Bab 897
"Menghadapi perbedaan tiga
tingkat, apa yang bisa kamu lakukan?" ujar Fendi.
Sementara itu, Adriel menatap Fendi
dari kejauhan, di balik bayangan tinju serta pedang yang memenuhi udara.
Matanya tampak tenang seperti permukaan danau saat dia membalas,
"Perbedaan tiga tingkat? Itu cukup untuk menjadi batu mentah asah bagiku."
Setelah pulih dari luka parah, ini
adalah pertama kalinya Adriel bertarung melawan seorang master puncak tingkat
empat. Dia hanya ingin mencoba seberapa kuat master puncak tingkat empat.
Ternyata, hasilnya mengejutkan.
Master puncak tingkat empat ini tampaknya tidak sekuat yang dia bayangkan.
Namun, dalam sekejap Adriel tersadar
bahwa jalannya memang tidak biasa. Dia telah melalui banyak pertempuran hidup
mati, terus mendorong dirinya hingga batasannya.
Sebaliknya, para praktisi bela diri
pada umumnya tidak mengalami begitu banyak situasi pertarungan hidup mati.
Biasanya mereka akan segera direkrut
oleh keluarga besar, hidup dalam kemewahan, kehilangan kesempatan untuk ditempa
oleh tantangan. Jadi, meski mereka memiliki tingkat kekuatan yang tinggi,
mereka tidak bisa sepenuhnya memanfaatkan kekuatan itu.
Seperti halnya seorang petinju kelas
dunia. Meski dia memiliki otot yang lebih besar, jika dia bertarung dengan
seorang pembunuh bertubuh kecil, kemungkinan besar petinju itu yang akan mati.
Jalan seni bela diri adalah jalan
hidup dan mati. Meski Adriel hanya seorang master puncak tingkat satu, dia
telah bertahan dari terlalu banyak pertempuran hidup mati. Ini adalah sesuatu
yang tidak bisa dibandingkan dengan seorang tamu kehormatan keluarga Forez yang
hidupnya dimanjakan.
"Aku makin kuat setiap hari.
Kamu nggak bisa membayangkan kekuatan tempurku saat ini!" balas Adriel.
Menghadapi Fendi yang mendekat dengan
cepat, mata Adriel bersinar terang, dipenuhi dengan semangat juang yang meluap.
Kemarahannya yang mendidih juga menambah aura keganasannya.
Tiba-tiba, gerakan pedangnya
melambat, tetapi udara di sekitar mereka tiba-tiba menjadi dingin.
"Kamu terlalu lama hidup dalam
kemewahan. Meski tingkat kekuatanmu tinggi, kamu nggak bisa memanfaatkannya
dengan sempurna. Hari ini, aku akan menunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati
master puncak!" ujar Adriel.
Dengan teriakan nyaring, Adriel
mengayunkan pedang panjangnya dengan sangat cepat!
Bum!
Bayangan tinju yang memenuhi udara
tiba-tiba melambat, sementara pancaran energi pedang putih yang tampak seperti
pedang es muncul!
Dengan kekuatan dingin dan tajam yang
menakutkan, pancaran energi pedang itu dengan cepat menghancurkan bayangan
tinju. Ratusan pancaran energi pedang es menghantam Fendi dari atas!
"Bagaimana mungkin?" teriak
Fendi dengan terkejut.
Tadi, dia sudah mengerahkan seluruh
kekuatannya. Serangan itu seharusnya bisa membunuh seorang master puncak
tingkat satu.
Namun, Adriel berhasil mematahkannya?
Fendi mengayunkan lengan bajunya
dengan panik, melepaskan energi sejati yang menghancurkan pancaran energi
pedang es. Namun, jumlahnya terlalu banyak. Beberapa pedang lolos hingga
menggores jubahnya, meninggalkan luka kecil di tubuhnya.
Semua yang menyaksikan pertempuran
itu menunjukkan ekspresi terkejut di wajah mereka.
Tadi Adriel terlihat terdesak, tetapi
bagaimana bisa dia tiba-tiba meledak dengan kekuatan besar?
"Apa Adriel benar-benar bisa
menang?" gumam Nancy dengan terkejut.
Dia tidak terlalu memahami tentang
seni bela diri, tetapi perbedaan tiga tingkat seharusnya sulit untuk bisa
diatasi. Bagaimana mungkin Adriel bisa membalikkan keadaan?
"Dia selalu menang melawan lawan
yang lebih kuat. Kalian nggak mengerti!" jawab Aurel sambil menggelengkan
kepala perlahan.
Di matanya, terlihat kebanggaan dan
juga belas kasih. Dia menyaksikan semua kesulitan yang Adriel hadapi sepanjang
jalan.
Semua orang mungkin kagum dengan
kemampuannya yang penuh kilauan, tetapi hanya Aurel yang tahu berapa banyak
penderitaan yang dialami Adriel di balik kilauan itu.
"Sialan! Jangan buang waktu
lagi, cepat bunuh dia! Kalau nggak, aku akan membunuh seluruh keluargamu!"
teriak Nando dengan marah, tidak mampu menahan amarahnya.
Mendengar ancaman itu, Fendi mulai
panik Wajahnya berubah ganas, siap untuk menghadapi pancaran energi pedang yang
memenuhi udara.
Namun, saat itu Adriel sudah
melangkah maju terlebih dulu. Dengan sekali ayunan pedangnya, semua pancaran
energi pedang tiba-tiba bergabung menjadi satu!
Terbentuklah satu pancaran energi
pedang raksasa berwarna putih terang yang menerangi langit!
Di sekeliling pedang raksasa itu,
banyak pancaran energi pedang kecil yang berputar -putar, seakan akan hendak
merobek udara!
Pada saat yang sama, muncul dua naga
dan dua gajah!
Naga dan gajah itu mengaum, melilit
pedang raksasa itu, lalu sekali lagi melesat menuju Fendi dari atas!
"Pedang kesempurnaan, Teknik
Ribuan Pedang! Satu tebasan ini mengandung semua pemahamanku dari pertempuran
hidup mati. Dengan apa kamu akan menahannya?" kata Adriel.
Dengan teriakan angkuh Adriel, pedang
raksasa itu turun perlahan, tidak terbendung, menciptakan tekanan besar di
seluruh ruangan. Seluruh tempat ini seolah-olah akan meledak.
Dinding-dinding ruangan dipenuhi
bekas luka dari pancaran energi pedang. Semua orang merasa kulit mereka
seakan-akan terkoyak oleh energi pedang es yang dingin.
Menyaksikan pemandangan yang
menakjubkan ini, semua orang membuka mulut lebar-lebar, mata mereka penuh
dengan keterkejutan.
Dalam pandangan mereka, Adriel dengan
rambut hitam berkibar, mengendalikan pedang raksasa yang menakjubkan, tampak
seperti dewa pedang yang turun dari langit, menjatuhkan hukuman ilahi untuk
menghancurkan semua kejahatan di dunia!
No comments: