Bab 923
Di tengah jalan, Luxio menatap Adriel
dengan senyum penuh semangat di wajahnya.
Dia berujar, "Adriel, aku kira
kamu orang yang hebat. Tapi ternyata di saat seperti ini kamu masih berani
keluar dan berkeliaran. Tapi ini bagus juga. Kalau nggak, bagaimana aku bisa
mendapatkan jasa besar ini! Kamu, yang berada di peringkat ke-18 di Daftar
Genius, setidaknya layak mati di tanganku."
Adriel tertegun, lalu berkata,
"Sejak kapan aku jadi peringkat ke-18 di Daftar Genius?"
"Siapa yang menempatkanku di
peringkat itu tanpa mengabariku dulu? Ini daftar peringkat apa?" batin
Adriel.
Tanto yang baru turun dari mobil
dengan hati-hati mengingatkan, "Setelah pertarunganmu di pelelangan,
namamu langsung masuk ke dalam daftar. Peringkat ini dibuat oleh pihak resmi
untuk ahli muda di bawah usia 30 tahun. Mereka nggak perlu meminta persetujuan
dari orang yang bersangkutan."
Sementara itu, Luxio mendengus tak
acuh. Dia berkata, "Kamu pura-pura bodoh, ya? Masuk Daftar Genfus berarti
kamu menjadi sorotan banyak orang. Berbagai keluarga besar akan berlomba-lomba
meminta orang di daftar itu menjadi menantu mereka. Siapa yang nggak mau masuk
daftar? Kamu mau bilang kalau kamu nggak tahu? Aku nggak percaya!"
Adriel tertawa sinis sambil
menggelengkan kepala. Tujuannya adalah menjadi Tabib Agung yang sesungguhnya.
Masuk ke Daftar Genius bukanlah
sebuah kehormatan baginya. Malah sebaliknya, daftar itu yang seharusnya merasa
terhormat.
Namun, dia malas menjelaskan ini
kepada Luxio.
"Aku sarankan kamu pergi
jauh-jauh. Kamu nggak layak bertarung denganku," ujar Adriel dengan
tenang.
"Aku riggak layak?" Luxio
tertawa marah sambil melanjutkan, "Aku ini peringkat ke-15 di Daftar
Genius! Kamu bahkan nggak menganggapku penting? Sombong sekali kamu! Aku mau
tahu, siapa menurutmu yang pantas bertarung denganmu?
"Setidaknya orang sekuat
Gilbert," jawab Adriel acuh tak acuh. Dia menambahkan, "Tapi dalam
beberapa hari lagi, dia juga nggak akan pantas."
"Gilbert..."
Tanto langsung mengerutkan bibirnya.
Luxio memandang Adriel seperti
melihat orang bodoh saat dia berujar, "Desas-desus itu ternyata benar,
kamu memang sakit jiwa! Beraninya kamu menantang Gilbert, padahal dia berada di
peringkat atas dengan kekuatan master puncak tingkat tiga. Dia bahkan pernah
mengalahkan master puncak tingkat lima! Dia bisa membunuhmu dengan satu
pukulan!"
"Kamu begitu takutnya dengan
Gilbert..." kata Adriel sambil memandang Luxio dengan pandangan mengejek.
Dia melanjutkan, "Apa kamu pernah dipukuli olehnya?"
Wajah Luxio seketika berubah
canggung. Siapa ahli muda di Majaya yang memiliki kekuatan master puncak belum
pernah dihajar olehnya?
Namun, apakah orang yang hampir mati
seperti Adriel pantas mengatakan itu?
"Tampaknya pukulan itu cukup
parah, ya?" Adriel tertawa, lalu menambahkan, "Pergilah, orang yang
kalah dari Gilbert nggak pantas bertarung denganku!
"Sialan! Sudah di ambang
kematian masih berani sombong! Aku mau lihat seberapa sombongnya kamu
nanti!" kata Luxio dengan penuh amarah.
Tiba-tiba, dia mengerahkan seluruh
energi sejatinya. Otot-otot tubuhnya membesar seolah terbuat dari besi cair.
Dia mengangkat kaki, langsung menyerang Adriel.
Serangan ini sangat kuat. Dia seperti
tank yang menghantam Adriel. Tanah di bawah kakinya bahkan meninggalkan jejak
tapak yang dalam.
"Teknik Gunung Besi!"
Tanto langsung terperangah dan
menarik napas dingin. Para ahli di Daftar Genius masing-masing memiliki teknik
yang unik. Luxio terkenal dengan teknik pelatihan tubuhnya yang kuat, yang
bernama Teknik Gunung Besi.
Dengan tubuhnya yang dilatih seperti
baja, satu hantaman darinya bisa langsung menghancurkan master puncak tingkat
satu.
"Aku ingin lihat bagaimana kamu
menahan ini!" kata Luxio sembari menyeringai penuh percaya diri.
Sementara itu, Adriel menyunggingkan
senyum di sudut bibinya. Luxio tahu Adriel memiliki kemampuan yang luar biasa,
jadi dia langsung mengerahkan seluruh kekuatannya.
Meski dia tidak bisa langsung
membunuh Adriel, dia yakin bisa menahannya. Jika berhasil menahan Adriel sampai
orang-orang dari keluarga Forez tiba, dia akan mendapatkan penghargaan besar.
Siapa tahu apa yang akan diberikan keluarga Forez sebagai balasannya?
Namun, ketika dia memikirkan semua
itu, tiba-tiba dia tersadar.
Kenapa Adriel tidak menghindar?
Adriel hanya berdiri di sana dengan
tangan di belakang punggung, memandangnya dengan acuh tak acuh, seolah-olah
tidak menghiraukannya sama sekali.
"Bahkan Gilbert pun nggak akan
sembarangan menerima seranganku. Tapi kamu malah berani meremehkanku!"
teriak Luxio.
Luxio menjadi makin marah, bersiap
untuk menghantam Adriel hingga hancur berkeping- keping. Namun, pada detik
berikutnya, teriakannya tersendat di tenggorokan.
Di depan mata Luxio dan Tanto yang
terkejut, Adriel masih berdiri tak bergerak, hanya mengangkat satu tangan.
Suara gemuruh seperti raungan naga dan gajah samar samar terdengar di
sekelilingnya!
No comments: