia tidak mungkin sengaja melakukannya," ujar
Andrian dengan cepat.
Bagaimanapun juga, itu adalah air
panas. Kalau Adriel benar-benar salah paham bahwa Aurel melakukannya dengan
sengaja, apa yang akan terjadi nantinya?
Ketika menyadari tatapan Adriel yang
begitu tajam, Aurel seketika merasa panik dan kedua kakinya langsung terasa
dingin, kemudian berkata dengan jujur, "Benar, aku melakukannya dengan
sengaja. Ayahku berkata kalau kamu adalah seorang mahaguru. Air panas ini tentu
bisa ditumpahkan ke orang biasa, tapi tidak mungkin bisa ditumpahkan ke
mahaguru."
"Aurel, jangan bicara
sembarangan!" teriak Andrian dengan terkejut. Gadis ini hanya bisa membuat
onar. Bagaimana bisa dia berbicara seperti ini pada Pak Adriel?
No comments: