Bab 888
Di sisi lain, Adriel tidak mengetahui
hal ini. Dia hanya fokus pada pembuatan obat dan tidak sadar bahwa di luar
sudah larut malam.
Dia telah memurnikan obatnya selama
lebih dari sepuluh jam. Wajahnya juga tampak sedikit lelah.
Namun, pada saat ini matanya bersinar
dan dia menarik napas terakhir dari energi sejatinya, lalu api di bawah kuali
obat tiba-tiba padam.
Kemudian, Adriel mengangkat tangannya
dan mengeluarkan energi sejatinya. Kuali obat terbuka dan tiba-tiba seluruh
ruangan dipenuhi dengan aroma harum, yang membuat semangat lelahnya sedikit
segar. Adriel bangkit dan melihat dengan gembira.
Di dalam kuali obat, ada tujuh pil bulat,
semuanya berwarna emas. Adriel mengambilnya dan tangannya terasa agak panas.
"Masih lumayan bagus."
Adriel cukup puas dengan percobaan
pertamanya.
Ini adalah Pil Ramune yang mengandung
kekuatan obat yang sangat murni. Fungsinya sangat sederhana, yaitu untuk
mengisi kembali energi kehidupan manusia. Setelah meminum pil ini, sisa luka di
tubuh Adriel dapat pulih sepenuhnya. Selain itu, juga bisa membersihkan kotoran
dalam tubuhnya, sehingga tubuhnya bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi. Ini
bisa dianggap sebagai pemulihan kecil.
Ahli Bela Diri Agung juga mengikuti
jalan ini. Setiap kali melakukan pertarungan hidup dan mati, tubuh fisiknya
akan hancur. Ini adalah kesempatan untuk istirahat dan membangkitkan tubuh ke
tingkat yang lebih tinggi. Akan tetapi, syaratnya membutuhkan banyak
obat-obatan sebagai bantuan.
Konon katanya, dia menerima banyak
bantuan dari Tabib Agung. Keduanya tampaknya memiliki hubungan yang baik.
Namun, Ahli Bela Diri Agung telah berada di perbatasan selama ratusan tahun dan
tidak banyak orang yang melihatnya.
Bagi orang tua seperti Jasai, jika
mereka mengonsumsi obat itu, mereka dapat memperpanjang hidup mereka setidaknya
sepuluh tahun lagi.
Menempatkan obat ini di luar sudah
cukup untuk menyebabkan kekacauan dan pertumpahan darah. Bagi orang tua, waktu
adalah kehidupan. Jika tidak ada kemajuan, lebih baik mati saja.
Adriel tidak ragu-ragu, menelannya
dalam satu tegukan, lalu kekuatan obat tersebut tiba-tiba meledak di tubuhnya.
Dia menggerakkan kekuatan obat itu, menyatu dengan seluruh tubuhnya.
Dia menutup matanya dan berkultivasi
dengan tenang.
Tidak terasa, hari sudah berlalu
sampai siang.
Di sebuah taman kecil.
Jasai melakukan serangkaian teknik
telapak tangan.
Dia sama kuat dan mendominasi seperti
matahari yang terik di langit. Pria itu menepukkan telapak tangannya ke arah
sebongkah batu mentah. Batu itu tidak bergerak sama sekali, tetapi ketika
embusan angin bertiup, batu mentah setinggi manusia itu perlahan hancur menjadi
bubuk dan melayang ke udara.
"Leluhur, teknik yang luar
biasa!"
Kalvin bersorak saat melihat ini.
"Apa Pak Adriel sudah
bangun?"
Pada saat ini, Jasai tidak lagi
memiliki aura yang mendominasi di tubuhnya. Dia sudah kembali ke penampilannya
yang tenang dan santai, lalu bertanya dengan tenang
"Belum..." jawab Kalvin.
Dia melihat ke kamar Adriel yang tenang di lantai dua seraya bergumam, "
Leluhur, Nando mengganggu Pak Adriel lagi. Apa kamu bisa memberi tahu leluhur
keluarga Forez untuk mengurus Nando?"
"Kalau ada gunanya, aku sudah
lama bicara dengan si Tua Bangka itu."
Jasai menyahut dengan ekspresi tidak
senang, "Dia saja nggak tahu asal usul cucu laki-lakinya yang berharga
itu. Saat itu, dia bertarung dengan pria tua dari keluarga Hartanto demi
cucunya ini. Sekarang walaupun aku mengatakan sesuatu, si Tua Bangka itu nggak
akan memedulikanku."
"Kalau begitu..." Mulut
Kalvin bergerak-gerak. Status Nando di keluarga Forez jauh lebih tinggi
daripada statusnya di keluarga Juwana.
"Jangan khawatir, Pak Adriel
punya masa depan yang cerah. Si Tua Bangka bukanlah apa-apa. Beri Pak Adriel
waktu, dia pasti akan menghancurkan si Tua Bangka itu!"
Saat berkata demikian, Jasai melihat
ke ruangan sunyi yang ada di lantai dua. Kemudian, dia berkata dengan kagum,
"Aku bisa merasakan aura Pak Adriel yang makin kuat dengan cepat.
Kecepatan kultivasi ini, wah 11
Pada saat ini, seseorang di luar
tiba-tiba ingin menerobos penjaga untuk masuk. Dia berteriak dengan keras,
"Minggir, aku ingin bertemu Pak Adriel!"
"Leluhur, biarkan aku
memeriksanya."
Kalvin mengerutkan kening. Adriel
sedang dalam masa kultivasi yang penting dan tidak dapat diganggu.
Setelah pergi, Kalvin terkejut saat
mengenali orang tersebut. Dia segera memanggilnya, "Norman?"
Orang itu adalah Pak Norman, nama
lengkapnya adalah Norman Aksa. Sebagai ahli racun nomor satu di Provinsi
Nambia, dia memenuhi syarat untuk dikenal oleh Kalvin.
"Pak Kalvin? Suruh mereka untuk
mengizinkan aku masuk secepatnya. Aku punya sesuatu yang penting untuk
dilaporkan kepada Pak Adriel!"
Pada saat ini, wajah Norman penuh
kecemasan. Ketika dia melihat Kalvin, matanya tiba-tiba berbinar dan dia terus
memohon berulang kali.
No comments: