Bab 316
Dengan usia 20 tahun lebih dan
kekuatan mahaguru tingkat tujuh, hal ini cukup membuat Joshua sangat waspada.
"Teknik tinju membelah!"
Adriel bergerak dan menggunakan
teknik tinju membelah. Joshua langsung menggenggam tinju besi, lalu
menghancurkan kekuatan tinju membelah.
Ekspresi Joshua berubah dan berkata,
" Pukulan jarak jauh? Tingkat puncak seni bela diri!"
Osman saja bisa mengenali bahwa
teknik tinju membelah itu adalah tingkat puncak seni bela diri. Joshua tentu
saja juga bisa mengenali dengan sekali pandang.
"Mau belajar? Berlutut dan
panggillah aku guru, aku akan mengajarimu!" ucap Adriel.
Adriel terus mengambil keuntungan
dari ucapan, ini membuat pikiran Joshua kacau.
Joshua tersenyum dingin dan berkata,
" Setelah menangkapmu, tingkat puncak seni bela diri juga akan menjadi
milikku! Tingkat puncak seni bela diri dimiliki oleh kamu sungguh
sia-sia!"
sungguh sia-sia!"
Joshua sangat menginginkan tingkat
puncak seni bela diri. Saat ini dia sudah menjadi mahaguru tingkat sembilan dan
dia hanya membutuhkan satu langkah untuk memasuki tingkat puncak dan menjadi
master puncak.
Namun, dia tidak memiliki tingkat
puncak seni bela diri, sehingga dia terjebak di tingkat kebangkitan sejati
selama bertahun- tahun dan tidak dapat melangkah maju.
Kehadiran Adriel saat ini membuat
Joshua melihat harapan.
"Sepertinya kamu adalah hadiah
yang Dewa berikan kepadaku. Aku akan menerimanya dengan senang hati," ucap
Joshua.
Joshua membayangkan tingkat puncak
seni bela diri akan diperolehnya dengan mudah, kini ekspresi wajahnya berubah
dari marah menjadi senang.
"Menerima tanpa memberi adalah
hal yang nggak sopan. Bukankah kamu juga harus memberi balasan padaku?
Bagaimana dengan istri dan putrimu? Kamu bisa memberikan mereka berdua kepadaku
sebagai balasan!" ucap Adriel sambil tersenyum lebar.
"Benar-benar nggak tahu
malu!" ucap Elisa dan Alliya dalam waktu bersamaan.
Elisa tidak bisa menahan perasaannya
dan teringat bagaimana Adriel memeluk pinggangnya dan menggodanya di Rumah
Pensiunan. Dia sangat merindukan perasaan itu.
Para pasuka garnisun di sana merasa
kagum dengan keberanian Adriel berkata seperti itu.
Berani sekali dia. Dia berani
mengatakan itu? Sungguh cari mati!
"Mati saja karnu!" Joshua
sudah tidak tahan lagi dan dengan marah dia berteriak keras. Lalu dia
menghentakkan kakinya dan seluruh gedung seolah-olah bergoyang.
"Meskipun kamu memiliki tingkat
puncak seni bela diri, kamu nggak akan lolos dari kematian!" ucap Joshua.
Saat ini Joshua tampak seperti seekor
harimau liar, meningkatkan kekuatannya menjadi maksimal. Meskipun dibantu mata
ganda yang bisa membuatnya memperlambat dan mendeteksi serangan Joshua, itu
juga belum cukup untuk melawan Joshua.
Adriel sudah mundur ke sudut dinding
dan tidak ada tempat untuk mundur lagi. Kini dia terjebak dalam bahaya.
Tiba-tiba, sosok muncul dari samping
dan berdiri di depan Adriel. Menangkis serangan harimau Joshua dengan satu
telapak tangan.
Joshua mengerutkan keningnya, saat
dia melihat jelas orang itu, dengan terkejut dia berkata, "Bu Yudhistira,
apa maksud kamu?"
Orang yang membantu Adriel menahan
serangan tersebut adalah Wali Kota Yudhistira.
Adriel belum pernah bertemu dengan
Yudhistira sebelumnya. Karena Yudhistira belum genap satu tahun menjabat
sebagai wali kota di Kota Silas. Dan saat itu Adriel masih menderita penyiksaan
di ruang bawah tanah keluarga Juwana.
"Jenderal Joshua, ini adalah
rumah sakit, bukan tempat Garnisun," kata Yudhistira dengan tenang.
Adriel keluar dari belakang
Yudhistira. Dia tidak pernah menyangka bahwa orang yang menolongnya adalah
Yudhistira. Seorang wali kota cantik yang memiliki reputasi baik di Kota Silas.
Yudhistira adalah wali kota termuda
sepanjang sejarah di Kota Silas. Setelah menjabat sebagai wali kota di Kota
Silas, dia berhasil mengelola kota ini dengan baik dan mendapat penilaian yang
sangat tinggi dari masyarakat.
"Apa keluarga Yudos yang
memintanya untuk datang ke sini?" tanya Adriel dalam hati.
Adriel tahu bahwa dia belum memiliki
hubungan dengan Yudhistira. Jadi dia hanya bisa berpikir ke arah keluarga
Yodus.
"Orang ini adalah penjahat. Dia
melukai putra dan wakilku, dia bahkan sering menantangku. Menangkap orang ini
adalah tugasku, nggak peduli di mana pun dia berada. Bu Yudhistira nggak perlu
ikut campur urusan ini," ucap Joshua dingin.
"Bagaimana jika aku harus ikut
campur urusan ini?" tanya Yudhistira.
Yudhistira mengangkat alisnya dengan
sikap yang gagah dengan sedikit kewibawaan seorang wali kota!
No comments: