Bab 318
Namun, karena dia sudah bersuara,
kini dia harus menjaga harga dirinya. Jika tidak, itu akan membuat malu
keluarga Yudos.
Joshua menggenggam erat kedua
tinjunya, wajahnya muncul urat-urat biru. Terlihat jelas bahwa dia sangat marah
saat ini, tetapi dia sedang berusaha keras untuk menahan diri.
Meskipun membalas dendam putranya
sangat penting, harga dirinya juga sangat penting, tetapi semua itu tidak
sepenting topi pangkatnya.
Seorang jenderal perang bintang satu
tanpa kekuasaan militer, hanya tersisa kehormatan semata.
Dia tidak boleh kehilangan topi
pangkat jenderalnya. Selama dia masih menjadi Jenderal Garnisun, dia masih
memiliki kesempatan untuk membalas dendam.
"Baiklah! Hari ini aku mengakui
kekalahanku," ucap Joshua.
Joshua memilih untuk menelan
amarahnya. Kemudian dia berteriak kepada Adriel, " Ingat baik-baik, aku
akan selesaikan dendam ini suatu saat nanti. Lebih baik kamu terus berdoa agak
bisa mendapatkan perlindungan dari Keluarga Yudos."
Adriel menggaruk telinganya dan
berkata, " Kenapa kamu harus berteriak!"
"Kamu pasti akan mati di
tanganku, tunggu saja. Kita lihat nanti... kamu..." ancam Joshua dengan
wajah yang muram.
Adriel langsung memotong perkataan
Joshua tanpa segan, "Omong kosong! Semuanya hanya omong kosong! Nggak
perlu berteriak. Apa kamu pikir suaramu bisa membuatku takut? Apa suara keras
itu sangat hebat?"
"Dasar bajingan. Apa kamu pikir
aku nggak berani membunuhmu sekarang? Sebaiknya kamu tenang dan pikirkan dengan
baik sebelum berbicara denganku!" ucap Joshua.
Joshua sangat marah. Sialan, anak ini
terlalu sombong. Dia sungguh nggak menghormatiku.
"Kalau nggak tenang, tembak saja
aku dengan pistolmu! Kamu kira aku takut dengan Jenderal Garnisun? Apa Jenderal
Garnisun itu sangat hebat?" ucap Adriel sambil tertawa. Permusuhan sudah
terjadi, tidak ada gunanya berpura-pura baik.
Membuat musuh tidak senang adalah
kepuasan terbesar.
Perkataan Adriel itu sungguh membuat
Joshua marah. Bahkan Alliya dan Elisa di samping juga tidak tahan, ingin sekali
memberikan pukulan yang keras pada orang ini.
Dan para tentara garnisun itu
benar-benar terkejut. Mereka semua memiliki pemikiran yang sama, "Aku
belum pernah melihat orang yang begitu sombong dan berani di depan Jenderal
Joshua."
Joshua terus bernapas dengan keras.
Bagaikan seekor banteng yang marah dan akan meledak kapan saja, kini matanya
bahkan memerah karena marah.
Namun, dia tidak kehilangan akal
sehatnya. Dia menahan amarahnya sambil berkata, " Aku malas berdebat
denganmu. Segera pergi dan enyahlah dari hadapanku!"
"Siapa yang mau berdebat
denganmu. Aku benci dengan mulutmu yang bau itu. Aku hanya ingin mencium istri
dan putrimu saja, "gumam Adriel dalam hati.
Tentu saja, karena Nancy dan
Yudhistira ada di sampingnya, dia tidak mengucapkan kata- kata itu. Dia hanya
berpikir dalam hati saja.
"Jenderal Joshua, aku ingin
mengingatkanmu sekali lagi. Kamu harus ingat perkataanku tadi, hanya aku yang
bisa menyembuhkan putra dan ayahmu. Jika kamu ingin menyembuhkan mereka, kamu
bisa pertimbangkan dengan serius syarat yang aku minta. Aku selalu siap melayani,"
ucap Adriel.
Saat berbicara, Adriel sengaja
melemparkan pandangan menggoda kepada Alliya dan Elisa.
"Dasar!"
"Anak gila, jangan
berharap!" Elisa dan Alliya berkata dengan pelan.
Joshua sudah bertekad, tidak peduli
apa yang dikatakan Adriel, dia tidak boleh biarkan dirinya terbawa emosi. Dia
juga menyadari bahwa semakin dia emosi, Adriel akan semakin senang.
"Sabar! Aku harus sabar!"
gumam Joshua dalam hati.
Setelah Adriel selesai berbicara, dia
langsung menuju tempat tidur Isabel. Tentu saja para tentara garnisun memberi
jalan kepadanya. Tidak ada seorang pun yang berani menghalangi Adriel yang
berani menantang Jenderal Garnisun, tetapi masih tetap aman.
Tentu saja, jika Adriel tahu
pemikiran para prajurit ini, dia pasti akan mengatakan mereka menggunakan
perkataan yang tidak cocok!
Karena Adriel hanya tertarik
menantang para wanita.
Adriel mendorong tempat tidur Isabel
dan berjalan melewati Alliya, lalu dengan cepat dia mencubit bokongnya.
Karena tertutup tempat tidur Isabel,
Joshua dan yang lainnya tidak melihat tindakkan tersebut. Namun, Elisa dan dua
tentara garnisun yang berdiri di samping melihatnya.
Elisa dan dua tentara garnisun
terkejut melihat tindakan itu.
Dia adalah istri jenderal yang
berkuasa, bisa disebut sebagai bokong harimau. Berani sekali dia menyentuhnya?!
No comments: