Bab 902
"Nona Elin, tadinya aku masih
berpikir untuk berteman denganmu. Sayangnya, kamu membesarkan seorang anak yang
nggak tahu diri. Mungkin orang lain takut dengan kekuatan keluarga Forez dan
enggan menyentuhnya, tapi hari ini, aku nggak akan mundur. Apa pun balasan dari
keluarga Forez atau bahkan darimu, aku siap menghadapinya. Nggak ada yang
kutakuti," ujar Adriel sambil tersenyum dingin.
Begitu selesai berbicara, Adriel
menghentikan pembicaraannya dengan Elin, lalu menginjak ponselnya hingga hancur
berkeping-keping.
"Adriel, kamu nggak bisa...
"
Elin masih mencoba berbicara, tetapi
sambungan telepon sudah terputus.
Dia menggenggam ponselnya, tetapi
bukannya menunjukkan ekspresi ketakutan atau kepanikan seorang ibu yang anaknya
dalam bahaya, justru ada tatapan penuh penyesalan di wajahnya.
"Aku tahu hari ini pasti akan
datang dan aku sudah lama menantinya. Tapi sungguh, aku berharap orang yang
melakukannya bukanlah kamu," gumam Elin pada dirinya sendiri.
Dia meletakkan ponselnya di samping
dan kembali membaca buku Kumpulan Puisi Burung Terbang yang tadi dipegangnya.
Di dalam gedung pertemuan, Nando
melihat permohonan teleponnya tidak membuahkan hasil. Dengan putus asa, dia
mulai mengancam lagi, " Ibuku akan segera datang! Dia adalah seorang
master puncak tingkat delapan, membunuhmu itu seperti membalikkan telapak
tangan. Lebih baik kamu kirim aku ke rumah sakit sekarang, atau kamu pasti akan
mati!"
Namun makin dia berbicara, makin dia
sadar bahwa ancamannya tidak lagi berarti.
Wajahnya seketika pucat, diliputi
ketakutan yang begitu dalam. Adriel benar-benar tidak peduli dengan ancaman apa
pun!
Ketika Nando menyadari bahwa semua
yang selama ini dia andalkan tidak berarti apa-apa bagi Adriel, dia merasa
dirinya tidak lebih dari sekadar bahan tertawaan di mata Adriel.
"Pak Adriel, kumohon... Aku akan
berubah, aku janji nggak akan membalas dendam padamu. Kamu bisa menaruh racun
di tubuhku untuk mengendalikanku! Aku bersumpah!" pinta Nando.
Tangisannya penuh air mata dan
penderitaan, bukan karena kehilangan kakinya, tetapi karena rasa takut yang
nyata akan kematian.
"Kalau sekadar meminta maaf bisa
menyelesaikan semuanya, untuk apa ada hukum? Ketika hukum nggak bisa menghukum
orang sepertimu, aku yang akan mengambil alih! Di dunia ini ada tipe orang yang
nggak layak untuk dimaafkan. Dan pertobatanmu, apa itu berharga?" ujar
Adriel dengan wajah tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.
Lalu, sekali lagi melepaskan energi
pedang yang memotong kaki Nando yang lain hingga putus.
Nando menjerit sekuat tenaga,
suaranya seperti tercekik.
Dengan tenang, Adriel memegang kedua
telinga Nando, lalu tersenyum dingin dan berkata, "Banyak orang mengancam
akan membuatku seperti binatang buas yang terpotong-potong. Dulu aku pikir
mereka gila, bagaimana mungkin mereka bisa merencanakan balas dendam sekejam
itu? Tapi sekarang aku mulai mengerti."
"Pak Nando, sepertinya hukuman
itu cocok sekali untukmu. Apa pendapatmu?"
Srekk!
Adriel mencabut kedua telinga Nando
dari kepalanya dengan kejam!
Jeritan Nando berubah menjadi serak
dan hampir tidak terdengar. Dia yang selama ini hidup enak dan selalu dimanja,
mana sanggup menahan rasa sakit seperti ini? Di bawah penderitaan yang luar
biasa itu, dia hampir pingsan.
"Jangan pingsan!" perintah
Adriel.
Dia segera menusukkan jarum emas ke
tubuh Nando, memaksanya tetap sadar untuk merasakan semua penderitaan ini
sepenuhnya.
"Kumohon, biarkan aku mati,
biarkan aku mati ujar Nando dengan lemas dan merintih dalam kesakitan,
pikirannya mulai kacau akibat siksaan yang dialaminya.
"Bukankah banyak orang yang
memohon hal yang sama padamu? Saat Meri dan yang lain kamu siksa, kenapa kamu
nggak pernah punya sedikit pun belas kasihan?" kata Adriel dengan suara
penuh amarah.
Dia tidak akan menunjukkan belas
kasihan dalam balas dendamnya. Sekali tamparan, Adriel menghancurkan semua gigi
Nando, lalu menarik lidahnya hingga putus.
Semua itu dia buang begitu saja ke
lantai.
Pemandangan mengerikan ini membuat
para pria yang ada di sekitar tempat itu menangis ketakutan. Biasanya mereka
suka menyiksa rakyat kecil tanpa rasa bersalah, tetapi begitu hukuman ini
berbalik pada mereka, sebagian dari mereka bahkan sampai kencing di celana.
Di mata mereka, Adriel seperti
malaikat pembalas dendam yang datang dengan membawa siksaan paling mengerikan
dari dunia ini!
"Semua sudah berakhir..."
Nancy menutup matanya dengan perasaan
putus asa, menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar. Dia sudah memberi tahu
Kalvin untuk bersiap-siap bernegosiasi dengan keluarga Forez, tetapi sekarang
semuanya tampak sia-sia...
Bahkan keluarga Forez tidak akan
menerima tubuh Nando yang utuh. Adriel telah menghancurkan dia menjadi kepingan
yang tidak tersisa ...
No comments: