Membakar Langit ~ Bab 881

 

Bab 881

 

Melihat ekspresi Adriel yang acuh tak acuh, Elin awalnya sangat marah dan dia bahkan menyerah. Belum ada orang yang berani mengabaikan dirinya seperti ini.

 

Namun, ketika memikirkan tentang resep obat itu....

 

Elin menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Pak Adriel, tunggu! Aku bisa meminta Nando datang dan meminta maaf kepadamu!"

 

Adriel menggelengkan kepalannya merasa konyol sambil berkata, "Nona Elin, sepertinya kamu masih belum mengerti. Mungkin kamu merasa bahwa nggak mudah bagimu untuk menundukkan kepala. Tapi di mataku, harga diri atau permintaan maafmu sebenarnya nggak begitu berharga."

 

Ekspresi Elin sontak menjadi dingin saat mendengar ini.

 

Hanya ada sedikit orang yang bisa membuat Elin menyerah berulang kali. Sekarang Elin menunjukkan ekspresi seperti ini kepada Adriel. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa balasannya adalah kata-kata dingin dari Adriel.

 

Selain itu, menurut pendapat Elin, dia menjadikan masalah ini adalah hal yang sepele demi kebaikan Adriel.

 

Jika Elin terus ditolak seperti ini, dia tidak akan mengatakan apa pun lagi.

 

Sekarang, demi menghargai Adriel, Elin ingin membujuknya lagi!

 

Namun, sebelum dia dapat berbicara, Adriel berkata dengan tenang, "Nona Elin, mungkin kamu sangat mencintai putramu, tapi kuperingatkan kamu kalau memanjakan seorang anak itu sama seperti membunuhnya. Aku nggak setuju dengan konsep mendidikmu ini. Jadi sampai sini saja dan selamat tinggal."

 

Setelah berkata demikian, Adriel membuka pintu dan keluar.

 

Suara dingin Elin tiba-tiba terdengar dari belakangnya.

 

"Pak Adriel, aku juga ingin memperingatkanmu kalau Nando punya status istimewa di keluarga Forez. Sekalipun Nando menyinggungmu lagi, sebaiknya kamu nggak menyentuhnya. Kalau nggak, meskipun aku nggak melanjutkan kasus ini, keluarga Forez yang akan mengejarnya. Bahkan orang-orang yang nggak mampu diganggu oleh keluarga Forez juga akan menyelidikinya. Kamu nggak akan bisa menghadapinya!"

 

Adriel berhenti sebentar, mengangkat sudut mulutnya membentuk senyuman, menggelengkan kepalanya sedikit, kemudian berjalan keluar.

 

Setelah Adriel pergi, Elin mengerutkan kening dan berkata pada dirinya sendiri, "Nggak ada banyak orang yang aku kagumi dan aku nggak ingin kehilangan satu orang lagi. Aku sudah memperingatkanmu semua yang aku bisa. Kalau kamu masih tetap keras kepala, aku nggak akan bisa melakukan apa-apa..."

 

Sementara itu, tidak lama setelah Adriel pergi.

 

Pintu kamar terbuka, kemudian Nando masuk dengan sikap sombong dan berkata, "Bu, aku sudah memberi tahu Kakek tentang ini! Dia bilang, kalau kamu nggak akan melampiaskan amarahmu padaku lagi! Kakek akan meneleponmu sendiri!

 

Bagaimanapun, aku harus membunuh si Adriel itu!"

 

Yessi, wanita cantik dengan stoking hitam itu juga mengikuti di belakangnya. Wajahnya yang cantik memiliki bekas tamparan tangan berwarna merah. Dia adalah orang kepercayaan Elin dan mematuhi perintah Elin untuk membawa Nando turun. Kemudian, dia juga akan dipukuli oleh Nando.

 

Elin berpura-pura tidak melihat bekas tamparan di wajah Yessi. Elin yang selalu tampak kuat, sekarang seperti seorang ibu yang penuh kasih. Dia berkata dengan nada tidak berdaya dan penuh kasih sayang, "Nando, apa yang biasa Ibu lakukan padamu nggak perlu dikatakan? Kali ini kamu mengeluh karena ada alasannya."

 

Nando merasa bingung dan menyahut dengan nada tidak senang, "Alasan apa yang lebih besar daripada keluhanku?"

 

Elin menyimpan resep obat itu dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Tubuhmu sudah terkuras oleh alkohol dan nafsu. Bahkan Ibu nggak punya cara yang baik untuk merawatmu."

 

"Sedangkan Adriel, dokter sakti itu..."

 

Saat mendengar ini, mata Nando tiba-tiba berbinar, lalu dia menyahut, "Bu, apa kamu akan mengampuni dia sebentar dan membiarkan dia merawatku sampai sembuh?"

 

"Benar sekali."

 

Elin tersenyum ringan dan menjawab, "Jadi kamu harus bersabar untuk sementara, apa kamu mengerti?"

 

Nando ragu-ragu sejenak, lalu menyahut, "Anak itu beruntung. Aku akan mengampuninya untuk kali ini saja!"

 

Nando bertindak gegabah dan tidak memperhatikan keluarga Juwana serta Gary Tak Terkalahkan yang berada di belakang Adriel. Tampaknya walaupun Dewa Langit melindungi Adriel, Nando juga akan tetap membunuhnya.

 

Sekarang demi bisa terus menikmati kehidupannya sendiri, Nando akan membiarkan Adriel untuk sementara waktu ...

 

"Omong-omong, Bu. Kemarin aku sedikit bosan dan bermain dengan putri seorang kepala dinas. Kudengar keluarganya berani menghinaku sebagai pewaris generasi kedua!"

 

Nando berkata dengan nada dingin.

 

"Beraninya dia menghina anakku? Beraninya dia! Yessi, pergi dan selesaikan masalah ini!"

 

Yessi segera menyahut, "Aku mengerti."

 

Elin menengok dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Tapi Nando, kamu nggak boleh merendahkan dirimu sendiri. Memangnya pantas kalau putraku harus bermain dengan putri seorang kepala dinas? Masih ada banyak wanita cantik di kalangan atas Kota Majaya. Cuma mereka yang pantas mendampingimu,"

 

"Apa?" Nando tertegun sejenak. Pria itu menggaruk kepalanya dan berkata, "Tapi Paman memberitahuku kalau akhir-akhir ini aku terlibat dalam banyak masalah. Dia memintaku untuk tetap rendah hati."

 

"Memangnya dia layak memberimu pelajaran?"

 

Elin menyahut dengan nada menghina, "Kamu adalah anakku, keturunan yang paling disayangi oleh leluhur. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan dan membunuh siapa pun yang kamu inginkan! Kalau langit runtuh, masih ada leluhur dan Ibu yang akan mendukungmu. Jangan pedulikan apa yang sudah dikatakan oleh pamanmu! 11

 

"Aku mengerti!"

 

Setelah mendengar ini, wajah Nando dipenuhi dengan kebanggaan dan dia berjalan keluar dengan sangat bangga.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 881 Membakar Langit ~ Bab 881 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 24, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.