Bab 311
Adriel sama sekali tidak menyangka
bahwa dia akan mendapatkan seorang penggemar fanatik.
"Awalnya aku ingin tetap rendah
hati, nggak menyangka kamu bisa mengetahuinya. Benar, aku adalah perwujudan
keadilan, sejak kecil aku bersumpah untuk menghapus ketidakadilan di
dunia," ucap Aurel.
Adriel juga malas menjelaskan, jika Aurel
ingin memujinya seperti itu, bagaimana mungkin dia tega menghancurkan khayalan
Aurel terhadap dirinya?
Hanya Adriel sendiri yang tahu bahwa
dia menyerang saat itu karena kebetulan bertemu. Jika dia tahu bahwa anjing itu
adalah peliharaan putra Joshua, dia pasti tidak akan menendangnya sampai mati.
Tentu saja, melukai Benny setelah itu
sepenuhnya karena Benny tidak sopan dan terlalu sombong di hadapannya.
Selain itu, Adriel berani berbuat
seperti itu karena ada yang dapat diandalkan.
Karena Adriel sekarang memiliki
dukungan keluarga Yudos dari Sahjaya, jadi dia tidak terlalu takut pada Joshua.
Meskipun Joshua adalah seorang
Jenderal Garnisun yang terhormat, dia tidak ada apa- apanya jika dibandingkan
dengan keluarga Yudos dari Sahjaya.
Walaupun angkuh, tetap harus mengukur
kekuatan dan kartu rahasia diri sendiri.
"Jadi, kamu mendukungku
melakukan ini, kan?" tanya Aurel.
Aurel terlihat senang dan penuh
harapan.
Meskipun Aurel terlalu dimanjakan dan
agak sombong, dia memang orang yang sangat memiliki rasa keadilan. Dia tidak
bisa melawan penegak keadilan seperti Adriel.
Andrian yang berdiri di samping sudah
sangat cemas dan panik!
"Sama sekali nggak
mendukung," jawab Adriel.
"Hah? Kenapa?" tanya Aurel
balik.
Aurel tampak bingung.
"Aku sangat senang kamu punya
hati yang penuh keadilan dan nggak takut pada kekuasaan. Tapi Jenderal Joshua
adalah Jenderal Garnisun, kekuasaannya terlalu besar, nggak ada gunanya
mengungkap masalah ini. Laporan juga nggak akan diterima, sebaliknya kamu akan
dibalas dan melibatkan keluargamu. Kalau kamu nggak memikirkan diri sendiri,
kamu juga harus memikirkan orang tuamu," jelas Adriel sambil meletakkan
satu tangan di pundak Aurel dan menasehati dengan tulus.
Saat Andrian mendengar perkataan
Adriel, dia sangat terharu dan ingin bersujud kepada Adriel.
"Lalu, bagaimana denganmu?"
tanya Aurel.
"Aku sendirian, apa yang harus
ditakuti? Aku juga tahu betapa seriusnya konsekuensi dari menyinggung Joshua,
aku mungkin akan mati dengan cara yang mengerikan, lalu kenapa? Memperjuangkan
keadilan, melindungi rakyat adalah sebuah hal yang sulit tapi benar untuk
dilakukan, itu juga adalah prinsipku. Demi prinsip, aku nggak takut mati, aku
juga nggak akan menyesal jika mati," kata Adriel dengan tegas dan tetap
teguh pada prinsipnya.
Siapa yang tidak bisa membual? Pada
saat seperti ini, haruslah membual yang seharusnya dikatakan.
Setelah mendengar perkataan ini,
Aurel sangat terharu dan tatapannya terhadap Adriel hampir dipenuhi rasa cinta.
"Pak Adriel, kamu sangat mulia,
kata-kata sudah nggak bisa menggambarkan kekagumanku padamu. Aku bersedia
mendampingimu melakukan hal yang sulit dan benar untuk dilakukan, nggak
menyesal meskipun mati!" ujar Aurel.
Aurel penuh semangat setelah
mendengar perkataan Adriel, dia merasa dirinya penuh kekuatan dan rasa keadilan
sedang membara.
Andrian benar-benar ingin
menamparnya, bagaimana bisa dia memiliki putri yang bodoh ini?
"Kamu berbeda, kamu memiliki
keluarga dan masa depan yang cerah. Kamu nggak boleh mengorbankan diri sendiri.
Aku sudah merasakan keyakinanmu, dengan adanya dukunganmu, aku sudah sangat
puas, itu membuktikan bahwa jalan yang kupilih tidak sendirian. Joshua bisa
membunuh satu orang sepertiku, tapi aku percaya bahwa masih ada ribuan orang
sepertiku," ujar Adriel,
Adriel merasa semakin lancar membual.
Semakin membual, dia semakin bersemangat.
"Pak Adriel ... Aku sangat
mencintaimu!" seru Aurel.
Aurel sudah sepenuhnya ditaklukkan
oleh Adriel, dia menjadi penggemar paling setia yang siap mati demi Adriel.
No comments: