Bab 889
"Pak Adriel sedang sibuk, dia
nggak punya waktu untuk bertemu denganmu," jawab Kalvin. Dia mengerutkan
kening dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa kenal dengan Pak Adriel?"
Norman adalah ahli racun dan
reputasinya tidak terlalu baik. Sekarang, Adriel berada pada saat yang kritis.
Bagaimana mungkin Kalvin membiarkan Norman mengganggu Adriel?
"Pergi! Pak Adriel nggak punya
waktu untuk membantumu!"
Jasai juga sedikit tidak sabar.
Menurutnya, Norman pasti terburu-buru karena ada masalah yang akan merepotkan
Adriel. Akan tetapi, apa semua orang berhak merepotkan Adriel?
"Nggak! Aku bawahan Pak Adriel!
Aku membantu Pak Adriel mengumpulkan informasi. Sekarang, wanita Pak Adriel,
Aurel ditangkap oleh sekelompok orang! Mereka adalah ahli, aku bahkan nggak
bisa menghentikan mereka!" ujar Norman dengan cemas.
"Berani menculik wanita Pak
Adriel?"
Kalvin tampak terkejut, lalu menjadi
marah, "Siapa yang berani melakukannya!"
Día hendak menanyakan secara detail
ketika tiba- tiba terdengar auman gajah naga yang menggelegar dan sangat kuat
dari lantai dua.
Kemudian, kaca di lantai dua tiba-tiba
pecah. Dua naga dan dua gajah yang terbuat dari energi darah melompat keluar.
Cakar dan gigi mereka tampak tajam, sisiknya jelas terlihat dan tubuh yang
padat.
Fenomena yang jatuh dari langit ini
membuat Kalvin dan Norman tertegun. Mereka merasakan tekanan yang luar biasa.
"Pak Adriel keluar dari
kurungan!"
Mata Jasai berbinar. Dia menatap
gajah naga dengan energi darah yang luar biasa, matanya dipenuhi dengan kekaguman
dan rasa iri. Lalu, dia berguam, Energi darah sangat kuat dan aku nggak pernah
memiliki energi darah seperti itu bahkan saat aku masih muda. Pak Adriel
setidaknya punya tubuh yang melebihi kekuatannya sendiri..."
Ditengah dua naga dan dua gajah itu,
Adriel tiba- tiba mendarat di tanah. Kulitnya tampak bercahaya dengan cahaya
redup, alisnya sedalam lautan yang terhingga.
Terdengar suara gemuruh samar dari
tubuhnya, bersama dengan suara retakan tulang seperti guntur.
"Ini... sangat besar,
loh..."
Kalvin tercengang. Bukankah Adriel
hanya mengurung diri, kenapa bisa jadi seheboh ini?
Mereka yang tidak tahu akan mengira
itu adalah Guru Bumi yang telah meninggalkan pengasingan!
"Suara ledakan tulang yang
menggelegar! Energi darah Pak Adriel mengalir di tubuhnya, kotorannya sudah
dibersihkan dan tubuh fisiknya menjadi sangat murni. Hanya dengan begitu suara
ledakan tulang seperti guntur itu dapat muncul!"
"Tubuh Pak Adriel bukan hanya
melampaui tingkatannya sendiri di tingkat dua, tetapi di tingkat tiga!"
Mata Jasai tampak berkilat-kilat.
Pada saat ini, Adriel mengangkat
tangannya dan melambaikannya, lalu ilusi gajah naga menghilang. Dia menatap
Norman, berjalan selangkah demi selangkah dan bertanya dengan suara yang dalam,
" Ada apa? Ceritakan pelan-pelan."
"Tuan..."
Norman menelan ludah. Adriel baru
saja selesai berkultivasi. Kekuatan yang kuat tidak dapat ditahan. Hal ini
membebani hatinya dan membuatnya sesak napas.
"Nona Aurel. Dia sedang keluar
bermain dengan beberapa teman sekelasnya dan diculik di jalan. Aku ingin
menghentikannya, tapi aku lengah dan nggak menyangka orang itu adalah master
puncak tingkat tiga. Aku nggak bisa menghentikannya, jadi aku harus lari untuk
melapor padamu...."
"Hm?"
Adriel sedikit mengernyit dan melihat
wajah Norman yang sedikit pucat. Dia jelas terluka parah. Alasan utamanya, saat
terakhir kali Norman terluka karena Adriel dan lukanya belum sembuh total. Jika
tidak, dia juga tidak akan dikalahkan dengan mudah.
"Kamu tahu mereka membawanya ke
mana?"
Jasai bertanya dengan nada dingin.
Dia tidak perlu mengetahui nama orang tersebut. Meskipun Riko mengambil
tindakan, dengan identitas Jasai, Aurel dapat kembali dengan selamat.
"Aku, aku tahu, di Klub Platinum
... "
Kekuatan Jasai tiba-tiba meledak,
membuat Norman makin kesulitan dan berkata dengan susah payah.
"Klub Platinum..."
Jasai mencibir dan hendak mengatakan
sesuatu.
Tiba-tiba terdengar suara samar.
"Pak Tua, kamu nggak bisa
pergi..."
Yang terlihat adalah Junet yang
sedang berjalan dengan santai.
No comments: