Bab 308
Alliya tentu saja tahu bagaimana
kemampuan Dalan. Meski Dalan membawa ratusan tentara Garnisun, dia tetap saja
kalah dan terluka parah. Dari informasi yang Alliya ketahui, hanya ada dua
orang yang bisa melakukan hal ini di kota Silas.
Yang pertama adalah Yudhistira yang
merupakan wali kota dan yang kedua adalah Zamri yang merupakan pemimpin dari
empat mahaguru.
Meski Zamri memiliki kemampuan itu,
dia tidak mungkin berani melakukannya.
Joshua berkata dengan penuh amarah,
" Sejak aku mengambil alih militer Kota Silas, tidak ada yang berani
menantang aku seperti ini. Bagus, sungguh bagus! Aku pasti akan membunuh orang
itu di tempat!"
Andrian bergegas datang dengan
tergesa gesa dan kepala penuh keringat, bukan karena lelah, tetapi karena
ketakutan.
Andrian merasa jantungnya hampir
berhenti berdetak. Benny masih menjalani operasi dan wakil Joshua juga sedang
dalam kondisi kritis. Apa yang sebenarnya terjadi?
Siapa yang bisa menjawabnya?
Menjadi kepala rumah sakit
benar-benar melelahkan!
"Cepat selamatkan dia! Dia tidak
boleh mati! "teriak Joshua sambil menarik kerah baju Andrian. Tekanan dan
aura Joshua membuat Andrian hampir kencing di celana.
"Kami ... akan berusaha
semaksimal mungkin," jawab Andrian.
Plak!
Joshua langsung menampar Andrian
tanpa aba-aba. Melihat ini, dokter -dokter yang sedang berdiri di sampingnya
merasa sangat ketakutan.
"Jawaban apa itu? Aku tidak
membutuhkan usaha kalian, yang aku butuhkan adalah dia bisa tetap hidup. Aku
ingin anakku bisa bangkit kembali. Kalau tidak, aku akan membunuh kalian
semua!" teriak Joshua dengan penuh amarah.
Amarah membuat Joshua kehilangan akal
sehatnya dan menjadi sangat agresif!
Setelah memarahi dokter-dokter yang
ada di sana, Joshua tetap saja merasa tidak puas. Dia segera berkata pada
bawahannya, "Cepat cari tahu informasi berengsek itu! Aku ingin melihat
semua data yang berhubungan dengannya dalam waktu satu jam. Selain itu, hubungi
Departemen Keamanan Kota untuk bekerja sama dalam memasang pos pemeriksaan dan
memblokir kota. Tidak ada satu pun orang yang bisa melarikan diri dari
Kota Silas."
"Jenderal, memblokir kota
bukanlah hal yang mudah, apakah Anda ingin berbicara dengan wali kota terlebih
dahulu ?" tanya bawahannya.
"Untuk apa berbicara pada wali
kota? Sebagai Jenderal Garnisun, aku memberikan perintah ini untuk menangkap
dan membunuh orang jahat itu!" ujar Joshua dengan penuh amarah dan dendam.
Pratikno segera berkata, "Tidak
boleh membunuhnya!"
Joshua menatap Pratikno dengan
tatapan curiga. Pratikno lalu mengatakan pada Joshua sesuai dengan apa yang
dikatakan Adriel padanya. Penyakitnya tidak lagi bisa disembuhkan dan pasti
akan meninggal.
"Ayah, orang itu tidak bisa
dipercaya," ujar Joshua.
"Lebih baik mencegah dari pada
mengobati, pastikan untuk menangkap pelaku itu!" jawab Pratikno.
"Baik, tangkap pelaku
dulu!" ujar Joshua.
Joshua segera mengubah perintahnya
dan meminta tentara garnisun untuk langsung bertindak.
Saat ini, Yudhistira sedang menangani
pekerjaannya di kantor wali kota. Di saat yang bersamaan, Sekretaris Nova
mengetuk pintu ruangan, lalu berkata, "Bu Wali Kota, Jenderal Joshua baru
saja memerintahkan pengamanan ketat di seluruh sisi kota. Tentara Garnisun juga
sudah dikerahkan dan dia juga meminta Departemen Keamanan Kota untuk bekerja
sama dalam memasang pos pemeriksaan dan memblokir kota. Apakah Anda sudah
mengetahui hal ini?"
Mendengar itu, Yudhistira langsung
mengerutkan keningnya dan meletakkan pulpen yang ada di tangannya, lalu
berkata, " Aku tidak tahu, apa tujuan Joshua melakukan ini? Apakah dia
gila?"
Yudhistira sama sekali tidak bisa
mengendalikan tentara garnisun. Ketika menghadapi keadaan darurat dan
memerlukan bantuan dari tentara garnisun, Yudhistira bahkan harus meminta izin
pada Joshua terlebih dahulu.
Sama halnya, Joshua juga tidak bisa
mengendalikan Departemen Keamanan Kota dengan sembarangan, karena Departemen
Keamanan Kota adalah pasukan milik wali kota.
Saat ini, Joshua langsung memerintahkan
Departemen Keamanan Kota tanpa meminta izin padanya terlebih dahulu. Hal ini
membuat Yudhistira merasa tidak senang, karena Joshua sama saja tidak
menganggap penting dirinya.
"Dari informasi yang beredar,
mereka ingin menangkap seorang penjahat yang sangat jahat," ujar
Sekretaris Nova.
"Penjahat seperti apa yang
memerlukan tindakan besar seperti ini?" tanya Yudhistira.
"Belum tahu," jawab
Sekretaris Nova sambil menggelengkan kepalanya.
"Cepat selidiki hal ini dengan
jelas dan beri tahu kepala Departemen Keamanan Kota untuk tidak bertindak
sembarangan tanpa perintah dari aku," ujar Yudhistira.
No comments: