Bab 872
"Maksudku... Junet memiliki
ambisi dan sarananya cukup, kemungkinan besar akan menduduki posisi yang tinggi
di masa depan! Keluarga Juwana seharusnya jangan mengganggunya. Lebih baik kita
membuat Pak Adriel untuk berdamai dengannya..." ujar Kalvin dengan
hati-hati.
Alhasil Jasai berdiri diam dengan
ekspresi tak berdaya menatapnya seolah-olah melihat orang bodoh.
Ini membuat Kalvin sedikit terkejut
dan merasa apakah dirinya salah bicara lagi?
"Nggak mungkin, aku
mempertimbangkan keluarga kita. Dengan kemampuan Junet, kemungkinan besar dia
akan menduduki posisi tinggi di masa depan. Sebenarnya nggak ada konflik besar
antara keluargaku dengannya, nggak ada salahnya kalau berdamai dengannya,
'kan... " pikir Kalvin.
"Awalnya aku pikir kamu memiliki
pola pikir sebagai pemimpin keluarga, tapi sekarang tampaknya kamu nggak lebih
baik dari Billy!" ucap Jasai.
"Jangan tanya mengapa. Kalau
bertanya, itu tandanya kalian nggak pandai melihat orang!" kata Jasai
dengan acuh tak acuh.
"Menyiram tanah harus langsung
menyiram sampai basah! Kalau sudah tertarik pada Adriel, seharusnya memperdalam
hubungan ini! Bukan menjadi orang yang nggak konsisten di mata Adriel!"
lanjut Jasai.
"Tapi..." kata Kalvin.
Kalvin merasa sedikit sulit, dia
berpikir meskipun Adriel sangat hebat, tetapi tidakkah Leluhurnya terlalu
menghargainya? Nada ini tidak terdengar seperti menganggap Adriel sebagai
target investasi, tetapi lebih seperti menganggap Adriel sebagai teman
sejatinya...
Pertaruhan antar kedua pihak keluarga
besar adalah hal yang wajar. Namun, apakah harus mengabaikan Junet hanya karena
Adriel?
"Pantaskah?" tanya Kalvin
dalam hati.
"Kamu terlalu menghargai Junet
dan terlalu meremehkan Adriel. Percaya, nggak, 30 tahun kemudian prestasi kedua
orang ini akan sangat berbeda?" kata Jasai.
Kalimat ini membuat Kalvin terdiam
sejenak. 30 tahun kemudian Adriel dan Junet akan berusia sekitar 50 tahun. Bagi
seorang pria, masa ini adalah masa kejayaan yang paling besar!
Kenapa Jasai sangat yakin pada
Adriel?
"Itulah kenapa aku bilang kamu
nggak pandai melihat orang..." kata Jasai sambil melihatnya dengan
pandangan tidak suka. Dia melanjutkan jalan -jalan dan dengan tidak berdaya dia
mengajari Kalvin, "Perjalanan seni bela diri dan militer sama- sama sulit.
Dengan bakat Junet, dia hanya dengan fokus sepenuhnya pada dua bidang ini baru
bisa mencapai sesuatu."
"Sedangkan dirinya? Nggak fokus
pada jalan yang benar, malah membuang waktu untuk membangun hubungan yang nggak
penting!" kata Jasai.
"Niatnya yang salah membuat
energinya terpecah. Berdasarkan ini, batas kemampuannya terbatas, sedangkan
Adriel... " lanjut Jasai.
Ini adalah ringkasan dari karier
kultivasinya selama lebih dari seratus tahun. Dalam serangkaian seruan ini, dia
tidak pernah salah melihat orang.
Sambil berkata, tiba-tiba Jasai
melihat Adriel sedang berlatih di sana. Dia tersenyum penuh perasaan dan
berhenti sejenak untuk menonton sambil berkata, "Lihatlah, ini baru
benar-benar konsentrasi. Baru saja bisa bergerak, dia langsung berlatih.
Ditambah lagi kepribadiannya yang lebih matang, inilah calon orang kuat yang
sebenarnya
Hanya dengan ini bisa terlihat begitu
banyak hal?
Kalvin sedikit bingung, mengapa
terdengar seperti meramal?
Dia ingin bertanya lagi, tetapi pada
saat ini dia menyadari ekspresi Leluhurnya terlihat agak aneh. Leluhur menatap
ke arah Adriel dan ekspresinya tiba -tiba menjadi sedikit kaku.
Apa yang terjadi?
Dia mengikuti pandangan Jasai dan
melihat Adriel sedang berlatih di sana. Sepertinya tidak ada yang istimewa?
"Leluhur, kamu... "Kalvin
bingung, lalu ingin bertanya.
Dan langsung dipotong oleh Jasai,
"Diam, jangan bicara!"
Lalu dia menatap Adriel yang sedang
melatih. Dia terkejut dan berbisik, "Cepat sekali. Kok bisa begitu cepat?
Nggak mungkin..."
Dia baru saja melihat Adriel berlatih
seni bela diri yang gerakannya terlihat sedikit kaku di taman. Jelas dia
terlihat seperti orang baru yang melatih seni bela diri. Lalu dia sangat
tertarik dan ingin memberi petunjuk kepada Adriel.
Namun, setelah dilihat-lihat, dia
merasa ada yang tidak beres.
Dia melihat dengan mata kepalanya
sendiri kalau Adriel melambaikan energi pedang dan cahaya dingin berkilauan.
Awalnya hanya ada tiga atau empat energi pedang, lama-kelamaan menjadi tujuh
atau delapan dan sekarang sudah menjadi hampir seratus.
Ini menandakan bahwa kekuatan Adriel
telah meningkat.
"Bakat seni bela diri macam apa
ini? Apa dia sengaja menyindirku?" pikir Jasai.
Awalnya Jasai datang untuk berjalan
santai, tetapi sekarang...
Perasaannya menjadi semakin buruk!
Dirinya sebagai Guru Bumi yang mulia,
ternyata kalah telak dalam bakat oleh Adriel.
"Sehebat itukah?" pikir
Kalvin.
Sementara Kalvin tidak mengerti seni
bela diri, tetapi dia juga orang yang cerdas. Melihat Leluhurnya seperti ini,
dia segera sadar dengan reaksi terkejut.
Adriel ini tidak hanya meningkatkan
tingkatannya dengan cepat, tetapi juga bisa menghancurkan Leluhurnya dalam
bakat bela diri!
"Seperti yang diharapkan!
Pandangan Leluhur sangat tajam! Junet dan Adriel memang nggak bisa
dibandingkan! Ternyata apa yang dikatakan Leluhur benar. Lucu sekali aku malah
meragukanmu..." Kalvin berkata dengan rendah hati.
"Nggak, aku salah bicara
tadi!" kata Kalvin.
Jasai merasa terpukul dan
menggelengkan kepalanya. Dalam pandangan Kalvin yang bingung, Jasai dengan
susah menelan ludahnya lalu berkata dengan tegas, "Siapa itu Junet? Dia
bahkan nggak bisa disamakan dengan Adriel!"
"Masih ingin berinvestasi pada
Junet?" tanya Jasai.
"Sekarang kalau aku melihatnya
lebih dari satu kali, aku malah merasa buta!" tutur Jasai.
"Perintahkan pada semua orang!
Kalau Billy berteman dengan Junet, dia nggak boleh lagi menjadi kepala keluarga!
Kamu yang akan menggantikannya sementara!" kata Jasai.
No comments: