Bab 874
Saat mendengar ini, mata Jasai
langsung bersinar cerah dan sedikit bersemangat.
Jika resep obat yang diberikan oleh
Adriel sudah sangat manjur, lalu seperti apa khasiat luar biasa dari pil obat
yang dia racik sendiri?
"Ini hanya soal bahan obat.
Mengapa Pak Adriel harus membeli sendiri? Kalvin, kamu urus soal
bahan-bahannya..." kata Jasai.
Adriel tersenyum dan berkata, "Aku
ingin pergi ke Lelang Empat Sudut."
Dia akan berburu barang langka
lagi...
Jasai seketika tersadar, lalu segera
mengeluarkan sebuah kartu hitam dari sakunya. Sambil tersenyum ringan, dia
berkata, "Kebetulan ada sejumlah barang baru di pelelangan. Sebelum lelang
dimulai, keempat keluarga besar memiliki kesempatan untuk membeli langsung
tanpa melalui proses lelang."
"Saat ini Nancy berada di balai
lelang, sebagai perwakilan keluarga Juwana. Jika ada keperluan, jangan ragu
untuk memberitahunya" lanjut Jasai.
"Terima kasih."
Adriel tanpa sungkan menerima kartu
hitam itu. Keluarga Juwana telah banyak berinvestasi padanya, jadi tidak ada
alasan baginya untuk bersikap terlalu sopan. Keuntungan seperti ini sebaiknya
dimanfaatkan.
Kalvin segera mengatur mobil dan
mengantarkan Adriel langsung menuju Balai Lelang Empat Sudut.
Begitu Adriel turun dari mobil dan
melangkah masuk ke dalam balai lelang, seketika itu juga dia menimbulkan
kehebohan yang cukup besar.
"Bukan, aku nggak salah lihat,
kan? Bukankah Adriel dipukuli habis-habisan oleh Wiryo? Kenapa dia masih bisa
segar bugar?"
"Dia baru beristirahat beberapa
hari, sudah bisa berjalan lagi?"
"Pelankan suaramu. Sekarang dia
tamu kehormatan Kalvin dan Elin..."
Saat Adriel berjalan mendekat,
orang-orang mulai berbisik-bisik. Beberapa bahkan ingin menawarkan harga tinggi
untuk meminta bantuan Adriel dalam lelang.
"Pak Adriel, kamu sudah
datang."
Pada saat itu, Nancy melangkah maju
dari kerumunan. Ketika dia menyebut nya dengan sambutan Pak, masih terasa sedikit
canggung.
Bagaimanapun, belum lama ini dia
masih bermusuhan dengan Adriel. Kemudian hubungan mereka menjadi setara, tetapi
sekarang...
Dia dan Adriel sudah tidak berada di
level yang sama lagi.
Dia tetap menenangkan dirinya
sejenak, lalu berkata, "Pak Adriel, ayahku sudah memberi tahu aku. Jika
kamu membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk memerintahku."
Adriel mengangguk kecil, mengabaikan
suara-suara orang yang memohon bantuan untuk menilai barang -barang, lalu
mengeluarkan sebuah kotak seukuran kepalan tangan dan berkata, "Bawa ini
ke Nona Elin.
"Ini."
Nancy sedikit terkejut. Apakah Adriel
berniat membalas budi kepada Elin lagi?
Tapi bukankah Elin sudah menolak
sebelumnya?
"Berikan saja. Kali ini dia
nggak akan menolak," kata Adriel.
Adriel tersenyum. Di dalam kotak itu
ada resep Pil Penembus Batas Guru Bumi, bisa meningkatkan kemungkinan sukses
hingga 80%.
Asalkan Elin memiliki dasar yang kuat
dan persiapan yang cukup, maka menembus batas Guru Bumi hampir bisa dipastikan.
Jika resep ini tersebar, pasti akan
memicu perebutan hebat di antara empat keluarga besar. Namun bagi Adriel, itu
hanyalah sekadar membalas budi dengan cara yang sederhana.
Sedangkan untuk keluarga Juwana, pil
yang akan Adriel racik nanti akan jauh lebih berharga dibandingkan resep pil
ini.
Nancy tidak bertanya lebih lanjut dan
segera memerintahkan seseorang untuk mengirim kotak itu kepada Elin.
Setelah itu, dia membawa Adriel ke
sebuah aula di mana berbagai barang lelang disimpan dalam lemari kaca, berjejer
rapi, siap untuk dilelang. Keluarga besar dan beberapa orang terpilih bisa
membeli barang-barang ini sebelum lelang dimulai.
Saat Elin hendak memperkenalkan
barang-barang itu kepada Adriel...
Tiba-tiba terdengar suara sombong
dari samping, " Jadi kamu Adriel, ya?"
Adriel melihat seorang pemuda berusia
sekitar dua puluh tahun, yang memiliki aura angkuh dan langkahnya tampak goyah.
Jelas sekali, dia adalah seseorang yang telah terlampau terjebak dalam pesta
dan kemewahan.
"Kamu siapa?" tanya Adriel.
"Kamu bahkan tidak tahu siapa
aku?"
Pemuda itu tertawa seperti mendengar
lelucon dan dengan arogan berkata, "Aku Nando. Ibuku Elin. Dia yang
menyelamatkan hidupmu, sekarang kamu tahu kan?"
Saat itu, Adriel mulai mengingat nama
ini. Nando memang terkenal, tapi tidak dengan reputasi yang baik.
Dia dikenal suka membuat onar dan
melakukan kekerasan. Bahkan anak-anak dari keluarga besar pun tak lepas dari
ulahnya.
Meskipun hanya cucu dari pihak ibu,
dia sangat disayangi oleh leluhur keluarga Forez, sehingga posisinya dalam keluarga
Forez lebih tinggi daripada keturunan langsung.
Dia benar-benar seorang playboy kelas
atas di Negara Elang..
"Kebetulan kamu datang. Ayo,
bantu temanku menilai batu mentah mentah ini," kata Nando.
Nando berkata dengan nada perintah,
seolah-olah Adriel adalah seorang pelayan yang bisa dipanggil kapan saja dan
disuruh pergi sesuka hatinya.
No comments: